kindly reminding alurnya aku cepetin lAgi
mergo opo?
yo ben ndang rampung 😭
"Hey there, ibu hamil makin bersinar aja,"Aku yang sedang mengaduk susu khusus ibu hamil milikku sontak tertawa. Yunho dengan kalimat asalnya tiba-tiba bergema. Akhir-akhir ini ia sering sekali mengunjungiku. Sementara itu, Mingi justru terlalu sibuk dengan pekerjaannya, padahal kehamilanku sudah semakin besar.
"Apaan sih, gak jelas," sahutku.
"Mana Mingi? Udah berangkat?" tanya Yunho.
"Iya, beberapa hari ini dia sibuk banget di kantor, dia pulang larut malam," jawabku.
Yunho menggelengkan kepalanya, "Hera, bisa kita ngobrol berdua?"
"Hm? Bisa," jawabku.
Pria itu menoleh ke sekeliling sudut rumah yang bisa ia jangkau dari posisinya, "Di mana James?"
"Di belakang, sama kak Jinsung. Kamu mau ngobrol sama aku atau sama James?"
"Sama kamu. Ya udah, kita ke balkon lantai dua aja," ajak Yunho.
"Okay,"
Aku mengikuti langkah Yunho naik ke lantai dua. Dalam kondisiku yang berbadan dua seperti ini, naik turun tangga cukup merepotkan bagiku.
"Hera,"
Seperti memahami isi pikiranku, Yunho menawarkan tangannya sebelum kami menaiki tangga. Tangga ini memiliki pegangan tangan, tentu saja, tetapi tidak ada salahnya juga kan menerima bantuan dari Yunho?
"Thanks," ucapku sambil meraih tangan Yunho.
Pria itu membantuku menaiki tangga dengan langkah yang sangat lembut. Ia bahkan memperhatikan langkah kakiku setiap aku menapak di setiap anak tangga.
"Apa kamu gak mau pindah ke kamar bawah aja? Nanti aku bantu bilang sama Mingi. Jangan kebanyakan naik turun tangga, repot, apalagi kamu hamil besar," ucap Yunho.
"Gak usah, biar aku bilang sendiri aja. Mingi lagi sibuk banget, tunggu dia agak santai," jawabku.
Di balkon, kami duduk di atas kursi empuk yang terbuat dari anyaman. Jarum jam hampir sampai di angka dua belas, seharusnya hari sedang panas-panasnya, tetapi tidak dengan hari ini. Cuaca hari ini begitu sempurna, dengan pemandangan langit biru cerah serta teriakan bahagia James dan kak Jinsung di lantai bawah.
"Jadi, apa yang mau kamu obrolin?" tanyaku.
"Aku gak tau harus mulai dari mana, ceritanya panjang dan rumit. Mingi seharusnya jelasin ini ke kamu sebelumnya, tapi aku yakin kalo dia gak bakal cerita dan gak mau ambil risiko karena kehamilan kamu makin besar," jawab Yunho.
Aku menyunggingkan alisku, "Apa?"
Yunho melipat kedua tangannya di depan dada. "Oke, ini udah lama banget, kamu mungkin udah lupa, tapi apa kamu inget tentang Mingi yang mabuk di skyview?" tanya Yunho.
Aku berusaha mengorek-ngorek ingatanku. Aku tidak ingat betul apa yang terjadi di skyview, tapi mengingat tentang kunjungan ke bar, sudah sekitar setengah tahun waktu berlalu, aku tidak bisa ingat betul.
Aku mengangkat bahuku, "Aku gak inget, serius. Long term memory-ku gak sebagus itu."
"Okay, Hera, recall," Yunho menepuk kedua telapak tangannya, "Sebelumnya inget ini, aku ngomongin tentang hal ini ke kamu bukan untuk kamu pikir dalam, walaupun aku yakin, gak mungkin juga kamu gak peduliin hal ini. Tolong jangan sampe kamu stres, inget sama anak kamu."
Detak jantungku tiba-tiba berubah agak cepat. Sudah lama sekali semenjak Yunho mengajakku berbincang serius. Apabila sudah seserius itu, aku yakin jika ia akan membawakan hal yang buruk.
"Apa, Yunho?"
Yunho menghela napasnya. "Kalau kamu lupa, Mingi adalah penerus utama di perusahaan keluarganya, yang artinya, anak kamu juga bakal jadi penerus Mingi, kalau kehidupan berjalan semulus itu. Di sini, kita mengantisipasi hal terburuk," ucap Yunho. "Aku gak pernah menyalahkan siapa kamu, apa latar belakang kamu, karena apa sih pentingnya itu semua kalau Mingi cuma cinta sama kamu? Aku juga ga pernah bilang kalau Mingi salah tentang keputusannya, tapi masalahnya ada di keluarga Mingi."
Aku menggigit bibir bawahku, "Apa keluarganya Mingi nyari aku dan mau bunuh aku?"
"Sebenernya, keluarga Mingi belum tau apa-apa tentang kamu, karena setau aku juga Mingi cukup tertutup dan keluarganya gak begitu peduli sama apa yang Mingi lakuin di luar sana, tapi gak menutup kemungkinan kalau cepat atau lambat, mereka akan tau, dan tugasku ada di sini buat ikut jaga kamu, nyembunyiin kamu," jawab Yunho. "Itu juga sedikit menjelaskan kenapa akhir-akhir ini Mingi selalu pulang larut malam, atau bahkan gak pulang. Aku curiga kalo keluarga Mingi mulai nemuin apa yang gak beres, dan Mingi kerja lembur buat nutupin itu semua."
"Apa yang terjadi kalo keluarganya Mingi nemuin aku? Apa yang harus aku lakuin dengan kondisi kayak gini??" tanyaku lagi.
Aku reflek menatap perutku yang sudah semakin berbentuk. Tidak, aku tidak akan merelakan hal-hal buruk terjadi pada little Song. Cukup aku yang menanggung semuanya, jangan orang-orang yang aku sayangi.
"Aku bakal bawa kamu pergi. Sejauh ini, cuma itu yang terlintas di pikiranku. Kamu juga harus mempersiapkan diri, jaga-jaga kalo kamu terpaksa harus melahirkan tanpa Mingi, karena akhir-akhir ini keluarga Mingi mulai muncul di permukaan, aku khawatir mereka bakal nemuin kamu," jelas Yunho.
"Tapi kamu bakal terus di sini, kan? Kamu bakal nemenin aku selama Mingi gak ada???"
Mataku mulai berair, memikirkan bagaimana nanti aku menghabiskan hari-hari gentingku tanpa Mingi. Mungkin aku bisa saja melakukan semuanya tanpa Mingi, mengingat waktu-waktu lampau yang ku lewati hanya seorang diri.
Tapi, aku sudah terbiasa bersama Mingi. Aku sudah terbiasa ada di sisinya. Aku sudah terbiasa dengan rasa aman yang ia ciptakan ketika ia merengkuhku erat, rasa aman dan nyaman yang bisa menghilangkan pikiran burukku begitu saja. Aku sudah terbiasa... hingga aku tidak sadar dan tidak ingat akan jati diriku sebenarnya.
"Hera," Yunho meraih tangan kananku dan mengusapnya lembut, "Mingi sedang mengusahakan yang terbaik buat kamu. Dia gak pernah diam aja kalau ada sesuatu yang mengusik kamu. Bertahanlah sedikit lagi, Hera, karena kadang cinta dan ketulusan diuji dengan cara yang gak pernah kamu bayangkan sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]
FanfictionActs like an angel and sins like a devil. Somehow, he does. Was #1 in Mingi, ATEEZ. Originally written by Penguanlin, 2019.