Setengah jam setelah Eunha sadarkan diri, seluruh anggota keluarga di panggil oleh Dokter Son yang menangani Eunha. Dokter Son menunjukkan tampilan layar CT-Scan dan terdapat scan otak. Satu keluarga melihat CT-Scan tersebut dan sudah siap mendengar penjelasan dari Dokter Son.
"Kecelakaan yang terjadi membuat otak Nona Jung mengalami cedera cukup parah sehingga Nona Jung kehilangan memori. Dari hasil CT-Scan benturan yang terjadi pada otaknya tidak begitu dalam dan kemungkinan Nona Jung bisa pulih. Tapi belum bisa saya sampaikan kapan atau pastinya ingatan Nona Jung bisa kembali normal."
Dokter Son mengeluarkan selembaran yang berisi terapi yang harus di jalani Eunha.
"Untuk membantu memulihkan ingatan Nona Jung, dia bisa menjalani perawatan terapi. Cara menangani amnesia yang utama adalah melalui terapi. Ada dua terapi yang bisa dijalani oleh Nona Jung yaitu terapi okupasi dan terapi kognitif. Terapi okupasi bertujuan untuk mengajarkannya cara mengenal informasi baru. Sementara terapi kognitif dilakukan untuk menguatkan daya ingat. Tidak dua terapi itu saja, mengonsumsi vitamin dan suplemen juga sangat membantu mencegah kerusakan otak lebih parah akibat amnesia. Apa kalian setuju dengan usulan terapi ini?
Nyonya Jeon setuju dengan penjelasan Dokter Son, beliau tidak sanggup berlama-lama di ruangan tersebut.
"Baiklah, kami menyetujuinya. Kami sangat berharap pada terapi ini akan membantu Eunha memulihkan ingatannya secepat mungkin," jelas Tuan Jeon yang merangkul bahu sang istri.
Jungkook beranjak tanpa mengucapkan apa-apa dan keluar dari ruangan. Tatapan mata yang tak berbicara hanya langkah kaki yang lamban.
Jungkook menatapi jendela depan pintu ruangan Dokter Son. Jendela yang menunjukkan keadaan malam hari ini. Penuh dengan bintang dan keramaian kota yang selalu hidup.
"Eunha menyukai bintang," gumamnya, "Dia suka menatapii langit penuh bintang."
***
Eunha duduk di samping ranjang rawat, ia berusaha untuk meraih kursi roda yang tidak terlalu jauh namun sul8t untuk dia raih karena pergelangan kakinya terluka. Seorang laki-laki masuk sembari membawa camilan yang bisa Eunha makan. Laki-laki itu menaruh bawaannya ke atas laci dan membantu Eunha, "Biar aku bantu." Eunha melihat laki-laki itu yang kemarin sore menangis parah. "Te-terima kasih."
"Sama-sama, Eunha." Suara yang sebenarnya familiar namun kini suara itu asing bagi Eunha sendiri.
Jungkook mengusap kepala perempuan yang telah duduk dikursi roda, "Kau sudah sarapan? Aku bawakan camilan manis untukmu. Tadi pagi aku dengan ibu membuatkannya untukmu, kau mau mencoba?"
Eunha terdiam mendengar suara lembut dari laki-laki yang tidak ia ketahui namanya.
Jungkook mengambil camilan dan membuka penutupnya, terdapat potongan buah segar dan camilan kering yang sering Nyonya Jeon buatkan untuk Eunha di setiap pagi. Kue kering cokelat dengan toping potongan buah anggur di atasnya.
"Akan aku suapi."
Eunha mengangguk walau sedikit ragu dengan laki-laki yang bersikap sangat baik padanya.
"Buka mulutmu," ucap Jungkook sembari mendekatkan camilan.
Jungkook memperhatikan mata Eunha yang kini tidak lagi menatapnya, "Apa enak? Ibuku sering membuatkan ini untukmu."
"Em, enak. Ini enak sekali," ucap Eunha sembari mengunyah, "Uhuk!" Jungkook pun mengambil segelas air minum dan ia berikan pada Eunha.
"Pelan-pelan saja makannya," kata Jungkook.
Eunha mengusap bibirnya yang terdapat sisa air minum, "Ini, terima kasih."
Jungkook menaruh gelas ke tempat asal lalu ia berlutut di depan Eunha, "Kau merasa baik?"
Eunha menggelengkan kepala, "Aku tidak baik-baik saja. Aku masih merasakan sakit pada bagian kepala dan kaki."
Jungkook mengusap pelan kepala Eunha, "Aku tahu itu, cepat pulih."
"Terima kasih," balas Eunha yang melihat sesuatu tepat di pipi Jungkook, dia menyentuh pipi Jungkook dengan jari telunjuknya, "Ada bekas gigitan nyamuk."
Ucapan itu membuat Jungkook teringat kenangan di kamarnya, di mana ada bekas gigitan nyamuk pada pipi Eunha, "Ah, iya. Tak apa."
Eunha menatapnya malu, "Aku belum tahu namamu, sejak kemarin aku hanya melihatmu saja tanpa bertanya siapa dirimu. Apa aku boleh tahu soalmu?"
Jungkook mengambil waktu beberapa saat untuk memberikan jawabannya.
"Ah, namaku Jeon Jungkook, kau bisa memanggilku dengan Jungkook." Dengan berat hati dan terasa aneh bersikap seperti itu didepan Eunha.
"Dan aku ini..." Jungkook mencoba menahan air mata yang akan segera mengalir ke pipi, "Calon suamimu." Eunha terdiam, seperti mimpi.
Jungkook beranjak dan keluar dari kamar rawat tersebut. Eunha melihatnya keluar dan menutupi pintu kamar.
"Maaf, maaf. Aku tidak mengingat siapa dirimu." Suara hatinya bergema dan berkali-kali mengatakan hal tersebut. Isak tangis terdengar dan bergema di luar kamar.
***
Melalui pesan email yang di dapatkan dari Tuan Jeon selaku kepala sekolah, Gahyeon sudah tiba di bandara Incheon, setelah menunggu lama penerbangan dari Tokyo yang menghabiskan waktu selama dua jam.
Kini ia berada di depan kamar rawat teman dekatnya, dengan pelan ia membuka pintu kamar dan melihat beberapa orang yang sedang duduk diam di dalam.
Gahyeon melangkah masuk. Eunha yang sedang menjalani pengecekan hanya duduk diam saja dan melihat kedatangan penjenguk.
"Eunha-ya, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa kecelakaan? Kau tidak mengirim pesan padaku, kenapa?"
Eunha memperhatikan penampilan Gahyeon, "Kau siapa?"
"Eoh?" Gahyeon membeku karena pertanyaan konyol yang ia dapatkan dari Eunha, "A-Apa yang kau katakan tadi? Kau tidak tahu siapa aku? Jangan bercanda, aku Lee Gahyeon, teman dekatmu di sekolah. Aku kembali dari Jepang karena khawatir dan-"
Jungkook menarik tangan kanan Gahyeon dan membawanya keluar dari kamar. Penjelasan Gahyeon membuat perasaan Eunha bergetar, ia menjadi sedih jika ada orang yang datang dan ia tidak mengenali mereka.
"Eunha mengalami amnesia akibat kecelakaan kemarin itu. Dia tidak ingat dengan siapa pun yang datang menjenguk sekali pun keluargaku. Kau bukan orang pertama yang terkejut, kami semua termasuk dokter juga merasa terkejut dan tidak percaya kalau itu bisa terjadi padanya," jelas Jungkook begitu pelan.
Gahyeon menunduk, menutupi wajahnya yang kini sudah lembab karena air mata.
Jungkook menepuk pelan kepala Gahyeon, "Menangis saja sampai kau merasa lelah, aku dengan yang lain juga begitu."
***
Berbeda keadaan dan suasana di apartemen. Lia yang mengunci rapat pintu apartemen dan tidak keluar dari kamar sejak pagi tadi. Lia beranjak dari duduk, menghampiri cermin yang melekat pada dinding kamar. Melihat tubuh dan wajah kusam tanpa sentuhan riasan.
"Aku benci diriku yang sekarang, aku benci hidupku. Aku benci Seung Cheol dan ayah! Mereka membuat hidupku berubah dan menderita." Tetesan air mata jatuh ke lantai.
"Jika ibu masih ada, semua ini tak akan terjadi. Ibu yang selalu melindungi dan menjaga, sedangkan diriku yang terlihat kuat namun mudah rapuh. Orang-orang hanya memberikan komentar dari apa yang mereka lihat dan aku miliki, tapi tidak tahu hidup asliku. Manusia memang begitu, benar bukan?"
Lia menjadi kesal dan ingin merusaki benda-benda yang didekatnya. Ia mengambil vas bunga berukuran kecil yang berada di samping lalu melemparkan vas itu ke cermin yang selalu ia gunakan untuk membanggakan dirinya sendiri.
Tentu cermin itu retak dan pecah, hancur. Sama seperti hidupnya, hancur.
[]
Jopin ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanficTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha