Mengakhiri

572 40 4
                                    


"Nayla gak bisa buk nikah sama Rian" ucap Nayla serius

"Kenapa? Apa kalian berantem?"

"Kita gak berantem kok, dari dulu kita cuma temen" ujar Nayla

Rian hanya diam. Mungkin sudah saatnya semua ini di akhiri.

"Apa Rian selingkuh? Bilang sama ibuk, apa dia kasar ke kamu"

"Rian itu anak baik. Dan dia berhak mendapatkan perempuan baik"

"Tapi kamu perempuan yang baik.
Kenapa? Apa kamu gak cinta sama anak ibuk? Rian kurang apa? Apa karena dia bukan orang kaya?" Pertanyaan Bu Andini bertubi-tubi

"Cukup buk. Nayla punya hak dia ingin sama siapa itu pilihannya" ucap Rian

"Maafin Nayla buk...pak...
Nayla gak bisa"

"Tapi kenapa? Bukannya kalian sudah setuju untuk bertunangan" ucap ayah Rian

"Ini salah Rian. Rian gak mau buat kalian kecewa saat itu. Maafin Rian.
Kalian boleh marah sama Rian jangan sama Nayla"

"Trus..gimana wasiat kakek. Apa kamu gak mau lakuin? Atau kamu udah punya calon?" Tanya pak Ahmad

"Rian gak Deket sama siapa-siapa. Rian masih nyaman sendiri"

"Kalian bisa lakuin apa yang Kalina mau" ucap Bu Andini dengan nada kecewa

Melihat itu Nayla tak tega. Bagaimana bisa ia menyakiti perasaan seorang ibu. Terlebih itu adalah ibu sahabatnya yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri

"Maafin Nayla buk" ucap Nayla pelan

#####

Saat ini Rian dan Nayla sedang mencari makan yang lokasinya tak jauh dari rumah sakit.

Saat mereka kembali, Rian melihat Tias panik

"Kenapa mbak? Ibuk baik-baik aja kan?" Tanya Rian

"Tekanan darah ibuk turun. Ibuk gak sadarkan diri sekarang. Dokter lagi nge cek ibuk ada bapak yang nemenin"

Rian melihat ke ruangan ibunya

Nayla terdiam dan berfikir, apa semua ini salahnya? Lantas harus bagaimana? Apa dia harus menikah dengan Rian? Nayla benar-benar bingung

"Maafin Rian mbak..
Ini salah rian" ucap Rian menyesal

"Apa keputusan kalian gak bisa di ubah lagi? Mbak gak mau terjadi apa-apa sama ibuk" ucap Tias sedih

"Rian aku mau bicara sama kamu bentar" Nayla mengajak Rian menjauh

###

"Kamu gak usah ngerasa bersalah. Ini resiko aku" ucap Rian

"Aku bakal nikah sama kamu" tatap Nayla pada Rian

"Gak. Kamu gak perlu lakuin itu. Kamu harus cari orang yang kamu sayang"

"Aku gak pernah tau dia dimana? Bertahun-tahun aku nunggu jawaban tapi dia gak pernah Dateng" Nayla menjatuhkan setetes air matanya

"Saat itu kami bertemu di benteng Kuto besak untuk terakhir kalinya. Dia bilang dia bakal kuliah trus jadi orang sukses. Dia janji buat Dateng ke rumah setelah aku wisuda. Tapi selama 4 tahun dia gak ada kabar sedikitpun, seolah hilang tanpa jejak. Aku berfikir itu adalah sebuah janji anak SMA yang masih labil. Mungkin aku terlalu berharap"
Air mata Nayla lolos begitu saja

Melihat Nayla yang terisak Rian reflek  memeluknya

"Maafin aku. Tapi kamu gak perlu berkorban sejauh ini. Aku gak mau menambah penderitaan kamu dengan pernikahan ini" ucap Rian

Diary Untuk Tuhan| Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang