19 : anger explosion

2.3K 391 14
                                    

BRAAKKK!!

"What did you expect, Yunho? Kamu tau aku siapa dan dia siapa?!"

Aku berlari menuju teras setelah mendengar teriakan Mingi. Di sana, pria itu menatap Yunho dengan tatapan tajamnya. Napasnya terengah-engah, ia tampak emosi sekali.

"Mingi, are you okay?" tanyaku.

"Hera, please don't... Masuk ke kamar kamu," ucap Mingi dengan nada dingin.

Aku mencoba memahami situasi ini. Ini masih jam 9 pagi, aku tidak percaya jika dua pria dewasa itu bahkan bertengkar saat sepagi ini.

Aku menatap Yunho, pria itu tampak tidak jauh berbeda dengan Mingi. Ia menatap Mingi dengan tajam dan napasnya tampak naik-turun tidak teratur.

Aku mengerutkan dahiku. "Aah, okay. Maybe a cup of tea?" tawarku.

"CAN'T YOU JUST STAY IN YOUR ROOM??!" bentaknya.

Mataku membulat dan jantungku berdetak hebat. Dengan reflek, aku mengambil beberapa langkah mundur menjauhi Mingi. Ini adalah kali pertama pria itu emosi di depan mataku, aku tidak pernah tahu jika ia seseram ini saat emosi.

Aku menundukkan kepalaku dan memutar badanku. Sebelum aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah, Mingi-tiba meraih tanganku. "Hera, I'm sorry. I shouldn't yelling at you," ucap Mingi.

Yunho terkekeh, "Look at yourself, what a pity soul, Song Mingi."

Aku melepaskan genggaman tangan Mingi dengan perlahan, "I'm sorry, dad. I'll be in my room."

"No, Hera. You need to watch this wonderful drama," ucap Yunho.

"SHUT YOUR FUVKING MOUTH UP!!" seru Mingi. Ia kembali menatapku, nadanya mulai melunak, "It's okay to stay in your room, I'll come in 30 minutes."

"Hera, stay," ucap Yunho.

"Masuk kamar." Mingi mengucapkan sebaliknya.

"Stay, Hera. I told you--"

"Kim Hera."

Mingi memutus ucapan Yunho dengan nada dinginnya. Aku hanya mengangguk dan mematuhi perintah Mingi.

"O-okay dad," ucapku.

Aku membalikkan tubuhku dan kembali menunduk. Aku tidak memahami situasi ini. Apapun alasan yang mendasari emosi Mingi pada Yunho, ada baiknya jika aku tidak perlu tahu.

Aku menutup pintu kamarku tanpa menguncinya. Aku tidak berniat untuk menguping, tidak sama sekali. Lagipula, setiap orang punya privasi masing-masing, kan?

Aku mendudukkan tubuhku di tepi kasur dan memijat dahiku. Samar-samar, aku mendengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat.

Wajahku terangkat begitu saja seiring dengan bunyi deritan pintu yang terbuka. Bukan Mingi, ia Yunho.

Yunho menyambutku dengan senyumannya. Aku membalasnya dengan senyuman tipis dan ia mengambil posisi di sebelahku.

"Are you okay?" tanyanya.

Aku terkekeh kecil, "It should be yours, are you okay?"

Yunho mengangkat bahunya. "Never be this fine," jawabnya. "Mungkin kamu harus siap-siap. Satu jam ke depan kamu punya pekerjaan."

"What is it?" tanyaku.

Yunho tidak menjawab pertanyaanku. Bersamaan dengan itu, aku mendengar beberapa suara bantingan dan gebrakan meja dari luar ruangan.

"CAN'T YOU GO FASTER, JINSUNG??! I DID NOT PAY YOU FOR THIS SLOW!!"

Aku menghela nafasku. "What happened to him?" tanyaku lagi.

"Cuma cek-cok kecil. Kamu khawatir?"

Sialan, Yunho seperti menjebakku. "Apa aku keliatan begitu?"

"I'm just asking," jawab Yunho. "Kita berangkat sekarang. Mingi gak boleh ada di tempat yang salah terlalu lama."

Yunho memberhentikan mobilnya di tepi jalan raya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yunho memberhentikan mobilnya di tepi jalan raya. Aku mengangkat salah satu alisku, tidak mungkin kan Mingi ada di tepi jalan?

"Kenapa kita berhenti?" tanyaku.

"Listen, I won't tell you what really happened between me and Mingi, just close your ears tightly for every shits coming from his mouth," jawab Yunho sambil menyibak rambutnya ke belakang.

"Apa? Aku gak ngerti," ucapku.

"Kamu inget yang pernah kita omongin di balkon?" Yunho balik bertanya.

"Burning star?" Aku menerka, "Mingi ada di klub itu??!"

"Astaga, bukan, dan Mingi gak ada di klub itu," jawab Yunho. "Bukan burning star, about God's masterpiece called heart."

Aku menatap Yunho datar, "Kamu masih berpikir kalo aku suka sama Mingi? Ayolah, Yunho, aku udah bilang kalo aku gak punya perasaan spesial buat Mingi. Kita udah bahas masalah ini jam satu pagi tadi, aku gak mau bahas lagi."

"Aku gak percaya," ucap Yunho cepat. "Yang namanya perasaan pasti melibatkan dua orang."

Aku terkekeh, "Mingi? Astaga, siapa orang bodoh yang berharap manusia sekelas Mingi suka sama kaum rendahan kayak aku? Aku tau diri."

"Aku gak bilang kalo Mingi suka kamu, jangan salah paham," balasnya.

"Terus siapa lagi? Kak Jinsung? Kamu?" Aku tertawa semakin keras.

Yunho tampak tidak ingin melanjutkan perbincangan ini. Ia kembali meraih setirnya dan menginjak pedal gas dalam-dalam melintasi jalanan padat ini.

Pria itu membawaku ke pusat kota, di kawasan elit dimana banyak klub dan bar besar berdiri di sana. Jika bukan burning star, aku berharap tidak ada klub yang lebih gila dari bintang terbakar itu, dan jika ada pun, aku harap Mingi tidak ada di sana.

Yunho memberhentikan mobilnya di depan sebuah klub yang cukup ramai, tidak jauh dari burning star. "Mingi di dalam, bawa dia ke mobil," ucapnya.

Aku mengangkat alisku lagi, "Kamu gila? Aku kira kamu sendiri yang larang aku masuk ke klub?"

"Atau kalau kamu mau Mingi mati sia-sia di dalam sana dalam keadaan mabuk, silahkan," ucap Yunho enteng.

"Good luck, senorita,"

uUuU aku mabok senorita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

uUuU aku mabok senorita

Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang