Aku menghabiskan waktuku dengan berdua saja bersama James. Aku jarang sekali keluar meninggalkan kamar James bahkan untuk makan sekalipun karena Yunho membuatku menerima makanan ekstra ketika jam makan tiba.
"James, apa luka jahitan kamu udah kering?" tanyaku.
"Hampir, dan kakak bolak-balik nanyain pertanyaan itu sama aku, kenapa sih?" James balik bertanya.
Aku mengangkat bahuku. Aku sendiri tidak tahu mengapa aku menjadi uring-uringan seperti ini.
"Kakak mikirin apa sih? Jangan bilang kalo kakak mikirin Mingi?" tanya James lagi.
Aku menghela napasku dan menganggukkan kepalaku. Tak bisa dipungkiri, hatiku terus mencari celah-celah kekosongan ruang rindu di dalam sana.
"Kakak tau kalo ini salah, tapi rasanya ada yang hilang selama dia pergi," jawabku.
James menaikkan salah satu alisnya, "Kakak sendiri kan yang dari dulu pengen cepet-cepet lepas dari orang kaya itu? Jangan-jangan kakak kena cuci otak lagi??"
"Enggak James, apa sih," elakku. "Ya udah lah ngapain juga sih mikirin Mingi, kita harus nikmatin waktu kita selagi kakak bisa di sini karena kita gak pernah tau kapan kakak dijemput lagi."
"Kakak yang mikirin Mingi." James berkata dengan sinis, "Aku gak pernah suka pria itu, walaupun dia yang biayain semua ini, bahkan nyariin aku donor ginjal. Aku harap bisa secepatnya keluar dari sini dan kakak juga nemuin celah buat kabur."
"Gak, kabur itu gak mungkin, Mingi pasti bisa nemuin kakak di mana pun. Kakak lebih suka cari aman daripada kamu harus kenapa-kenapa," ucapku.
"Dengan mengorbankan diri kakak?" Nada James tiba-tiba meninggi, "Apa kakak pernah mikir kalo selama kakak kerja bareng Mingi, diem-diem dia nyimpen pistol di laci atau bahkan katana di bawah kasur??"
"James," ucapku dengan nada dingin, "Kakak tau kamu gak suka Mingi, tapi jangan bilang kayak gitu. Tanpa dia, mungkin saat ini kamu cuma berobat di klinik biasa dengan kakak kerja dengan cuma satu ginjal. Kakak gak nyalahin kamu karena kamu sakit, enggak, cuma mungkin kita perlu sedikit bersyukur sama keadaan kita saat ini. Inget, kita bukan siapa-siapa."
Buku-buku jari James mengepal. Laki-laki itu menolehkan wajahnya secepat kilat ke arah berlawanan dengan posisiku. Ia pasti marah sekali.
Aku mengulurkan tanganku dan membelai pelan surai hitam James, "Kakak minta maaf ya kalo ucapan kakak bikin kamu marah. Inget kan, oma gak pernah ngajarin kita untuk jadi orang yang pemarah. Seburuk apapun manusia, cuma Tuhan yang tau hukuman dan karma terbaik buat mereka."
Aku dan James kompak menolehkan kepala ke arah pintu masuk ketika kami mendengar suara pintu kamar yang tiba-tiba terbuka. Yunho dan dokter Seonghwa beserta satu orang suster tiba-tiba muncul.
"Hai James, Hera," sapa dokter Seonghwa.
Dokter Seonghwa berdiri di tepi kasur James, sementara Yunho duduk di kasur, di arah yang berlawanan dengan posisi dokter Seonghwa.
"Kim Hera, lama tidak bertemu," ucap Dokter Seonghwa dengan ramah. "Nah, James, ayo kita cek kondisi kamu."
Yunho menarik tanganku menjauh dari ranjang James menuju pintu agar dokter Seonghwa dan suster dapat dengan leluasa memeriksa James. Aku menatap wajah pria itu, ia tampak sangat tenang.
"Mungkin kamu harus balik," ucapnya memecah keheningan antara kami.
Aku mengerutkan dahiku. "Kamu bilang Mingi pergi untuk waktu yang lama? Aku baru satu malam di sini, yang bener aja??" tanyaku.
Yunho berdiri bersandar di tembok dan memijat keningnya, "Ada satu hal yang perlu kamu tau, setelahnya terserah."
"Apa?" tanyaku lagi.
"Kondisi James sudah cukup stabil, beberapa hari lagi James bisa keluar dari rumah sakit," ucap dokter Seonghwa.
Aku membalik tubuhku menatap dokter Seonghwa. Dokter muda yang sangat ramah itu tersenyum padaku.
"Serius?" tanyaku.
Dokter Seonghwa mengangguk, "Ya, kami juga akan memberi James perawatan lebih agar kondisinya cepat stabi. Yah, kami pamit keluar dulu."
Aku dan Yunho mempersilakan dokter Seonghwa dan suster itu keluar dari kamar dan kami kembali duduk di posisi masing-masing. Aku duduk di kursi tepi ranjang sedangkan Yunho di kasur.
"Aha, sebentar lagi kamu pulang," ucap Yunho pada James.
James membalas ucapan Yunho dengan senyuman kecil. "Lagipula buat apa aku pulang? Aku bakal di rumah sendirian sedangkan kakak ngabisin waktu sampe dua tahun kedepan buat kerja sama orang gila, yang bahkan gak tau bakal pulang ke rumah atau engga," ucapnya sarkas.
"Siapa yang bilang kamu bakal pulang ke rumah? Kamu pikir rumah Mingi sekecil itu?" balas Yunho.
Aku dan James membelalakkan mata kami. "A–apa? James bakal tinggal di rumah Mingi juga??" tanyaku.
Yunho mengangguk santai, "Apa salahnya? Jauh lebih baik kalo kalian satu rumah, kan? Lagipula kamu tau sendiri kalo Mingi sibuk."
"Dan aku bakal dengerin suara yang enggak-enggak? Oh shit," umpat James.
Yunho terbahak mendengar ucapan James. Ia mengacak-acak rambut James sembari tertawa dan berkata, "Kamu udah gede ya, hahaha."
James menggeleng cepat. "Bu–bukan gitu! Kamu pikir aku tega denger kakak tiap malam dipukulin gitu? I mean, I never know how it workshop but for the godness sake, I don't want to see any violence in front of my face," ucap James.
"But your sister enjoyed it thought," balas Yunho. "Kekerasan yang Mingi lakukan bukan kekerasan kayak tindakan kriminal yang kamu pikirin. It's a kind to enjoy life, kamu akan paham ketika kamu udah dewasa."
Ekspresi wajah James kembali berubah marah. "Dang, I trusted wrong person," ucapnya.
Yunho kembali terkekeh, "Tenang, kakak kamu selalu ada di bawah pengawasanku. Mingi gak bakal bertindak aneh-aneh selagi ada aku di sini dan sekarang Mingi sedang pergi jauh buat ngurusin bisnisnya. No need to worry, your sister is safe."
"Don't pretend like you are always in my sister side every fuvking time because I know that you would not. Even I can't believe in angel to save my sister, in the hand of a demon," celetuk James.
"Mingi emang keras kepala, tapi bukan berarti dia orang yang jahat. By the way, aku punya urusan sama kakak kamu, jadi aku perlu bawa Hera pulang untuk beberapa waktu. Tenang, Mingi gak ada di rumah dan aku gak bakal bawa kakak kamu buat ketemu sama orang itu, dan aku janji kita bakal jemput kamu saat waktunya kamu keluar dari rumah sakit," ucap Yunho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]
FanficActs like an angel and sins like a devil. Somehow, he does. Was #1 in Mingi, ATEEZ. Originally written by Penguanlin, 2019.