Sepulang dari toko roti, Eunha pun kembali ke rumah. Terlihat sepi karena semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Hei, ambil ini," ucap Jungkook sembari melempar sebuah benda, "Ayah membelikannya untukmu. Oh, ya. Aku sudah menyimpan nomorku. Jadi jika ada perlu silakan hubungi dinomor itu."
Eunha melihat ponsel yang Tuan Jeon belikan padanya, "Te-rima kasih."
"Berterima kasih pada ayahku, bukan diriku, bodoh!" sahut Jungkook dari dapur.
***
Eunha sesekali mengintip melalui lubang kunci pintu kamar Jungkook. Sudah hampir sejam dia menunggu Jungkook untuk keluar dari kamar tidur, karena mereka akan pergi ke festival awal musim panas.
Tapi sejak tadi Jungkook tidak beranjak dari bangku belajarnya. Padahal Eunha sudah berdandan cantik, menggunakan pakaian dengan model seperti hanbok simpel berwarna pastel.
"Dia mempermaikanku?" gumam Eunha yang duduk di depan pintu kamar, "Melelahkan sekali! Walau hanya menunggu orang yang kita cintai itu untuk menepati janji."
Baru saja dia bergumam, pintu kamar terbuka.
"Ya-Ya! Apa yang kau lakukan?" Jungkook terkejut saat melihat Eunha yang duduk di depan.
"Ma-Maaf, aku sedang menunggumu. Apa kau sudah selesai belajar?" Eunha pun beranjak.
"Menurutmu aku bisa berdiri di sini, artinya aku belum selesai belajar?" tanya Jungkook dengan nada dingin dan datar. Eunha memanyunkan bibir. Jungkook memperhatikan pakaian yang dia pakai, membuat perasaan Eunha berdegup.
"A-Apa yang kau perhatikan?"
Jungkook berdeham, "Tidak, ayo, pergi." Tanpa melihat raut wajah Eunha, dia berjalan begitu saja.
Di ruang tamu, kedua orang tua dengan Soyeon sedang sibuk mengobrol.
"Kalian mau pergi ke festival? Hati-hati di jalan," ucap Tuan Jeon yang masih memperhatikan kedua anak SMA tersebut.
"Kalian berjalan kaki?" tanya sang ibu.
"Tidak, menggunakan sepeda seperti biasa, bu. Kami duluan, jangan khawatir jika kami pulang malam atau tidak pulang ke rumah. Besok juga akan kembali kemari," sahut Jungkook santai.
Perkataan Jungkook terdengar ambigu dan membuat pikiran melayang tidak jelas. Eunha mengangguk berkali-kali sebagai arti permisi keluar rumah. Melakukan hal bodoh, mereka bertiga mengintip dari jendela rumah. Memastikan kalau Jungkook memperlakukan dengan baik putri orang lain.
"Apa ayah dan ibu merasa kalau Kak Jungkook benar-benar tulus memperlakukan Kak Eunha?"
Pertanyaan itu membuat kedua orang tua melihatnya dengan kompak.
"Apa maksudmu, Soyeon?" tanya sang ibu. Soyeon mengingat kembali apa yang tadi sore ia dengar ketika sang kakak menelpon dan membicarakan sebuah hal.
Sore setelah pulang dari les piano, Soyeon baru saja ingin masuk ke kamar sang kakak. Tapi saat ia baru mau membuka pintu, tidak sengaja ia mendengar pembicaraan kakaknya dengan seseorang melalui telepon.
"Kau jangan mudah percaya, aku hanya mempermainkan dia. Memang terlihat serius dan bersungguh-sungguh, dianya saja sangat bodoh." Soyeon mengerutkan kening, dia tak tahu pasti siapa yang kakaknya maksud. Tapi dia merasa kalau yang dimaksud adalah Jung Eunha.
Ingin rasanya Soyeon melaporkan hal itu kepada kedua orang tua, tapi dia tidak memiliki bukti kuat.
Soyeon menarik napas, "Lupakan, aku mau tidur." Soyeon meminggalkan mereka tanpa melanjutkan pembahasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanfictionTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha