Memulai lagi

780 47 2
                                    

Nayla kembali duduk di samping Rian
Hening, tak ada yang punya materi untuk di bicarakan

"Kok kamu diem? Gak mau ngobrol sama anak kamu" Nayla mengakhiri keheningan

"Dek.. aku gak pantes" Rian masih memalingkan wajahnya

"Yan.. udah. Lupain aja.
Semua ada hikmahnya. And now we start again" tatap Nayla serius

Nayla kembali menggenggam tangan Rian " aku bingung sebelumnya.
Kita saling menyiksa perasaan masing-masing. Saat ini yang terpenting adalah kita harus berjuang bersama demi anak kita" senyum Nayla
"Aku gak mau mereka jauh dari ayahnya. Cukup aku saja yang kehilangan seorang ayah, tapi anak-anak ku jangan"

Rian kembali menangis

"Kok kamu cengeng banget sih, dikit-dikit nangis. Udah kayak ABG labil"

Rian lalu menatap Nayla

"Kamu kenapa? Kesambet?

Rian tersenyum

"Lah.. senyum-senyum. Ada-ada aja ayah kalian ini.
"Ok kalo kamu gak mau ngomong, aku kangen sama ibuk, jadi mau ngobrol sama ibuk aja" Nayla berdiri tapi tangannya langsung di tahan oleh Rian

"Disini aja. Temenin aku"

"Emang kamu anak kecil yang minta ke temenin ke WC" canda Nayla dengan nada serius

"Kamu punya utang cerita"

"Yah.. utang lagi. Dasar rentenir"

"Duduk ya" pinta Rian dengan lembut

Nayla Kembali duduk
"Cerita apa? Aladin? Cinderella? Or si kancil"

"Cerita Nayla Sanjaya istri Rian Ardianto, kamu kabur kemana beberapa bulan ini" tanya Rian mantap

"Aku gak kemana-mana. Aku di Banyuwangi sama mama Ina"

"Oh... Jadi kamu ngumpet di sana. Aku pikir ke Leiden"

" takut khilaf sama cogan cogan di sana. Niatnya sih mau kabur ke bulan"

"Janganlah. Kan udah janji mau nemenin aku di bumi. Nanti aku kesepian gimana?"

"Ngopi kata-kata aku"

"Bukannya kamu bilang sendiri kalo kamu gak mau aku kesepian"

"Aku udah lupa" Nayla jutek

"Mm.. gitu
Aku gak betah disini. Aku mau pulang"

"Aku juga mau pulang" jawab Nayla

"Ke?" Rian mengerutkan dahinya

"Banyuwangi lah. Sayang sama tiket yang udah di pesen. Mubazir"

"Balik lagi tapi ya, aku kangen" Rian dengan senyum khas nya

Nayla berdiri dan langsung pergi ke luar

"Kok pergi sih? Kenapa?"

"Kebelet" Nayla menutup pintu

###





###

Rian Pov

Tuhan terlalu baik. Aku tak pernah menyangka jika kami akan bersama lagi. Terlebih dengan dua anggota baru, yaitu buah hati kami

"Yan.."

"Hmm.." gue lagi nge game sambil tiduran di pangku Nayla

"Aku pengen ke pelatnas"

"Kan mereka abis dari sini semua"

"Aku mau liat kamu latihan"

"Aku gak mau kamu capek"

"Dokter bilang harus banyak gerak biar sehat"

"Trus kamu mau olahraga?"

"Aku pengen main bulu tangkis sama Kevin Aqila"

"Mau jodohin mereka?"

"Enggak. Ini serius. Ini tu kayaknya si kembar pengen main sama mama dan papa nya deh"

"Yaudah besok.
Kita masuk yuk, dingin di luar" Rian berdiri dari tidurnya dan duduk

"Aku masih mau liat bintang, nanti ya..."

"Mau jadi astronot ya anak ayah, tapi ngidam main bultang. Mau jadi atlet juga?"

"Ih.. aku tu udah sering minta yang aneh aneh tau.
Waktu itu minta ican beliin rujak, trus pengen manjat pohon, dan Jambak rambut Kevin"

"Maafin aku ya, harusnya aku slalu ada"

"Kan udah janji gak bakal bahas itu lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Kita ambil pelajaran"

"Iya.. maaf aku lupa"

"Yaudah... Yok..aku laper"

Gue sama nayla masuk rumah, pengen makan malam

"Bik.. Ini masakannya mana?" Tanya gue

"Lah.. udah bibik taroh di meja semua tadi" bi ijah Bingung

"Siapa yang ambil? Tuyul?" Ucap Nayla

"Ekhem.. dari mana aja mas? Mbak?" Kevin membawa piring tersusun di tangannya

"Vivin...
Kok di abisin" teriak Nayla dengan kesal

"Lah.. salah sendiri, di panggil gak denger, yaudah tak sikat semuanya" Kevin berjalan kembali seolah tanpa dosa

"Pokoknya ganti" Nayla menjadi sebal

"Kita pesen go food aja ya" bujuk Rian

"Masakan bibik enak, jadi betah Kevin di sini. Sering sering aja ya bik" kevin duduk di depan PS

"Ih... Tu anak memang ya" nayla gregetan

"Dek.. biarin. Siapa tau dia emang lagi laper.
Ayok" ajak Rian

Kevin main PS sesekali melirik Nayla yang sedang duduk di sofa dengan muka sebal

"Kenapa mbak? Kesel ya? Biasa aja dong. Saya ini pahlawan Lo"

"Jijik tau gak Vin" jawab nayla dengan raut wajah geram

"Ow.. ow...
Kembaranku ngambek" Kevin sok sedih

"Yan.. usir aja dia" Pinta Nayla

"Wohoho.. aku mau di usir.
Iya iya.. dunia serasa milik berdua. Yang lainnya ngontrak" Kevin mematikan PS dan kembali ke kamar nya

Gue paham, ini pasti efek dari kehamilan nayla, dia mudah kesel, dikit-dikit ngambek ya.. begitulah
Gue sih menikmati aja
Gue seneng malah kalo dia mau manja manjaan sama gue

###

"Yan.." Nayla tidur di pangkuan gue di atas tempat tidur

"Iya..."

"Kamu gak penasaran sama devano?"

"Enggak. Buat apa? Toh aku percaya sama kamu"

"Yaudah. Aku gak jadi cerita kejadian waktu itu"

"Kalo mau cerita boleh. Tapi aku gak maksa" gue ngelus rambut dia

"Mmm.. cerita gak ya?"

"Kalo belum ngantuk cerita aja"

"Nanti kamu tinggalin tidur akunya"

"Enggak. Yakan jagoan ayah" senyum gue

"Yaudah iya.. aku cerita nih"
















#maaf jarang update.
#jangan lupa vote dan komen😉
Kalo kalian kasih saran saya akan sangat senang. Terlebih jika ada kesalahan, biar saya bisa evaluasi ☺️

🙂Terimakasih 🙂

Diary Untuk Tuhan| Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang