9 : operasi

2.7K 468 32
                                    

Aku berjalan bolak-balik di depan ruang operasi dengan jantung yang berdetak tidak karuan. Aku berdiri sendirian di lorong operasi yang sangat sepi ini. Seharusnya ada Mingi, tapi pria itu berkata ia ada di sisi lain ruang operasi untuk memantau jalannya operasi. Dia tidak mengizinkanku ikut dengannya.

Aku duduk di kursi tunggu dan memijat kepalaku. Aku teringat ucapan Mingi kemarin malam, tentang penyakit James yang tidak hanya satu, tapi aku belum tahu penyakit apa lagi yang dideritanya.

Aku mendengar langkah kaki berjalan mendekat. Perasaanku mengatakan jika itu langkah kaki Mingi, tapi aku memilih untuk tidak peduli.

"Hera,"

Aku mengangkat kepalaku dan menemukan pria berdasi itu berdiri tepat di hadapanku. Mingi menarik tanganku dan aku pun berdiri menyamakan posisi kita.

"Gimana operasinya?" tanyaku dengan air mata yang berlinang.

"Gak usah khawatir, Dokter Seonghwa itu dokter terbaik di sini," jawab Mingi. "Oh ya, operasinya lebih lama dari yang dijadwalkan karena ada operasi tambahan."

"Operasi tambahan? Kenapa??"

"Sssh, calm down,"

Mingi menarik tubuhku dan mengunciku dengan tangan kanannya yang bertumpu pada tembok. Tatapan tajamnya menatapku, tidak goyah meskipun mataku begitu berair.

"Please, calm your horny ass down. It's ain't a right time," ucapku.

Mingi terkekeh, "Mikirin apa sih?"

Ia mengangkat tangan kirinya dan menghapus air mataku. "Let's back to the topic. Aku gak ngerti, sebenernya selama ini kamu itu hidupnya gimana. Aku gak nyangka adik kamu bisa begitu--tapi gak usah khawatir karena ada aku di sini," jawabnya.

"Begitu? Apa maksud kamu 'begitu'?"

"Kamu yakin mau tau sekarang?" Mingi menyunggingkan senyuman.

Aku mengangguk. Sebagai kakaknya dan orang yang menanggungnya, aku berhak dan harus tahu keadaan James.

"James, ginjalnya kena. Too bad, gak ada stok ginjal yang cocok. Tapi, karena ada aku, maka gak ada yang gak mungkin," ucapnya.

"Apa maksud kamu?" tanyaku lagi.

"Gak ada jalan lain selain beli, dan harganya gak murah," jawabnya.

Ya Tuhan, kepalaku pening sekali memikirkan jumlah hutangku pada pria kaya ini. Tampaknya aku tidak akan pernah bisa membayarnya sampai aku mati pun.

"Kenapa kamu gak bilang dulu sama aku?? Golongan darahku sama James sama, harusnya kamu pake ginjalku!!" protesku.

Air mataku kembali mengalir. Lututku melemas dan Mingi menarikku ke dalam pelukannya. Aku tidak peduli, aku menangis di kemeja kantornya.

"Hidup dengan satu ginjal itu bahaya dan tim dokter udah punya ginjal lain untuk James. Don't worry," ucapnya.

Pintu ruang operasi tiba-tiba terbuka dan dokter Seonghwa muncul. Aku segera membebaskan diriku dari Mingi dan menatap dokter Seonghwa.

"Gimana operasinya, dok?" tanya Mingi.

Dokter Seonghwa mengangguk seraya tersenyum, "Berhasil, pasien akan dipindahkan ke ruang rawat sekarang."

Oh ya, aku bahkan belum melihat ruangan rawat James karena dikurung oleh pria kaya ini.

James dikeluarkan dari ruang operasi oleh para suster. Aku dan Mingi mengikuti mereka dari belakang.

Tak ku sangka, para perawat itu berbelok ke bangsal yang cukup VIP. Sungguh, aku hampir gila memikirkan jumlah hutang yang aku miliki saat ini. Baru dua hari James masuk ke rumah sakit dan hutangku sudah benar-benar menggunung.

Aku duduk di tepi ranjang dan menatap sendu James yang tertidur pulas. Aku mengusap lembut wajah pucat James.

"Biusnya akan hilang sekitar beberapa jam lagi," ucap dokter Seonghwa.

"Terima kasih, dok," ucapku.

"Yeah, anytime," balas dokter Seonghwa, kemudian pergi dari ruangan meninggalkan aku dan Mingi.

Mingi menarik kursi lain dan duduk di sebelahku. "Ok, karena adik kamu juga belom bangun, let's talk about our affair," ucap Mingi.

Aku tidak mampu lagi menatap wajahnya. Aku menundukkan kepalaku sembari menggenggam tangan James, mendengarkan segala ucapan Mingi.

"Seperti yang kamu tau, aku salah hitungan di awal. Aku kira aku cuma perlu bayarin operasi, tapi ternyata ga sesederhana itu," lanjut Mingi.

"Yeah, aku udah ga peduli lagi. Kalo kamu mau aku kerja sama kamu selamanya pun aku gak apa-apa," ucapku.

Mingi menyeringai, "Well, oke kalo itu yang kamu mau."

Dering ponsel Mingi tiba-tiba menginterupsi percakapan kami. Pria itu bangkit dari kursinya dan mengangkat teleponnya di luar ruangan. Entahlah, aku tidak peduli juga.

"Aku ada urusan. Asisten aku akan dateng ke sini, gak usah khawatir karena dia temen aku," ucap Mingi.

"Aku mau di sini sama James," ucapku.

"Gak." Mingi berucap dengan tegas, "Remember, kitten, kamu masih di bawah kendali aku, kamu gak bisa seenaknya."

"Apa maksud kamu aku gak boleh nungguin James? Aku kakaknya dan kalo bukan aku, siapa yang nemenin James di sini?? Dia baru selesai operasi??" tanyaku geram.

"Buat apa aku nyewa kamar VIP kalo gak ada pemantauan 24 jam dari tim rumah sakit?" jawab Mingi. "Bakal ada waktunya buat kamu ketemu James, gak usah keras kepala."

Mingi melangkah begitu saja keluar ruangan. Aku kembali menitikkan air mataku sembari membelai lembut rambut James.

"James, kakak minta maaf..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

daddy kiyowo banget sih anjed ak pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

daddy kiyowo banget sih anjed ak pusing

Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang