Di waktu yang sama saat aku sampai di depan klub, Yunho dan mobilnya sudah berada di tikungan. Begitu mobil Yunho sampai di depan, aku segera menarik pintu dan masuk ke dalam.
"Apa yang kamu pikirin? Astaga, burning star..." ucap Yunho sambil menginjak pegal gasnya.
"Maaf, aku juga gak tau gimana tiba-tiba sampai di klub. Tolong jangan bilang Mingi," ucapku lirih.
"Of course I will not, don't be silly," ucap Yunho ketus. "Mingi masih mampir ke kantor, tapi untuk jaga-jaga kita tetep harus cepet sampe rumah."
Raut muka Yunho tampak gelap sekali. Aku merasa bersalah karenanya, Yunho repot karenaku.
"Yunho," panggilku.
"Ya?"
"Apa Mingi sering ke klub?"
Yunho menatapku sekilas dengan tatapan datarnya, kemudian menggeleng. "Gak, buat apa dia ke klub kalo ada kamu dan dia bisa beli pabrik anggur sendiri," jawabnya.
"Aku?" tanyaku. "Aku baru aja kerja sama Mingi dan aku gak yakin orang kayak Mingi ga pernah ke klub."
"Seriously, Hera, Mingi mungkin maniak seks, tapi dia bukan orang yang suka joget di dance floor. Maybe he came for a several times, tapi aku yakin dia gak lebih dari cuma sekedar minum," ucap Yunho. "Emang kenapa?"
Aku menggigit bibirku. Bayangan tentang shibari tadi itu begitu menakutkan untukku, walaupun jika aku bermain dengan Mingi, luka di badanku tidak jauh berbeda dengan wanita yang melakukan shibari itu.
"There's a show at the club. Some rough things called shibari. I just find it scary," jawabku.
Yunho tertawa mendengar jawabanku. "Ya iyalah, kamu dateng ke burning star. Burning star is famous about their shibari and some rough show. Mereka yang suka gangbang pasti doyan ke burning star," ucap Yunho.
"Astaga, apa aku masuk ke kandang yang salah?" gumamku.
"Entahlah," Yunho mengangkat bahunya, "Meskipun begitu, aku harap kamu gak pernah masuk ke burning star lagi because it can be harmful."
"Hm?" Aku menatap Yunho, "Kenapa?"
Selama sepersekian detik, Yunho kembali menatapku intens kemudian kembali fokus menatap jalan raya. "Sebenernya, semua klub itu berbahaya. Kamu tau, orang-orang kayak Mingi itu punya banyak saingan dan tentunya ada banyak orang yang gak suka sama dia," jawab Yunho.
"Klub, khususnya klub besar kayak burning star itu kayak sarangnya para penjahat bisnis. Kalo mereka tau kamu adalah orangnya Mingi, kamu bisa kena masalah," lanjut Yunho.
Aku kembali menyunggingkan alisku, "Dan kamu? Kamu jemput aku pake mobilnya Mingi, kan?"
"Enggak," Yunho menggeleng, "Mobil ini salah satu mobil kantor yang jarang dipake, semoga aja mereka ga sadar."
Aku menganggukkan kepalaku meskipun aku belum terlalu memahami situasinya. Lagipula, apa bahayanya diriku? Hidupku dan pekerjaanku selalu beresiko tinggi.
"Tapi, Yunho, I'm just his slave, I don't think they would harm me," ucapku.
"For now, it is yes. We don't even know what will be up tomorrow," balas Yunho.
Mobil Yunho masuk ke dalam halaman dan ada kak Jinsung dan kak Yeowon yang berdiri di sana.
"Hera kamu harus cepat, ganti baju, benerin penampilan kamu sebelum Mingi datang. He have been messed up, he must be need you," ucap Yunho sebelum aku keluar dari mobil.
Aku mengangguk dan segera keluar dari mobil. Aku berlari masuk ke dalam rumah dan secepat mungkin masuk ke dalam kamarku. Astaga, aku tidak pernah menyangka jika menyambut Mingi sebegini repotnya.
Aku mandi secepat mungkin dan berhias seadanya. Setidaknya aku tidak terlihat terlalu menyedihkan.
Aku berlari dan berdiri di sebelah Yunho. Rasanya lucu sekali ketika kami berempat berdiri membuat sebuah garis hanya untuk menyambut Mingi yang entah kapan sampainya.
"Apa setiap hari kalian kayak gini?" tanyaku pada Yunho.
Yunho menggeleng, "Enggak. Tapi, karena kamu juga baru di sini dan Mingi lagi pusing, ada baiknya kita nyambut kedatangannya."
Sebuah mobil bercat silver masuk ke halaman rumah. Aku melirik ke arah Yunho, semua orang tampak memasang sebuah senyuman yang aku yakin itu hanyalah senyuman yang terpaksa.
Mobil itu berhenti di depan kami dan Mingi keluar dengan wajah kusutnya. Aku menatap pria itu, ia bahkan tetap terlihat tampan meskipun ia berantakan.
"Welcome back," sambutku.
Tanpa ku sangka-sangka, Mingi menjatuhkan tubuhnya padaku dan merengkuhku erat. Mau tidak mau, aku membalas pelukannya dan sedikit membelai punggungnya.
"What's happened?" tanyaku secara berbisik.
"I just got messed up, klien dari Australia batalin investasinya. Aku salah perhitungan," jawabnya tanpa merubah posisi kami.
"It's ok, pasti ada gantinya," ucapku.
"Tuan, saya sudah menyiapkan air hangat," ucap Yeowon.
"Relax your body first," ucapku.
Mingi melepas pelukannya dan menatapku. "Maybe if I should taste your body first?" tanyanya seraya menyunggingkan senyuman.
Aku menggeleng, "Mandi dulu."
"Ah, okay. I'll call you in a hour," ucap Mingi, kemudian masuk ke dalam diikuti oleh kak Yeowon dan kak Jinsung.
Aku menatap punggung mereka satu persatu hingga masing-masing hilang dari pandanganku. Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah, namun Yunho kembali memanggilku.
"Hera," panggil Yunho.
Aku menoleh ke arahnya. Pria tinggi itu itu memberiku aba-aba untuk mengikutinya.
"We need to talk," ucapnya.
maaf ya kalo banyak typo. mwaaa anjay aku kangen ngetik rts
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]
FanfictionActs like an angel and sins like a devil. Somehow, he does. Was #1 in Mingi, ATEEZ. Originally written by Penguanlin, 2019.