kindly reminding kalo alurnya aku cepetin (soon bakal aku loncat lagi soalnya wakakak), awkeey lets rockKKKK
Aku fokus membuka bungkus kudapan yang Yunho belikan dan melahap beberapa potong biskuitnya. Perasaanku mengatakan jika sedari tadi Yunho terus menatapku. Benar saja, aku menolehkan kepalaku dan Yunho masih terus diam dan menatapku.
Aku meletakkan kudapanku di atas meja, "Yunho? Kamu gak pulang?" tanyaku, "Gak bermaksud ngusir, cuma tanya."
"Enggak," Yunho menggeleng, "Tuan Song ngadain makan malam, masa' aku gak ikut?"
Aku menepuk dahiku, "Astaga, bener juga, aku lupa. Maaf."
"It's okay," ucap Yunho, kemudian melirik jam tangannya, "Kapan Mingi pulang?"
"Mungkin sebentar lagi," jawabku.
"Hera, apa kamu gak mau pindah ke kamar bawah? Serem liat kamu naik turun tangga setiap hari," ucap Yunho.
"Hah?" aku terkekeh, "Kenapa? Aku masih kuat kok, iya kan, dek? Mama masih kuat yaa?"
Aku bermonolog pada Song kecilku. Ia sudah semakin aktif sekarang, sesekali aku merasakan jika ia mengetuk perutku. Rasanya menggelikan, juga mengharukan.
"Oh ya, apa kamu udah ke dokter? Mungkin kamu sama Mingi bisa meluangkan waktu buat cek jenis kelaminnya," saran Yunho.
"Aku gak punya banyak rencana di waktu dekat, mungkin aku bisa omongin tentang hal itu sama Mingi," ucapku.
Deru mesin mobil mulai terdengar mendekat. Walaupun deru mobil itu bisa jadi merupakan mobil tetangga, mengingat sekarang adalah jam-jam pulang kantor, tetapi hatiku berkata jika itu adalah Mingi. Indera pendengaranku tiba-tiba menjadi semakin tajam jika itu berkaitan dengan Mingi atau little Song.
Aku bangkit dari kursiku, "Mingi pulang."
"Hah?" tanya Yunho bingung. Barangkali ia tidak mendengar suara mesin, tetapi aku tetap berjalan ke teras untuk menyambutnya.
Pandangan pertamaku di teras rumah adalah sosok seorang pria berjas dengan tatanan rambutnya yang masih cukup rapi. Aku menyandarkan tubuhku di ambang pintu, menunggu pria itu menyadari kehadiranku. Hingga mobil yang membawanya keluar dari halaman, ia membalik punggungnya. Senyumnya merekah.
"Ngeliatin apa, cantik?" tanya Mingi.
Aku melirik pada jam dinding di ruang tamu, "Kamu terlambat."
Mingi berjalan mendekat dan menyampirkan kedua lengannya di pinggangku. Dengan tatapan penuh kasih sayangnya, ia menatapku sembari tersenyum manis.
"Then, what? Do you want to punish me?" ucap Mingi setengah berbisik.
"Eyy!" aku mencolek hidung Mingi, "Not now."
Mingi mengerucutkan bibirnya, "I can't wait, no longer! Tadi aku cari-cari di internet, setelah trisemester kedua, the mom had her lust back."
"Good to you, but not for our little Song," ucapku. "It's good to me tho, I guess?"
Tangan kanan Mingi berpindah ke perutku. Ia sedikit menyingkap sweater-ku dan mengusap perutku dari dalam sana. Beberapa usapan dari sang papa, little Song tiba-tiba mengetuk perutku lagi.
Aku menatap Mingi. Ekspresi wajah pria itu berubah menjadi clueless. Ini adalah pertama kalinya Mingi merasakan 'kehidupan' dari dalam perutku.
"Knock knock. Hi, dad," ucapku dengan nada yang dibuat-buat.
"Hey? Little Song mukul!" seru Mingi.
Aku tertawa. "Kangen papa ya, nak? Papa udah pulang nih," aku kembali bermonolog. "Oh ya, seisi rumah udah tau tentang little Song, jadi kita gak perlu tutup-tutupin lagi."
"Bagus dong," Mingi mengecup singkat bibirku, "Makan malam akan lebih spesial dengan berita ini. Ayo temenin aku, bantuin aku siap-siap."
"Siap, kapten!" jawabku sambil memberi sikap hormat pada pria itu.
Mingi tertawa, "You are too cute, I can't handle it!"
Pria itu memapah tubuhku, menggendongku sampai dalam. Aku melingkarkan kedua tanganku pada leher pria itu. Aku menatap wajahnya yang dipenuhi senyuman, rona pipinya tiba-tiba memerah.
"Ngeliatinnya biasa aja dong, aku malu," ucap Mingi pelan.
"Kenapa malu? Gak mau diliatin sama aku?" tanyaku.
"Arrgh, aku gigit ya!" candanya.
Kami kembali berpapasan dengan kak Yeowon dan Yunho yang masih bertahan di dapur. Astaga, canggung sekali, aku menyembunyikan wajahku pada tubuh Mingi.
"Hei, there. Aku gak tau kamu sampe duluan," ucap Mingi pada Yunho.
"Yeah, pretty early. Better dress up, tho?" balas Yunho.
Aku memukul pelan punggung Mingi, memberinya kode agar segera lanjut berjalan. Wajahku sudah pasti persis seperti tomat. Bisa-bisanya Mingi berbincang-bincang di dapur sementara posisinya sedang menggendongku.
"Be careful with the baby!" seru Yunho, beberapa langkah setelah Mingi naik di tangga.
"Ay ay," balas Mingi, kemudian merendahkan nada bicaranya padaku, "Yunho perhatian, tapi aku kurang nyaman."
"Eum? Kenapa?" tanyaku.
"Entah? As usual, aku kurang nyaman kalo kamu terlalu dekat sama Yunho," jawab Mingi. "And our little Song too."
"Ck, little Song kan tetep anak kamu, gak mungkin tiba-tiba jadi anaknya Yunho," ucapku. "Dan, apa kamu baru aja cemburu?"
"Hah?" wajah Mingi kembali memerah, "Cemburu? Apa aku keliatan begitu?"
"Haha, kamu kenapa sih, masih aja cemburu sama Yunho? Yah, dia orang baik," ucapku. "And so you."
Kami pun sampai di kamar. Mingi membaringkanku dengan lembut sekali di atas kasur, kemudian melepas jas dan dasinya.
"Ada gaun baru di laci nakas, aku lupa ngasih tau kamu tentang itu. Be sure to wear it, it match my suit as well," ucap Mingi. "The peach one, satunya lagi untuk maternity shoot."
Sebelum melangkah ke kamar mandi, Mingi kembali mengecup pipiku, "We have so much things to do. Be sure to take care of yourself, ok? Little Song, jagain mama ya!"
note.
huhu ayo sebelum tahun baru harus udah selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]
FanfictionActs like an angel and sins like a devil. Somehow, he does. Was #1 in Mingi, ATEEZ. Originally written by Penguanlin, 2019.