Sudah tepat pukul sembilan malam. Hari ini Eunha tidak pergi kerja, tapi dia mengatakan kalau dirinya harus pergi ke kafe karena ada urusan mendadak dan tak bisa ia hindari. Bibi Jeon begitu khawatir, menelpon Eunha juga tak diangkat, "Kau tak tahu di mana keberadaannya?"
Jungkook yang baru saja mau mencari Eunha, dia benar-benar merepotkan Jungkook yang sebenarnya mager untuk keluar rumah. Tapi saat dia menggunakan sepatu, pintu rumah terbuka. Perempuan muda masuk dengan raut wajah sedih.
"Eun-Eunha." Jungkook langsung menghampirinya tapi melihat wajah Eunha seperti itu malah membuat Jungkook terdiam dan tak berani lebih dekat.
Eunha melangkah menuju tangga tanpa melihat sekitar. Jungkook melihat wajah bingung sang ibu. Sang ibu meminta Jungkook menyusul Eunha yang sudah naik ke atas. Tanpa berlama-lama Jungkook pun menyusul. Bibi Jeon menyiapkan minuman hangat untuk Eunha yang kembali berbeda.
Di dalam kamar Eunha membuka pintu teras menarik kursi.
"Hei! Apa yang mau kau lakukan? Jangan loncat!" Jungkook berlari dan menahan tangan Eunha.
"Ha-Hah? Apa? Aku tidak mau loncat. Aku hanya mau duduk," balas Eunha lalu dia pun duduk santai.
Jungkook menarik napas lega setelah mendengar. Dia malah duduk di lantai, tepat di samping Eunha.
"Kau bisa mengambil kursi di dalam," ucap Eunha tanpa melihat Jungkook.
Tak berapa lama Bibi Jeon masuk sambil membawa camilan dan minuman untuk mereka berdua.
"Jangan lupa dicicipi camilannya." Beliau tak banyak bertanya ke mana saja Eunha dan mengapa pulang malam. Beliau menyerahkan hal itu pada putranya. Saat pintu tertutup, Jungkook baru mulai bertanya.
"Kau dari mana saja? Ibuku khawatir tahu! Dasar! Aku mengirim pesan padamu, menelponmu, tapi tak ada balasan."
Eunha melirik Jungkook. "Apa kau mengkhawatirkanku juga?" tanya Eunha dengan berani.
"Menurutmu? Tentu saja aku mengkhawatirkanmu, dasar bodoh!" omel Jungkook sembari menjitak kening Eunha.
"Aw! Sakit!" balas Eunha sambil mengusap keningnya.
"Kau tadi ke mana?" tanya Jungkook lagi.
"Hm, aku mengunjungi rumah duka ibuku." Jungkook langsung melihatnya, mata sedih Eunha yang terlihat jelas.
"Maaf, aku sudah membuat kalian khawatir. Ponselku baterainya habis," jawab Eunha dengan nada pelan. Dia ingin meneteskan air mata.
"Aku terlalu merindukan dia, makanya aku pergi ke sana. Berharap juga ayahku tiba-tiba datang, tapi yang ada rasa rindu ini semakin menjadi-jadi," jelas Eunha yang berhasil menangis.
Jungkook ingin sekali mengusap air mata itu, tapi mendadak dia menjadi takut.
"Aku tahu perasaanmu, akhir-akhir ini perasaanmu begitu sensitif. Aku tahu kau bukan tipe perempuan yang cengeng, karena sebenarnya kau tipe perempuan yang tangguh. Hanya saja terkadang kau bisa menjadi sangat bodoh."Eunha tersentak mendengar itu.
"Aku tidak bodoh! Karena dirimu yang membuatku bodoh!" omel Eunha.
Jungkook tertawa pelan, "Kau terlalu tergila-gila pada Darren, dasar!"
***
Ujian telah berakhir, semua murid begitu tenang dan senang. Mereka tinggal menunggu hasil ujian dan acara kelulusan. Tapi Jungkook masih fokus belajar untuk mengikuti tes masuk universitas.
"Apa aku menganggumu?" Jungkook yang sedang belajar di perpustakaan.
"Tidak, ada perlu apa?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanfictionTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha