54 : an eternal ending

2.2K 256 36
                                    

Dua orang pria bertubuh besar menarikku dan membawaku paksa masuk ke dalam sebuah mobil. Aku tidak tahu akan dibawa ke mana diriku. Bahkan mobilnya pun dikemudikan dengan kecepatan yang sangat tinggi, dengan Ayah Mingi di kursi kemudi.

Dadaku bergerak naik turun tidak karuan. Dari kaca spion, aku melihat mobil lain yang mengejar kami dengan sama cepatnya. Aku tidak ingin berharap banyak, tapi aku tahu, mobil itu milik Mingi.

"Anak gak tau diuntung! Anak seterhormat Mingi, bisa-bisanya bertekuk lutut pada jalang sialan?!"

Ayah Mingi menginjak pedal gasnya semakin dalam, hingga mobil Mingi semakin samar di antara mobil-mobil lain di jalan raya. Beliau membawaku masuk ke dalam hutan, ke dalam sebuah rumah tua di pinggir kota dengan ruangan berpintu besi di dalamnya.

Dua bodyguard yang tadi membawaku, mereka menghempaskan tubuhku dengan keras ke lantai. Aku bereaksi cepat, aku tidak peduli berapapun tulangku yang patah, asal anakku baik-baik saja.

"KUNCI PINTUNYA!!!" perintah Ayah Mingi.

Mengikuti perintah Ayah Mingi, bodyguard tersebut menutup rapat pintu besi. Namun, tidak, Mingi muncul lebih cepat dan berhasil membawa tubuhnya masuk ke dalam ruangan pengap ini.

"HERA!!"

Bodyguard menarik cepat tubuh Mingi dan menjegalnya, mencegahnya untuk mendekat.

Ayah Mingi terkekeh, "Otak kamu di mana? Sia-sia papa sekolahin kamu sampai luar negeri, kalau kamu justru main sama pelacur bodoh itu," Ayah Mingi mengeluarkan sebuah pistol dan memukulkannya pada kepala Mingi, "Anak siapa itu, Mingi? ANAK SIAPA?!!"

"JANGAN!!!" seruku.

DOR!!!

Ayah Mingi berbalik dengan cepat, membuat timah panas itu menembus tubuhku, alih-alih Mingi. Tubuhku tumbang. Rasa panas yang ditimbulkan oleh pelatuk bertimah itu kembali menguasai tubuhku, membangkitkan kenangan menyakitkan yang pernah ku kubur dalam-dalam tentang waktu itu.

"HERA!!!" seru Mingi.

Aku tidak kuasa menatapnya. Mingi yang dijegal oleh dua orang bodyguard ayahnya, masing-masing memiliki tubuh tambun, berbanding terbalik dengan proporsi tubuh Mingi. Ia memberontak, tetapi ia tidak bisa melepaskan diri.

"MUNDUR, MINGI!!" balas Ayah Mingi tak kalah kencang. "Mundur, atau ayah habisi kamu sekalian?!"

"Mingi.... Jangan...." ucapku lemah.

"JANGAN BERANI-BERANINYA KAMU MENYEBUT NAMA ANAK SAYA, WANITA JALANG!!!"

DOR!!!

Tembakan kedua, timah kedua yang bersarang di tubuhku. Mulutku mulai mengeluarkan darah, tubuhku semakin melemah, aku jatuh dari posisiku.

BRAKKK!!

"HERA? HERA!!"

Aku melirik lemah ke arah pintu. Pintu besi yang kokoh itu terbuka dengan sekali hentakan, kemudian Yunho muncul dari baliknya.

Pria itu berlari ke arahku dan melepaskan jasnya, menutupi tubuhku yang bersimbah darah dengan jas hitamnya. Yunho memelukku, memblokir akses ayah Mingi dariku.

"Hera, bertahan, Hera. Ingat anak kamu, tolong bertahan, setidaknya buat anak kamu!" ucap Yunho lirih.

"Yunho.... Tolong jaga James, anak aku, Mingi. T-tolong jaga mereka... setelah aku gak ada. Aku percaya kamu, kamu orang baik," ucapku lirih.

"HERA!!!" seru Mingi. Sungguh, hatiku sesakit itu mendengar teriakan Mingi yang terdengar begitu merana. Begitu pula Yunho, hatiku sakit sekali mendengar isakannya.

Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang