Setelah mandi dan berberes, aku memutuskan untuk turun ke dapur, menemui kak Yeowon. Mingi sama sekali belum bangun dari tidurnya, masih dalam kondisi yang yah, kau tahu bagaimana.
"Abis party ya," ucap kak Yeowon.
Aku mengerutkan dahiku. Pesta apa ㅡoh. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Ah kak Yeowon, ia bisa saja menggodaku.
"Apaan sih kak," sanggahku.
"Ciee mukanya merah," ucap kak Yeowon jahil, "Pasti rasanya beda dari yang sebelumnya. I thought that was your first time after all the past time? I mean, it was the lovely one."
Aku mengangguk, "Lebih dari itu, rasanya menyenangkan banget ngerasain gimana rasanya dicintai."
Kak Yeowon menepuk bahuku, "Kamu orang baik, kamu pantes dapatin semuanya."
Kak Yeowon berbalik dan kembali memasak. Meskipun aku tidak begitu mahir memasakㅡmakanan keseharianku dan James tidak jauh dari mie instan dan telur dadarㅡtetapi aku akan membantu sebisaku. Aku masih tahu diri.
"Kak, aku mau bantuin," ucapku.
"Mmm, potongin wortel sama bawang merahnya deh," ucap kak Yeowon.
Aku mengangguk dan menggapai beberapa buah wortel dan memotongnya tipis-tipis. Pekerjaanku hampir selesai ketika sebuah tangan kokoh melingkar di pinggangku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mingi, ia memelukku dari belakang dan menyampirkan kepalanya pada bahuku. Dari samping, aku melihat rambutnya yang masih basah. Ck, pria itu tidak mengeringkan tubuhnya dengan benar.
"Mingi ish,"
Aku melepaskan tangan Mingi secara paksa dari pinggangku, tetapi pria itu kembali pada posisinya.
"Awas ih ada kak Yeowon!" bisikku.
Mingi mengeratkan pelukannya dan membalas bisikanku, "Gak ada yang berani ngomentarin Song Mingi."
"Yeowon, kamu keberatan?"
Wajahku memerah seperti kepiting rebus. Aku berusaha setengah mati untuk berbisik sepelan mungkin pada Mingi, tetapi pria itu justru bertanya secara terang-terangan. Selamat tinggal akal sehatku.
Aku memberanikan diriku untuk menoleh pada kak Yeowon. Wanita itu menggeleng dan sebisa mungkin menahan tawanya. Mati aku, setelah ini aku pasti akan digoda habis-habisan.
"Tidak, Tuan Song," jawab kak Yeowon.
Aku sedikit memelototkan mataku pada kak Yeowon. Wanita itu hanya membalas tatapanku dengan wajah datar.
"Yeowon gak peduli," bisik Mingi tepat di telingaku.
Ah sudahlah, aku tidak ambil pusing. Aku kembali pada pekerjaanku dalam potong memotong. Mingi tetap bertahan pada posisinya, tak peduli berapa kali aku bergerak.
Aku meraih beberapa siung bawang merah dan mulai memotongnya. Pergerakanku benar-benar terkunci oleh Mingi. Yah bayangkan saja bagaimana susahnya memotong bawang dengan posisi seperti ini.
"Ah!"
Mataku terkena cipratan air dari bawang merah. Perih sekali.
Mingi segera membalik tubuhku dan meniup pelan kedua mataku. Posisi kami dekat sekali, aku bahkan bisa mendengar detak jantung Mingi yang saling bersahutan dengan detak jantungku.
"Hati-hati, sayang, jangan lukai diri kamu sendiri," ucap Mingi. Ia lantas menarikku dan mendekapku erat. Tangan Mingi membelai lembut rambutku.
Rasanya aku sudah kehilangan akalku. Aku hanya terkena bawang dan Mingi memperlakukanku secara berlebihan sekali. Meskipun begitu, aku tidak bisa berbohong jika aku menyukai tindakan tiba-tiba Mingi seperti ini.
"Udah ah kamu kerja aja sana!" seruku. Aku kembali melepas paksa pelukan Mingi dan segera menutup wajahku.
Aku kembali menatap datar kak Yeowon. "Kak, cringe dengernya," dengusku.
"Udah ah, ayo, Yeowon aja tau apa yang lebih baik kamu lakuin," ucap Mingi. Tanpa aba-aba ia menarikku keluar dari dapur.
"Mingi ih, aku mau bantuin kak Yeowon, tau!" protesku.
"Gak usah, bayaran Yeowon buat kerja sendirian itu ga pernah sedikit," jawab Mingi. Aih, sombong sekali orang kaya ini.
Seperti tidak ada tujuan lain, Mingi menarikku kembali ke lantai dua. Ia mengajakku untuk duduk di balkon, sudah ada dua cawan porselen dan satu teko air yang senada diletakkan di atas meja.
Aku mendahului Mingi berdiri dengan bersandar pada pagar balkon. Pemandangan taman belakang rumah besar tuan muda Song terhampar jelas di depan mataku. Mulai dari taman bunga kak Jinsung hingga danau kecilㅡyang kemudian ku ketahui ternyata kubangan itu adalah kolam ikan yang besar sekali.
"How's your feel?" tanya Mingi. Ia bergabung denganku berdiri di belakang pagar balkon dan menyodoriku satu cangkir teh.
"It feels wonderful," Aku menerima teh dari Mingi dan menenggaknya sampai habis, "And with you, nothing is bad."
Mingi melipat kedua tangannya dan ia gunakan untuk bertumpu pada pagar balkon. Ia menolehkan wajahnya, menatapku dalam. "Maaf, karena aku gak bisa seperti pria lain ketika berkomitmen. Bukan berarti aku gak serius, tapi yah, kamu tau keadaannya," ucap Mingi.
Aku menatapnya, "Kita harus rahasiain hubungan ini, begitu kan intinya?" aku memalingkan wajah dan menghela napas, "Gak ada yang salah dengan itu. Kamu tau, untuk orang yang terlanjur kotor seperti aku, bisa ngerasain cinta aja udah sebuah anugrah," aku kembali menatap Mingi tepat di matanya, "Dan makna cinta itu gak sesempit pernikahan atau apapun statusnya. Cinta itu universal, baik memiliki atau enggak."
Mingu merentangkan tangannya dan merangkulku, mengikis jarak antara kami. Aku bersandar pada lehernya dan kami bersama menatap langit biru yang lama kelamaan warnanya memudar kejingga-jinggaan. Matahari telah selesai pada tugasnya, kini waktunya bulan untuk menampakkan eloknya.
"Besok aku udah mulai kerja lagi, tolong jaga diri kamu selama aku gak ada, Yunho juga bakal aktif kerja lagi di kantornya, James antar jemput sama Jinsung, dan tinggal kamu sama Yeowon. Aku gak ngelarang kamu buat keluar, tapi ada baiknya kamu selalu ditemenin ketika keluar rumah, baik sama aku, Jinsung, atau Yunho. Aku gak mau kejadian buruk sama San terulang lagi," ucap Mingi panjang lebar.
"You can trust me, I'll be save,"
"Of course, you will and you must,"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
pengen rasanya ngerevisi semua chapter tapi males bener
kalo kalian bisa ngebayangin every detail in this chapter, wes ambyar sj diriku. banyakan ambyarnya daripada ngetiknya