Tuan Jung menunggu sang putrinya untuk keluar dari kamar tidur. Beliau mendapatkan kabar mengenai insiden yang menimpa putrinya hingga disirami dengan susu basi, "Hm, ada apa, ayah?"
Sang ayah menatapnya serius, lalu menarik tangan Eunha menuju teras rumah, "Kenapa kau tidak menceritakan masalahmu di sekolah? Ayah mendengarnya dari bibi tetangga."
Eunha terdiam, dia menjadi takut untuk menceritakan semua itu pada ayahnya, "Maaf, aku tidak berani bercerita pada ayah. Aku takut ayah marah dan mengusirku dari rumah." Eunha menunduk, dirinya tak berani menatap mata sang ayah.
"Mengusirmu? Ayah tak akan mengusirmu, untuk apa kau takut pada ayahmu ini, nak? Sejak kapan ayah pernah memarahimu, paling hanya menegurmu saja," balas sang ayah pelan namun tegas.
"Sekarang ayah sedang memarahiku," ucap Eunha pelan. Jung Eunha, dikenal sebagai putri yang takut dimarahi. Sejak kecil kedua orang tua tak pernah memarahinya, karena jika dimarahi pasti Eunha akan menangis parah. Hanya di sekolah ia menahan itu semua, tapi jika sudah berada di rumah dia akan bertingkah seperti anak kecil yang malang.
"Ayah tidak sedang memarahimu, nak. Perasaanmu itu terlalu sensitif, sekarang kau sudah boleh pergi ke sekolah." Eunha mengusap air matanya lalu pergi ke sekolah. Masih sama disepanjang jalan menuju sekolah, kelopak bunga sakura berguguran karena cuaca mulai panas. Aroma sakura membuat perasaan Eunha menjadi lebih tenang dua kali lebih cepat.
Seorang laki-laki sedang mengayuh sepeda, Eunha tahu kalau itu adalah Jeon Jungkook. Tapi dia tidak berani melangkah cepat, ia masih malu dan takut karena insiden tak terduga waktu itu. Namun Jungkook sadar kalau ada Eunha yang sedang memperhatikannya. Dengan ponsel, Eunha memfoto Jungkook yang sedang menunggu lampu hijau.
"Dia benar-benar tampan, aku harap ciuman waktu itu menjadi ciuman keberuntungan walau tidak beruntung sama sekali," gumamnya.
***
Jungkook berada di perpustakaan, mencari beberapa buku yang akan ia gunakan untuk masuk ke universitas favoritnya. Dia bercita-cita menjadi seorang jaksa yang professional di Seoul, itu mimpi yang sangat ingin ia gapai.
Dari jarak yang tak begitu jauh, para penggemar sedang memperhatikan dia dari meja. Pengurus perpustakaan merasa terganggu dengan hal tersebut, para murid yang sedang fokus mengerjakan tugas juga merasakan hal yang sama.
Jungkook sesekali melirik mereka, pada akhirnya Jungkook pun beranjak dan keluar dari perpustakaan dengan membawa buku-buku. Ia melangkah cepat ke tangga darurat menuju atap sekolah.
Dia memilih atap sekolah karena tidak akan ada yang mengikutinya, semua penggemar membenci atap sekolah karena akan terkena sinar matahari.
Perasaannya menjadi tenang setelah berada di atap sekolah. Ia pun mencari tempat yang teduh lalu duduk di sana. Tapi baru saja ingin duduk, ia menyadari sebuah hal. Kalau ada seorang murid perempuan yang berada tak jauh darinya. Jungkook melihat murid tersebut dan dia tahu siapa murid itu.
Jung Eunha.
Jungkook memperhatikan murid itu dalam diam dan tak bergerak sedikit pun. Melihat Eunha yang sedang merangkai buang sakura menjadi hiasan rambut. Saat itu Jungkook mencoba untuk menghampiri Eunha tapi tiba-tiba dia teringat akan sebuah hal.
"Darren! Aku mendapatkan bibit bunga sakura! Katanya jika kita menanam ini, dia tidak akan tumbuh besar." Gadis kecil itu memamerkan bibit bunga sakura pada teman dekatnya, Darren Jeon.
"Sungguh? Unik sekali, setahuku di Jepang pohon sakura akan tumbuh besar dan tinggi melampaui manusia," balas Darren.
Jungkook tersadar dari pikiran yang melayang bebas, Eunha menyadari kalau ada seseorang berada di dekatnya. Tapi setelah dia melihat sosok Jungkook, dirinya malah terkejut dan tak melanjuti merangkai bunga.
"Ke-napa kau bisa ada di sini?" tanya Eunha gugup. Jungkook berdecak seolah-olah dia kesal, lalu duduk dan membuka buku yang ia pinjam.
Eunha memperhatikan wajah Jungkook secara dekat namun perlahan.
"Wajahmu mengingatkanku pada teman masa kecil," ucap Eunha lalu berjongkok tepat di samping Jungkook. Tak ada balasan yang ia dapatkan.
"Kau dingin sekali," ucap Eunha dan melihat buku yang Jungkook baca, "Apa kau akan melanjutkan pendidikan?"
Jungkook sempat meliriknya namun berujung dengan diam seperti tidak bisa berbicara. Itu tidak membuat Eunha kesal, melainkan dia merasa senang karena bisa berada di dekat Jungkook.
"Apa kau bisa berhenti melihatku?" tanya Jungkook serius.
Eunha tersenyum aneh setelah mendengar suara Jungkook, "Tentu... tidak bisa, Jungkook. Aku ini penggemar sekaligus calon istrimu! Kau tahi kalau aku ini terlalu mencintaimu!"
Balasan yang ia dapatkan dari Eunha, membuat perasaannya geli dan ingin sekali memukul kepala Eunha dengan buku tebal yang ia pegang.
Jungkook menatap Eunha, "Kau itu... sama saja seperti mereka. Menyebalkan, pengganggu hidup orang, jadi aku harap kau berhenti bersikap seolah-olah aku menerima kalian semua."
Raut wajah Eunha berubah, kini dia kehilangan kata-katanya setelah mendengar perkataan Jungkook.
"Apa kau tak suka memiliki penggemar?"
Jungkook berdecak, "Semakin terkenal, semakin menyulitkan bagiku menjalani hidup. Semakin terkenal, semakin banyak mendapatkan penggemar, semakin banyak juga mendapatkan haters dan beban hidup semakin bertambah. Menjadi terkenal itu tidak selamanya menyenangkan, kadang dari keterkenalan itu dapat membuat orang mudah depresi.'
Eunha menggarisbawahi kata depresi, "Apa kau sekarang sedang mengalami masa depresi? Apa kau sakit?"
Tak Eunha sadari kalau dia menyentuh kedua sisi pipi Jungkook. Pemilik pipi tentu terkejut namun tetap stay cool di tempat.
"Ma-Maaf, aku tidak bermaksud menyentuhmu," ucap Eunha lalu menjauhkan diri.
Jungkook melihat arah lain, "Bisakah kau meninggalkanku sendiri di sini? Kau berisik sekali!" Eunha mengangguk tegas, apapun akan dia lakukan demi pria yang ia cintai.,Melihat kelakuan tersebut, Jungkook hanya bisa menggelengkan kepala.
***
Eunha sedang sibuk dengan pekerjaan di kafe yang mulai ramai akan pelanggan. Tidak ada waktu sedikit pun untuk merilekskan kaki.
"Ini pesanan anda, Tuan." Belum mendarat di atas meja, Eunha terdiam melihat pria yang sedang fokus bermain game diponsel.
"Kau? Pria yang waktu itu menolongku'kan?" Eunha menaruh secangkir kopi hangat ke atas meja.
Pria itu melihatnya lalu tersenyum, "Iya, kau masih ingat padaku." Eunha malah fokus memperhatikan pria tersebut.
"Nona? Ada apa? Mengapa kau melihatku begitu?" Eunha tertegun lalu menggaruk kepalanya.
"Ah-Itu, maaf. Silakan dinikmati pesanan anda. Aku permisi dulu," balas Eunha yang terlihat malu dan canggung.
Pria tersebut tersenyum melihat kelakuan Eunha, "Jadi dia teman Jungkook. Lucu sekali." Dari meja, dia memperhatikan Eunha yang kembali sibuk melayani pelanggan.
***
Menjelang tidur malam, Eunha masih mengobrol dengan sang ayah di ruang tamu.
"Ayah, apa ingat dengan teman laki-lakiku dulu? Anak laki-laki yang gendut dan jelek itu," ucap Eunha sembari merangkai bunga sakura.
Sang ayah tentu ingat dan memori lama pun hadir, "Tentu ingat, maksudmu adalah Dar-" Ponsel Eunha berdering, ia pun mengangkat panggilan dan pergi ke kamar tidur. Sang ayah ia tinggalkan padahal baru saja beliau ingin menceritakan masa kecil Eunha dengan teman lama.
[]
Jopin ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanfictionTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha