45 : rencana

1.5K 251 36
                                    

...hai?

Aku mencuri-curi pandang pada wajah Mingi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mencuri-curi pandang pada wajah Mingi. Mulutnya terbuka lebar, mata sipitnya membulat, tetapi yang pasti, jantungnya berdebar kencang. Ia tidak berbicara sepatah kata pun setelahnya, membuatku sedikit terkekeh geli.

Aku tidak begitu yakin, tetapi aku telah memberikan apa yang ia inginkan, kan?

"Hera, pukul aku," ucap Mingi tiba-tiba.

"Hm? Kenapa?" tanyaku, "Little Song gak suka kalo papanya dipukul."

Mingi tiba-tiba tertawa, "Aku berhasil? Kan? Kita berhasil??"

Mingi menatapku dan memelukku erat sekali. Ia benar-benar tidak berusaha menutupi kebahagiaannya, ia tersenyum lebar sekali.

"Here, come to daddy. I want to hug our little Song," ucap Mingi, ia membenarkan posisi tidurnya dan kembali memelukku, "Ahh, serius, aku udah gak pengen ke kantor lagi."

"Ke kantor dong, masa enak banget pak bos ga kerja," candaku.

"Gak mau, yang sekarang harus aku jaga nambah satu, jadi aku harus ekstra hati-hati," jawab Mingi.

Aku mengangkat satu alisku, "Aku gak akan ninggalin rumah, jadi kamu gak perlu khawatir tentang itu. Dan ya, ada kak Yeowon, kak Jinsung, James, juga Yunho. Don't mind me."

"Seriously, Hera, mungkin kamu ngerasa biasa aja, but me, tiba-tiba aku ngerasa kalo aku harus jadi power ranger buat kamu dan little Song. I don't know, it feels weird but that's what I feel about you," ucap Mingi.

"Itu namanya insting seorang ayah," ucapku, "You haven't been a father yet but already act like a father."

"Haha, I know, it's weird, right? I have to and I must protect you in all cost, that's that," balas Mingi. "Oh ya, Seonghwa ngajak kita buat ngunjungin panti asuhan yang selalu dia datengin. Wow, pertanda apa ini."

"Hah? Panti asuhan apa?" tanyaku.

"Ah, aku belom ngasih tau kamu, ya?" Mingi balik bertanya.

Mingi bangkit dari posisinya dan meraih sebuah yPad dari laci nakas. Ia memperlihatkan beberapa foto padaku. Sebuah bangunan dengan model lama, tetapi dicat lagi sehingga tidak terkesan usang.

"Apa ini?" tanyaku.

Mingi menggerakkan jempol dan telunjuknya; memperbesar sebuah gambar sehingga plang nama panti yang terpasang di depan pintu masuk dapat terbaca dengan jelas. "Earl Coast," aku bermonolog.

Mingi mengangguk, "Ada di pinggir kota, rumah buat beberapa anak-anak terlantar. Seonghwa rutin ke sana, kadang ngajak aku buat ikut. Berhubung juga karena kita punya little Song, sekalian bisa minta doa."

Pria itu kembali menggeser telunjuknya. Lebih dekat dengan Earl Coast, ada beberapa foto anak-anak panti asuhan dengan berbagai pose, juga beberapa foto dengan Mingi maupun Dokter Seonghwa di sana.

"Wow, selama aku ketemu Dokter Seonghwa, aku ga pernah liat dia senyum selebar ini," ucapku sembari menunjuk sosok Dokter Seonghwa yang terlihat sedang bermain dengan anak-anak panti.

Mingi mengangguk setuju, "Aku juga gak pernah nyangka kalo Seonghwa rajin ngunjungin panti asuhan kayak gini. Aku kira dia selalu sibuk di rumah sakit."

Aku menyentuh daguku; memikirkan tentang hal seru apa saja yang bisa ku lakukan di panti asuhan besok. Aku tidak pernah menghadapi anak-anak sebelumnya. Tidak pernah, kecuali James, itu saja James sudah cukup dewasa ketika kami memutuskan untuk hidup berdua saja.

"Kita perlu bawa sesuatu buat anak-anak. Apa yang biasanya kalian bawa?" tanyaku.

"Entah, aku cuma nyumbang uang, sisanya diurus sama Seonghwa dan asistennya," jawab Mingi. "Asisten, atau mungkin lebih tepat disebut pengurus panti. Gak tau deh, aku ga paham."

"Tapi, Mingi," aku menatap wajahnya, "Aku takut."

"Hm? Takut kenapa?" tanya Mingi.

"Aku gak pernah kayak main sama anak-anak gitu loh. Bukan cuma canggung, gimana ya, aku takut gak bisa berkomunikasi sama anak-anak," jawabku.

"Justru itu, dengan main sama anak-anak, kamu makin bisa ngerasain rasanya jadi ibu. We need to learn about how to be a parent, we can learn from there," ucap Mingi. "Oh ya, Seonghwa belom tau tentang baby, ya?"

Aku menggeleng, "Baru kamu sama Yunho yang tau. Aku gak tau ilmunya, tapi kehamilan awal masih rawan, kita bisa tunggu sampe little Song sedikit lebih kuat."

Mingi menganggukkan kepalanya dan kembali pada posisi awal kami, memelukku sembari aku bersandar di dadanya. Kami tiba-tiba terdiam, entah mengapa.

"Hera, ke mana pun kamu pergi, tolong selalu bawa hp kamu," ucap Mingi. "Untuk jaga-jaga aja, apalagi kamu gak mau ngasih tau orang lain tentang little Song. Kalau ada sesuatu yang salah, selalu telpon aku atau Yunho."

"Iyaa, jangan terlalu khawatir, aku selalu baik-baik aja," ucapku sembari tersenyum.

Mingi ikut tersenyum dengan lebarnya. "Ayo tidur, bumil harus banyak istirahat," ajak Mingi.

"Loh, kamu ga ke kantor lagi?" tanyaku.

Mingi menggeleng, "Gak mau. Papanya little Song ngantuk, mau tidur aja."

Aku terkekeh. "Kok jadi manja sih??" tanyaku.

Mingi meraih sebuah selimut dan menutupi tubuh kami dengan selimut tersebut. Ia lantas mengeratkan peluknya, nada rendah pria itu tiba-tiba bergema, "I can't fuvk you for a fuvking nine months, but still, I can cuddle you. Sleep well, queen. And little Song, dad loves you so much."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mau double update tapi ngantuk pol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mau double update tapi ngantuk pol

welcome back ✨
udah berapa lama aku ninggalin rts sampe berdebu gini :(

Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang