20 : skyview

2.1K 416 32
                                    

Aku menatap plang besar nama klub di depanku. Skyview, aku heran mengapa nama klub jaman sekarang selalu berhubungan dengan langit.

Aku melangkahkan kakiku masuk ke klub sebelum seseorang yang berpakaian seperti penjaga menghadangku dengan tangannya.

"Kartu member?" tanyanya.

Aku memutar bola mataku dengan malas, "I am a guest."

"Show me your identity card, ma'am. It's our regulation," ucapnya.

Aku memelototkan mataku dan mendorong pria itu. "None of your business!" seruku kemudian melangkah masuk ke dalam klub.

Aku mempercepat langkahku sambil sesekali menengok ke belakang, kalau-kalau pria itu mengejarku. Namun, nihil. Pria itu tetap pada posnya.

Aku mengedarkan pandanganku sejauh yang aku bisa untuk menemukan Mingi. Klub ini tidak seramai dan segila burning star, namun lebih elit dan aku yakin jika klub ini bukanlah klub main-main.

"Hera!"

Aku menolehkan kepalaku dengan cepat ketika aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku hampir saja mati ketakutan jika saja Wooyoung tidak muncul di bar.

Aku mengerutkan dahiku. "Sejak kapan kamu kerja di sini? Aku kira kamu bartender di burning star," ucapku pada Wooyoung.

"Ada shift, jadi pas aku gak kerja di burning star, aku ada di sini," jelas Wooyoung. "Dan kamu? Aku kira ini pertama kali aku lihat kamu di sini."

"Urusan pekerjaan," jawabku singkat.

Aku kembali menatap ke sekitar. Mingi tidak terlihat sebagai tipikal orang yang akan menari sambil mabuk-mabukan, ia seharusnya tidak jauh dari bar.

"Nyari siapa? Mungkin aku bisa bantu," tawar Wooyoung.

Aku menggeleng tanpa bersuara. Bertepatan dengan itu, aku menemukan sebuah punggung yang tampak tak asing ada di meja pojok.

"Hera--"

"Wooyoung maaf aku harus pergi," ucapku.

Aku berjalan cepat menuju meja Mingi dan sedikit berlari saat aku melihat seorang wanita yang tampaknya memiliki pekerjaan sama denganku terlihat hendak menghampiri Mingi. Aku perlu menyelamatkan pria itu sebelum hal buruk terjadi, atau Yunho akan murka.

"Hey boy," sapa wanita itu dengan nada yang dibuat-buat. Sebelumnya aku tidak pernah tahu jika nada menggoda akan terdengar begitu cringe.

"Sorry, this is my man," ucapku pada wanita itu.

Wanita itu menatapku dengan tatapan tidak suka. Sebenarnya aku ingin sekali tertawa melihat dandanannya. Wanita itu perlu berguru pada seorang profesional seperti Kim Hera.

"Aku yang datang duluan!" seru wanita itu.

Aku mengangkat sebelah alisku. Astaga, wanita ini pasti berbeda 'rumah' denganku. Ia kasar sekali.

Aku melirikkan mataku pada Mingi. Pria itu tampak tidak tertarik dengan obrolan--atau tepatnya pertengkaran antara diriku dengan wanita aneh ini. Ia menuangkan alkohol pada gelasnya dan menenggaknya seolah-olah ia hanya sendirian.

"Gak semua orang yang sendirian itu gak punya partner. He called me last night, so I'd be grateful if you leave us alone," ucapku berusaha tenang agar terlihat meyakinkan.

Wanita itu memasang wajah marah dan melangkahkan kakinya dengan hentakan keras meninggalkan kami. Aku segera mengambil posisi duduk di depan Mingi dan meraih tangannya.

"Mingi? Daddy, let's go home," ajakku.

"I can't do this, Yunho, I JUST CAN'T!!"

Aku agak memundurkan badanku mendengar Mingi meracau. "Hey? Ayo pulang," ucapku lembut.

Mingi tiba-tiba terkekeh, "Where should I place my face when the world know that I'm in love with a wrong person? Harga diriku? Harga diri keluargaku?"

Aku menggigit bibir atasku. Aku tiba-tiba ingat omongan orang-orang tentang orang yang akan cenderung lebih jujur saat ia mabuk. Tapi, apa maksudnya? Apa maksud Mingi?

"Would you like to love that beautiful slave, Yunho? Love her for me," racau Mingi lagi. Detik setelahnya, ia tumbang. Ia menyangga kepalanya dengan tangannya yang bergoyang.

"Si–siapa?" tanyaku pelan.

"Don't pretend like you don't know. Aku tau kamu suka sama Hera, iya kan?! YOU LOVE HER, DON'T YOU?!"

Kepalaku tiba-tiba pening. Meskipun Yunho sangat menyebalkan dengan pertanyaannya yang menjebak, aku yakin Yunho tidak mungkin menyukaiku seperti yang Mingi kira.

Tapi, cinta pada orang yang salah? Apakah itu maksudnya aku?

"Y–ya," jawabku seadanya pada Mingi.

Mingi tertawa miris mendengar jawabanku. "Sangat menyakitkan ketika aku minta kamu untuk menjaga orang yang aku cintai. Tapi kamu tau, Yunho, aku gak bisa melakukan lebih dari itu. If I egoist for my heart, I'll be dumped from my family, my reputation, my work, my cast," ucapnya untuk yang terakhir kali, kemudian ia benar-benar tumbang, tepat setelah tegukan terakhinya.

Mataku memanas.

Jadi, Yunho benar. Mingi melihatku sebagai seorang wanita, tapi sesuai dengan kekhawatiranku, seonggok perunggu tidak pantas bersanding dengan sebongkah berlian. Aku pun paham jika reputasi dan jabatan benar-benar penting bagi Mingi dan aku juga tidak bisa egois untuk memaksakan perasaan yang perlahan-lahan tumbuh di dalam hatiku.

"Ayo pulang," ucapku sambil menyeka air mataku.

Aku mengangkat tubuh jangkung Mingi dengan sekuat tenaga dan membawanya keluar dari klub ini. Ketika dadanya bertabrakan dengan telingaku, aku kembali mendengar detak jantung itu. Mungkin ini adalah saatnya untuk menyerah, menyerah dan menerima fakta bahwa Song Mingi bukanlah orang yang tepat untukku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang