Sinar matahari sudah datang, hujan juga sudah mengatakan selamat tinggal. Tapi tak terlihat dua anak muda di dalam kamar penginapan. Lebih tepatnya, kamar itu sudah tertata rapi seperti tidak dipakai oleh sang penginap.
"Pakaian kita masih lembab, apa kau tidur nyenyak semalam?" tanya Jungkook sembari membenarkan roda sepeda yang terlihat rusak.
"Begitulah, aku rasa semalam tidurku baik-baik saja."
Jungkook diam mendengar balasan Eunha, karena semalam tidak Eunha ketahui kalau terjadi sesuatu antara mereka berdua.
Saat hujan semakin deras, Eunha semakin terlelap. Dia tak tahu apa-apa lagi setelah beberapa menit menutup wajah dengan selimut. Tapi berbeda dengan Jungkook yang belum tidur, melainkan dia duduk di samping tempat tidur Eunha.
Mengusap pipi gembul itu tanpa membuat pemilik pipi terbangun dan terkejut.
"Kenapa kau bisa membuatku gugup? Aneh, jarang ada perempuan yang bisa begitu padaku. Secantik-cantiknya Lia, seseksi Lia, apapun soal Lia, dia tak membuatku gugup atau grogi."
Jungkook bergumam bersama gemuruh yang menjawabnya. Jungkook memeluk lututnya, tapi tangan yang lain masih menyentuh pipi itu. Memperhatikan wajah manis dari Eunha yang selalu membuatnya kesal dan dingin.
"Aku tak percaya saat melihatmu pertama kali di sekolah. Aku pikir, aku tidak akan pernah lagi bertemu denganmu, atau melupakan dirimu. Ternyata itu salah, aku masih mengingat wajahmu."
Jungkook tersenyum tipis, lalu perlahan ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Eunha. Sembari mengusap salah satu pipi Eunha, ia pun memberikan kecupan di kening, "Mimpi indah."
Masih sama, Jungkook masih memperbaiki roda sepedanya. Eunha berjongkok di samping sembari memeluk sepasang boneke kelinci.
"Apa masih lama? Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Eunha pelan.
"Ada," jawab Jungkook, "Tolong belikan dua roti isi cokelat dan dua botol susu, terserah mau rasa apa." Jungkook memberikan dua lembar won pada Eunha, "Kau berjalan lurus dari sini, lalu kau akan melihat toko kecil berwarna putih kekuningan." Jungkook memberikan arah, "Kau paham?" Eunha mengangguk lalu bergegas pergi.
Jungkook kembali lanjut memperbaiki roda sepeda, bukan kempis tapi sepertinya rusak karena sebuah benda selama perjalanan menuju tempat festival. Kembali lagi mendengar gemuruh dan tanda-tanda akan turun hujan. Jungkook mulai emosi karena mendengar gemuruh yang cukup kuat.
"Kenapa harus rusak? Tidak tahu waktu saja," omel Jungkook yang masih membenarkan roda.
Berbeda di rumah, keluarga awalnya khawatir. Tapi Soyeon berkata pada kedua orang tua kalau mereka akan baik-baik saja.
"Kak Jungkook akan menjaga Kak Eunha dengan baik kok, tak perlu dikhawatirkan. Yang ada ayah dan ibu tidak bisa menyantap dengan santai sarapan," ujar Soyeon lalu meneguk segelas susu hangat. Tuan Jeon bersama istri saling bertatapan mata, tentu sebagai orang tua tetap khawatir.
"Walau begitu, ibu masih belum bisa tenang. Tadi memang tenang, tapi hanya sebentar saja," ucap beliau.
***
Kedua duduk di lantai teras rumah penginapan, hujan akhirnya turun. Mereka menyantap roti isi, dengan susu botol susu cokelat, dan petugas hotel baru saja memberikan mereka air hangat agar dapat menyeduh dua cup mi instan.
"Untung kau pintar bisa membeli mi instan, tapi mi instan tidak bagus untuk diet. Jadi dietmu batal?" tanya Jungkook sembari mengaduk mi instan miliknya.
"Untuk hari ini aku tidak diet, tapi besok aku akan kembali diet," balas Eunha pelan.
Tetesan hujan membasahi sepatu mereka yang ditaruh di depan teras penginapan Jungkook menyantap mi instan rasa kari ayam itu dengan penuh suka cita. "Gila! Ini enak sekali, sudah lama aku tidak memakan mi instan ini!" Jungkook menyantap begitu cepat karena dia juga merasa sangat lapar.
***
"Kami pulang."
Saat mereka berada di tengah pintu, kedua orang tua begitu terkejut melihat pakaian mereka basah total.
"Soyeon, siapkan minuman hangat untuk kedua kakakmu," ucap Nyonya Jeon tidak santai.
"Kenapa kalian bisa kehujanan?" tanya Tuan Jeon bingung.
Jungkook lewat begitu saja tanpa menjawab pertanyaan sang ayahnya.
"Jadi begini paman, semalam saat kami mau kembali ke rumah, tiba-tiba saja hujan dan kami menginap di rumah penginapan terdekat. Lalu tadi saat mau kembali, hujan turun lagi, makanya kami bisa kehujanan," jelas Eunha yang terdengar begitu pelan.
Tapi suaranya malah terdengar seperti orang sakit.
"Apa kau sehat, Eunha?" tanya Bibi Jeon.
"Hm? Iya, sehat. Kenapa, bi?" tanya Eunha yang malah bingung.
"Tidak, kau terdengar seperti flu. Sebaiknya cepat pergi mandi, kalian pasti kedinginan." Eunha pun bergegas naik ke lantai atas, dan masuk ke kamarnya. Soyeon mengantar minuman hangat ke dalam kamar kedua kakak.
***
Baru saja Jungkook selesai dari jam latihan sepak bola. Ia bersama dengan teman satu timnya sedang beristirahat di pinggiran lapangan. Para penggemar Jungkook tak terlihat sejak tadi, karena mereka sibuk mengurusi tes masuk ke universitas favorit.
Eunha datang membawa minuman dingin untuk Jungkook, "Apa aku menganggumu? Aku bawaan minuman."
Jungkook menarik sebotol minuman dingin yang Eunha berikan padanya tanpa mengucapkan terima kasih.
"Hm, kalau begitu aku permisi." Eunha menjadi canggung saat dilihat oleh teman-teman Jungkook yang tak menyukainya.
"Hei, Jungkook. Kenapa kau bisa memiliki teman seperti dia? Apa benar dia teman lamamu?" tanya salah satu temannya.
"Iya, dia memang teman lamaku," singkat Jungkook tanpa menyadari kalau Eunha berada tak jauh dari mereka dan dapat mendengar obrolan, "Tapi tenang, aku hanya memanfaatkan dia. Hanya untuk menghilang stressku saja, dan popularitasku semakin naik sejak aku dekat dengannya. Kalian semua terlalu mudah percaya denganku."
Eunha menghentikan langkahnya setelah berhasil mendengar ucapan Jungkook. Ia mengepal kedua tangan lalu melihat ke belakang. Dia pun berjalan santai seolah-olah tidak mendengar apa-apa.
"Jeon Jungkook," panggil Eunha dan pemilik nama menoleh, Eunha menarik botol minum yang terbuka di tangan Jungkook lalu dengan santai ia menyirami kepala Jungkook, "Aku mendengar ucapanmu tadi. Aku sangat kecewa padamu, Jungkook."
Jungkook mengusap rambutnya yang basah total, semua orang yang saat itu berada disekitar langsung diam.
"Aku senang saat kau mengakui diriku ini adalah teman lamamu di depan semua teman-teman. Tapi setelah kau mengatakan barusan, aku baru sadar kalau aku kembali salah menilaimu. Untuk pertama kali aku merasa benci padamu, Jeon Jungkook!" Eunha menendang kaki kanan Jungkook, "Teman tidak tahu diri!"
Eunha berlari secepat kilat menuju atap sekolah. Melihat kejadian itu, Wonwoo pun menyusul Eunha.
***
Eunha menangis saat berada di atap sekolah. Dia tak tahu harus mengatakan apa lagi jika melihat wajah Jungkook.
"Untuk apa kau menangisi laki-laki seperti dia?" Suara Wonwoo mengagetinya yang berjongkok sembari memeluk lutut.
"Won-Wonwoo." Eunha beranjak dan mengusap air matanya. Wonwoo menghampirinya, kemudian mengusap air mata yang tersisa di pipi Eunha menggunakan tangannya sendiri.
"Dia tak pantas memiliki perempuan sepertimu, Eunha. Dia bukan sekali saja menyakitimu, melainkan berkali-kali menyakiti perasaanmu yang seharusnya baik-baik saja. Aku rasa Jungkook dengan perempuan yang menyirammu itu sangat cocok. Mereka berdua sama-sama menyebalkan dan harus dimusnahkan dari hidupmu," jelas Wonwoo pelan.
Eunha terdiam mendengar penjelasan dari Wonwoo sendiri.
"Masih ada laki-laki lain yang memahami perasaanmu itu," tambah Wonwoo, "Seperti laki-laki yang berada di depanmu saat ini." Eunha membeku mendengarnya, dia tahu dan ingat kalau Wonwoo pernah mengatakan kalau dia tertarik dengan Eunha.
[]
Jopin ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanfictionTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha