Nostalgia

734 59 0
                                    

Rian dan Nayla sama sama terdiam
Lalu Rian tertawa singkat sembari menggeleng

"Jadi kamu Ian?"

"Dan kamu beneran Lala?
Tapi aku masih gak percaya
Setauku Lala yang ku kenal
Itu ceria dan ramah ke semua orang"

"Semuanya bisa berubah karena waktu.
Mungkin dulu saya seperti itu
Karena saya masih kecil"

"Kalo di buat FTV seru kali ya
Judulnya kutemukan lagi teman masa kecilku" canda Rian

"Aneh kamu"

"Naikin aja ayunan nya" Rian mempersilahkan

"Gak usah. Ini ayunan kamu kan"
Tolak Nayla

"Gak usah nolak. Nyesel nanti"
Rian sedikit memaksa

Nayla duduk di ayunan itu

"Aku dorong ya...
Gak kenceng kenceng kok" Rian mendorong ayunan perlahan

"Kamu masih sering kesini?
Bukannya kamu di Jakarta?" Nayla melihat ke arah Rian

"Kalo aku pulang kampung
Aku pasti kesini"

"Makasih ya...pasti kamu yang bikin tempat ini tetap terjaga"
Nayla tetap berayun ayun seperti anak kecil

"Ini kenangan masa kecil.
Jadi harus di lestarikan.
Aku masih gak percaya hari ini"

"Dan aku masih gak percaya kalo ternyata anak laki-laki yang dulunya pendiam dan baik hati Sekarang sudah menjadi idola semua orang"

"Cie..udah pake aku
Enggak saya lagi...?"  Goda Rian

"Aku biasa ngomong formal sama orang yang ku anggap asing"

"Brati aku gak asing?"

"Entahlah.. lagipula kita sudah beberapa kali ketemu tanpa sengaja"

"Dan kita gak sadar kalo sebenarnya kita udah saling kenal.
Abisnya kamu terlalu jutek jadi cewek padahal dulu kamu cukup cerewet"

"Tau apa kamu? Apa karna teman tengil kamu itu?"

"Kevin maksud kamu?
Yah..dia emang gitu. Tapi dia baik kok"

"Itu karena kamu temennya"

"Oh ya..aku bahkan masih nyimpen gamebot pemberian kamu"

"Tapi kelereng dari kamu udah ilang.
Maaf ya?"
Nayla menghentikan ayunan nya

"Gak papa kok
Waktu itu aku bingung mau ngasih kamu apa. Cuma ada kelereng di saku celana ku"

"Kamu mau gantian?" Tawar Nayla

"Gak usah. Kamu aja
Aku udah sering kesini"
Rian kembali mendorong ayunan itu

"Kenapa kamu gak bikin dua ayunan nya?" Tanya Nayla

"Buat apa?"
Selama ini aku cuma sendirian maen ayunan ini"

"Kamu udah dewasa. Emang gak malu masih main ayunan"

"La..trus kamu apa? Anak kecil?"

"Tapi kan aku kesini gak sengaja"

"Aku gak malu. Justru bangga karena punya masa kecil yang masih bisa di kenang.
Dan kamu harus tanggung jawab?"

"Tanggung jawab? Kenapa?"
Nayla bingung

"Karena kamu ngasih aku gamebot waktu itu
Sekarang aku jadi gamers"

"Itukan urusan kamu"

"Kevin gak salah kalo bilang kamu itu es kutub"

"Manusia tengil itu lagi"

"Tapi dia salah satu orang terdekat ku"

"Aku heran..orang kaya kamu kok bisa punya temen  cowok yang terlalu cerewet untuk ukuran seorang cowok"

"Dia itu baik sebenarnya.
Dan kamu hebat karena kamu cewek pertama yang berani nolak dia terlebih bikin dia kesel"

"Dia pikir dia siapa?manusia hebat?"

"Dia memang hebat dalam bermain badminton buktinya dia bisa dapat pringkat satu dunia"

"Aku gak pernah bedain orang dari prestasi nya toh percuma kalo ahlak nya buruk"

"Coba aja akrab sama dia. Dia pasti baik"

"Buat apa? Masih banyak manusia lain"

"Huh..omongan kalian bahkan sama.
Oh ya sebelumnya kamu pernah datang kesini setelah waktu itu?"

Nayla menggeleng

"Kamu kesini sama nenek ya?"

"Gak aku sama mama
Nenek ku udah meninggal"

"Maaf ya...aku gak bermaksud"
Rian agak merutuki ucapannya

"Gak papa
Udah sore..aku mau pulang"
Nayla turun dari ayunan dan berjalan pergi

"Kamu kesini bawa mobil?"

"Aku gak bisa nyetir. Aku jalan kaki"

"Bareng aku aja
Tapi aku cuma bawa sepeda?"
Rian mengambil sepeda nya

"Gak usah"

"Kamu pasti malu. Kamu kan udah dewasa. Mana mau naik sepeda"

"Siapa bilang aku malu.
Aku kemana mana selalu naik sepeda
Aku bahkan gak bisa bawa motor"

"Yaudah ayok.." ajak Rian

Nayla menjadi bingung
"Tapi gimana?masa aku berdiri kayak waktu itu. Aku kan bukan anak kecil"

"Emang orang dewasa gak boleh?
Bilang aja kalo kamu malu"

Nayla merasa tidak enak
"Ok aku ikut" Nayla ikut naik ke sepeda dalam posisi berdiri dan memegang bahu rian

"Nah gitu dong Lala. Gak boleh jahat sama Ian"

"Tapi jangan kenceng kenceng"

" Ok siap..
pegangan yang kuat"
Rian melajukan sepedanya perlahan

Nayla merasa canggung
Terlebih ia tidak pernah sedekat ini dengan cowok kecuali Azka sahabat nya

"Kenapa diem aja? Dulu kamu suka cerita kalo lagi naik sepeda ataupun. Ayunan"

"Dan kamu cuma nanggepin dengan kata iya.
Kenapa sekarang jadi kamu yang cerewet pasti ketularan manusia tengil itu"

"Kevin lagi Kevin lagi
Jangan jangan kamu suka sama Kevin?"

"Never on my wildest dreams"

"Kalian itu ternyata sama aja ya
Kayaknya jodoh wkwk"

"Orang bilang kamu itu pendiam dan cool ternyata mereka salah besar"

"Itu tergantung sama siapa aku bicara"

"Well maybe.."

"Ok..kita udah sampe
Rumah kakek kamu tetap yang ini kan?" Rian menghentikan sepeda nya

"Iya.. makasih karena udah repot repot " Nayla turun dari sepeda

"Gak repot. Seneng malah karna bisa nostalgia" Rian menatap dengan senyuman

"Yaudah..pulang sana
Udah sore juga"

"Gak usah di usir
Aku masih sadar diri wkwk"
Canda Rian

Nayla langsung memasuki rumah dan tak menoleh lagi pada Rian









#jangan lupa vote
Gratis 😁

Diary Untuk Tuhan| Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang