Melepas mu

552 43 5
                                    

Nayla POV

Gue udah balik ke rumah. Nunggu Rian, kenapa dia gak ada kabar.
Gue santai duduk di atas Hammock sambil coret coret kertas. Bingung apa yang mau gue tulis?

Seseorang berjalan ke arah gue,
Gue turun dari Hammock dan langsung meluk dia. Gue kangen banget sama dia

"Ian..kamu pulang. Aku nungguin kamu. Kamu mau makan apa? Aku bakal masakin kamu"

"Gak usah repot-repot. Aku kesini cuma bentar kok" dia dingin dan natap gue datar

"Kamu harus balik lagi ke pelatnas ya? Aku tau kamu pasti kangen" gue tersenyum senang

"Ini apa?" Dia ngasih map ke gue

"Kamu harus tanda tangan di sana"

"Ini apa? Piagam kamu ya?" Gue ambil map itu dan gue buka dengan sepenuh hati

Dunia rasanya berhenti, tenaga gue melayang. Gue natap dia gak percaya

"Kenapa?" Tanya gue lirih

"Itu jalan terbaik. Maaf dan terimakasih" dia pergi gitu aja

Badan gue lemes, gue terduduk bertumpu lutut

Rasanya saraf gue mati, harapan gue hancur. Air mata gue jatuh di map itu. Bibir gue gemetar dunia menghantam gue dengan kejam

Nayla POV end

###

Nayla pergi ke kamar nya. Di taruhannya map itu di atas nakas.
Ia mengambil pulpen dan menulis sesuatu

Nayla pergi ke pelatnas

"Mbak..qila kangen" Nayla di sambut dengan pelukan

"Mbak juga kangen. Kamu baik-baik aja kan. Kevin masih sering tengil?" Tanya Nayla

"Kalo itu mah makanan qila tiap hari. Kalo ada dia pasti di tengilin"

"Heh heh..Lo ngadu ya" Kevin mendekati mereka berdua

"Kenapa? Emang Lo suka gitu kan sama gue, wle..." Ejek Aqila

"Berani ya Lo, mau gue jitak"

"Mbak...mpin nakal" Aqila bersembunyi di belakang Nayla

"Udah udah...
Vin bisa minta tolong panggilin Rian, aku tunggu dia taman pelatnas" Nayla menuju taman

Tak lama orang yang di tunggu pun datang.

"Aku pikir kamu gak mau numuin aku lagi, makasih karena sudah berbaik hati meluangkan waktunya.
Aku langsung ke inti aja, aku punya satu pertanyaan, kamu harus jawab karena itu akan mempengaruhi keputusan aku kedepannya"

Rian tetap dengan diam nya

"Apa kamu benar-benar ingin mengakhiri hubungan ini?" Tatap Nayla serius

"Iya"

"Alasannya?"

"Karena ini sudah salah sejak awal. Kita hanya memaksakan takdir yang seharusnya tak pernah ada" Rian tak berani menatap Nayla

Nayla mengangguk paham

"Terimakasih untuk jawabannya.
Maaf jika saya lancang, bisakah saya memeluk kamu untuk terakhir kalinya"

Rian tidak menimpali, dia masih tertunduk

Nayla langsung mendekap tubuh suaminya itu. Menghirup aroma khas darinya. Lalu perlahan melepaskannya

"Terimakasih.
Maaf jika selama ini saya pernah berbuat dosa kepada kamu"

Rian masih terpaku, dilihatnya  Nayla semakin menjauh

Diary Untuk Tuhan| Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang