Pencarian

539 44 0
                                    

Nayla pulang lebih dulu ke Bandung.
Bu Andini sudah keluar dari rumah sakit. Rian kembali ke Jakarta untuk izin beberapa hari.

Ya..Nayla dan Rian akan ke Palembang mencari devano. Mereka menginap di rumah Kania.

###

Saat ini Nayla dan Rian sudah berada di benteng Kuto besak. Mereka mencari jika ada sesuatu yang dapat mengarah pada devano. Tapi hasilnya nihil.

Azka datang ke Palembang untuk membantu.

"Kalian kalo carinya pake cara ini kemungkinan ketemunya kecil.
Kenapa gak langsung ke rumahnya aja" ucap Azka

"Eh dodol...kalo kita tau alamatnya, gak perlu capek-capek juga kali" jawab Kania

"Justru itu. Brati kita harus cari alamat nya. Kita bagi tugas, gue bakal ke sekolah Devano, gue yakin SMA dia masih nulis alamat rumahnya" saran Azka

"Tumben otak Lo cair. Tapi kita gak tau SMA dia di mana? Dia sekolah di Palembang. SMA di sini kan banyak"
Ucap Kania

"Gue tau dia SMA mana" jawab nayla
"Saat gue ketemu dia, dia pake jaket OSIS SMA Kusuma bangsa"

"Gila..pinter juga tu anak. Prasaan pas SMP biasa aja" ujar Azka
"Ok..besok gue bakal ke sana, ntar kalo udah dapet kita langsung kasih tau kalian dan kalian langsung cari"

"Ok..
Thanks ya kalian udah mau repot repot bantuin kita" ucap Rian

"Kalian sih ribet amat. Tinggal nikah aja kok repot"

"Eh Bambang! Nikah itu bukan game. Itu sakral" Kania memukul bahu Azka

#####

Ternyata ide Azka sangat membantu. Mereka berhasil mendapatkan alamat devano. Rian dan Nayla langsung menuju alamat itu.

Saat tiba di alamat yang di tuju Nayla di sambut oleh seorang perempuan yang kelihatannya lebih muda darinya.

"Ada perlu apa ya?"
Perempuan itu cukup kaget dengan kedatangan Nayla

"Apa benar ini rumah devano Pradifta?" Tanya Nayla

"Apa kamu Nayla Sanjaya?" Ia balik bertanya

"Darimana kamu tau nama saya?"

"Kalo mbak mau cari bang dev, Mbak salah alamat. Bang Dev udah pergi"

"Pergi? Kemana?" Tanya Rian

Perempuan itu malah masuk ke dalam rumah. Nayla dan Rian jadi bingung

Tak lama ia kembali lagi dengan membawa sebuah kotak

"Apa mbak pengen ketemu bang Dev? Ikutin aku" dia berjalan

Rian dan Nayla mengikuti perempuan itu. Cukup lama mereka berjalan hingga mereka tiba di sebuah pemakaman umum

Perempuan itu berhenti di depan sebuah makam. Nayla dan Rian ikut berhenti

"Bang Dev udah pergi jauh dan gak bakal balik lagi, dia nitip ini buat mbak" sambil memberikan kotak yang di pegang nya

Nayla menerima kotak itu dan masih tak percaya

"Enggak. Devano gak mungkin ninggalin aku. Dia udah janji" tatap Nayla pada makam itu yang jelas-jelas tertera nama devano Pradifta

Nayla duduk dan menatap makam itu

"Bang Dev sayang sama mbak Nayla. Dulu dia belajar dengan keras supaya bisa menjadi sukses. Dia malu karena kami berasal dari keluarga biasa saja sementara mbak orang yang punya segalanya"

"Aku gak percaya. Dia pasti bukan devano yang ku kenal"

"Mbak buka aja kotak itu. Mungkin ada Jawaban di sana"

Nayla membuka kotak itu perlahan. Dilihatnya ada photo photo dirinya mulai saat ia SMP dan bahkan saat ia SMA.

Tangan Nayla bergetar saat mengambil sebuah video player kecil di kotak itu.

"Itu video player punya bang Dev. Vera yang videoin bang Dev saat dia di rumah sakit. Mungkin pertanyaan mbak bisa di jawab lewat video itu"

Nayla membuka dan memutarnya.
Muncul wajah seseorang yang sangat ia rindukan selama ini. Tapi wajah itu pucat pasi dan terbaring di rumah sakit

Aku tau kamu pasti bakal Dateng, tapi maaf mungkin saat kamu di hadapan ku aku sudah gak bisa menatap kamu.
Photo photo itu adalah bukti dari betapa pengecutnya aku.
Aku hanya aku, yang cuma bisa natap kamu dari kejauhan

Air mata Nayla lolos begitu saja

Dulu kamu bilang kita bakal pergi ke bulan bareng. Aku bersyukur kamu di terima di ITB.
Kamu hanya ada dalam doa ku setiap saat.

Saat aku kuliah di UNSRI aku begitu semangat untuk menjadi orang sukses. Aku gak pernah tau kabar kamu tapi aku yakin kamu baik-baik saja karena Tuhan selalu menjaga kamu.
Sampai akhirnya aku tau jika kamu sudah menjadi seorang penulis. Aku senang akan hal itu.

Saat aku selesai wisuda aku berniat ke Bandung untuk melamar kamu tapi Tuhan tak mengizinkan niatku itu. Tuhan terlalu menyayangiku hingga ia ingin cepat bertemu dengan ku. Aku di vonis leukemia dan aku harus menysukuri itu.

Aku yakin Tuhan sudah mempersiapkan seseorang untuk kamu, seseorang yang bisa mengembalikan senyum kamu yang selalu hilang entah karena apa

Buktikan Nayla..jika kamu akan menggenggam dunia dengan cita-cita yang pernah kita impikan.

Doaku selalu mengiringi langkah mu
Salam devano

Video itu berakhir

Nayla terduduk lemas tanpa tenaga. Rian langsung memeluk dan menenangkannya

"Dia jahat. Kenapa dia pergi? Dia udah janji kita bakal ke bulan bareng" Nayla terisak di pelukan Rian

"Kamu harus kuat. Doa dia buat kamu, tidak ada yang lebih berharga dari itu. Dia sayang sama kamu dan kamu harus buktiin ke dia kalo kamu bisa wujutin cita-cita kalian" ucap Rian

Rian menghapus air mata Nayla yang terus saja mengalir

"Sekarang sebaiknya kita doain Dev supaya dia tenang di sana. Kamu gak boleh putus asa dia pasti sedih kalo liat kamu gini" Rian menyemangati







#jangan lupa vote
#enjoy..

Diary Untuk Tuhan| Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang