29 : setangkai bunga dan garis tangan

2K 344 7
                                    

Yunho menggelengkan kepalanya, "Sekarang aku tanya, kamu mau ke mana? Kamu pikir perkara mudah untuk nemuin kontrakan di tempat kayak gini? Gak ada, kecuali kalo kamu mau beli rumah, di sini ada."

"Aku gak peduli!" seruku geram. "Aku gak pernah tau rencana Mingi untuk James, dia pasti gak bisa biarin James, anak laki-laki di mana uang Mingi mengalir banyak di tubuhnya. Dia bisa lakuin apapun dan dari dulu aku selalu gak suka kalo James tersentuh orang-orang kayak Mingi."

"Dan kamu berprinsip 'biar semua masalah diberikan ke aku, tapi jangan ke James', am I right?" balas Yunho.

"Aku gak peduli, aku bakal cari, ke mana pun itu, bahkan ke ujung dunia,"

Pagi-pagi sekali aku diam-diam keluar rumah seorang diri dengan berjalan kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali aku diam-diam keluar rumah seorang diri dengan berjalan kaki. Yunho benar, aku bodoh jika berharap menemukan tempat untuk persinggahan James di komplek gedungan ini. Sejujurnya aku lebih suka jika James kembali ke kontrakan lamaku, namun aku tidak yakin jika aku bisa kembali ke sana. Mingi bisa saja sudah membatalkan kontrak rumahku dan aku tidak bisa membiarkan James jauh dari pengawasanku.

Aku menghentikan langkahku dan duduk sejenak di halte bus. Aku sendiri tidak yakin apa gunanya halte bus di daerah seperti ini, mungkin hanya untuk persinggahkan orang yang tidak punya tujuan sepertiku. Aku menundukkan kepalaku dan merenung, pikiranku kosong lagi.

"Jiwa muda yang membara, kenapa kamu di sini sendirian?"

Aku menolehkan kepalaku dan menemukan sosok ibu-ibu tua dengan keranjang bunga duduk di sebelahku. Ia menyodorkan setangkai bunga mawar kepadaku.

"Bunga mawar cocok untuk pasangan yang dimabuk cinta," lanjut ibu itu.

Aku hanya tersenyum kecil dan kembali terdiam sembari menatap mawar di tanganku. Lagipula siapa yang sedang dimabuk cinta? Mingi? Ya, Mingi dan sekretarisnya.

Haha.

"Kehidupan cinta memang gak mudah. Nilai-nilai cinta mulai runtuh semenjak orang-orang mulai memainkan cinta. Cinta yang luar biasa dianggap mempermainkan orang dengan hati setia, tapi sebenarnya itu ulah manusia. Manusia yang diberi akal, menggunakan akalnya untuk memainkan hati, memainkan cinta," ucap ibu itu panjang lebar.

Ibu tua itu meraih tangan kananku dan menggenggamnya, sesekali membelai pelan punggung tanganku menggunakan ibu jarinya. "Kamu punya tangan yang indah, juga cinta yang indah," ucapnya.

Aku menyunggingkan alisku. "Kehidupan cinta yang indah? Haha, kehidupan cinta berakhir di sini," ucapku. Aku menatap langit biru sendu, "Selesai, aku berhenti percaya cinta."

"Ngomong apa sih, kamu masih muda, jangan mudah putus asa," ibu tua itu melebarkan telapak tanganku dan tampak terkejut, "lihat, kamu sehat, hidup berkecukupan, dan garis cinta yang erat. Kehidupanmu diberkati oleh dewa."

"Ck," aku berdecak, "Sebenarnya ibu ini siapa? Apa ibu dikirim buat ngehibur aku atau bahkan buntutin aku?? Aku gak punya kehidupan yang indah, yang ada aku dikutuk."

Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang