Absen dulu, Kisses!
Di bawah halte sambil melihat tetesan hujan yang sudah dua puluh menit mengguyur Seoul. Bayang-bayang gedung pada genangan air bergerak karena injakan beberapa kaki orang yang berlari untuk berteduh. Eunha yang berteduh di bawah halte sendirian saja tak ada yang menemani.v"Apa kabarmu?"
Eunha menoleh kea rah sumber suara, melihat lelaki bertubuh tinggi dengan pakaian kasual, "Wonwoo." Benar kalau lelaki yang berdiri tak jauh dari dirinya itu adalah Jeon Wonwoo. Sudah lama mereka tak berjumpa.
"Kau terlihat murung," ucap Wonwoo sambil menutup payung yang dia pegang.
"Murung? Tidak, hanya perasaanmu saja." Eunha kembali melihat ke jalanan yang sepi.
Wonwoo menarik napas, mendadak bingung harus membahas apa. Karena dirinya sedang merindukan Eunha yang dulu terbilang cukup sering mengobrol dengannya, "Apa malam ini kau ada waktu?"
Eunha melirik sekilas lalu mengangguk.
"Aku ingin mengajakmu makan malam bersama," tambah Wonwoo santai.
"Dalam rangka apa kau mentraktirku makan?" tanya Eunha dengan nada meledek.
Wonwoo tersenyum, "Tidak, hanya mau menghabiskan waktu malam saja bersamamu. Apa kau tidak bisa?"
Eunha berdeham panjang, "Tidak bisa menolak traktiran darimu."
Wonwoo menggaruk kepalanya dan mulai tertawa tidak jelas, "Dasar!" Wonwoo mengusap kepala Eunha berkali-kali. Eunha mendadak gugup karena usapan lembut yang Wonwoo berikan padanya.
"Eh?" Eunha menjauhkan tangan Wonwoo, "Kau membuat rambutku berantakan, Won."
"Maaf, kau terlalu menggemaskan," balas Wonwoo dan kemudian mencubit pipi Eunha.
"Eh? Eh? Sakit!" Eunha menarik tangan Wonwoo yang mencubit kedua sisi pipinya. Suara tawa yang ditutupi oleh gemuruh sore hari. Wajah ceria Eunha terlihat kembali walau tak sepenuhnya ia ceria.
"Aku duluan," ucap Wonwoo saat menyadari hujan mulai reda, "Aku akan menjemputmu nanti malam." Wonwoo berlari sembari membuka paying.
***
Kafe pun sepi dan tak ada yang datang. Sudah saatnya para karyawan membereskan kafe lalu pergi pulang. Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tak jauh dari kafe. Pemilik mobil turun dan mencari Eunha.
"Ryu Jin," panggilnya.
"Jungkook, kau mencari Eunha? Dia tadi sudah pulang duluan," jawab Ryu Jin.
Jungkook mengerutkan kening setelah mendengar ucapan itu dari Ryu Jin. Karena Eunha tidak mengirim pesan padanya, dan tidak memberitahu kalau akan pulang lebih awal. "Apa dia pulang sendirian?"
Ryu Jin menggelengkan kepala, "Dengan seorang laki-laki, aku lupa namanya. Tapi laki-laki itu bertubuh tinggi dan tampan. Ah, Eunha juga bilang kalau dia pergi ke kedai tak jauh dari sini. Mungkin saja mereka makan malam bersama. Apa dia tak memberitahumu?"
Jungkook berdecak, "Begitu, terima kasih informasinya." Langsung Jungkook meninggalkan tempat dan tidak menjawab pertanyaan Ryu Jin. Jungkook masuk ke dalam mobil, mengecek ponselnya yang sepi akan pesan dan panggilan.
***
"Apa ada yang ingin Tuan pesan?" Jungkook menggelengkan kepala lalu melihat-lihat kumpulan orang yang duduk di bawah kedai tenda biru. Jungkook melangkah mendekati sebuah meja yang tidak jauh dari tempat ia berdiri.
"Eunha." Jungkook menepuk bahu perempuan yang ia yakin adalah Eunha, "Hei!" Eunha ambruk dan berhasil ditahan oleh Jungkook. Jungkook melihat tiga botol soju dan sup rumput laut di atas meja. Dia juga melihat Wonwoo yang setengah mabuk sedang memperhatikan dirinya. "Siapa yang memberikanmu izin membawa Eunha pergi?"
Wonwoo tersenyum tidak jelas, mengambil botol soju kosong lalu disodorkan ke Jungkook, "Ayo, kita minum bersama." Suara yang tidak terdengar jelas dengan gerak-gerik tidak jelas juga.
"Ck!" Jungkook menggendong Eunha yang sudah tidak sadarkan diri karena mabuk parah. Aroma soju melekat pekat dan Jungkook harus menahan napasnya beberapa saat. Dia pun membawa masuk Eunha ke dalam mobil dan memasangkan sabuk pengaman. Terlihat setetes soju yang berada pada ujung bibir Eunha, perlahan Jungkook menjilati setetes soju tersebut, "Kau hanya bisa membuatku khawatir."
***
Ayah, ibu dan Soyeon sudah berada di dalam kamar. Rumah terlihat sepi seperti tak ada penghuni. Dengan langkah pelan Jungkook menaiki tangga dan meminimalkan suara bising dari gerak-gerik tubuhnya.
"Berat sekali!" Jungkook membuka pintu kamar, perlahan masuk ke dalam dan bergegas ia menaruh Eunha ke atas tempat tidur. Sampai-sampai Jungkook terduduk di samping Eunha yang tak banyak bergerak.
Jungkook membuka jaket yang Eunha pakai. Namun baru saja mau menuruni ritsleting, tangannya ditahan oleh Eunha, "Darren, aku merindukanmu."
"Darren, jangan pergi. Bisakah kau tetap tinggal di Bandung? Jangan tinggalkan aku." Eunha memegang erat tangan Jungkook, "Aku akan merindukanmu, sangat merindukanmu, Darren."
Dengan tangan lain, Jungkook mengusap kening Eunha. "Apa kau tidak merindukan Bandung? Di sana banyak kenangan kita."
Jungkook tersenyum tipis, "Jangan rindu Bandung, apa lagi rindu Dilannya. Karena kita tidak memiliki kenangan indah seperti kenangan yang terjadi antara Dilan dan Milea." Jungkook memberikan kecupan pada kening, "Biarkan aku yang memendam rasa rindu."
Sebuah film yang pernah ia saksikan bersama kedua orang tua dan berhasil membuat mereka bernostalgia. Lalu dia pergi meninggalkan kamar.
***
Aroma parfum mulai tercium dan membuat Soyeon tersedak karena aroma super menyengat. "Bau apa ini?" Soyeon menggelengkan kepala dan bergegas turun menuju dapur.
Berbeda dengan Eunha yang masih berada di atas tempat tidurnya. Kondisi tempat tidurnya benar-benar berantakan seperti kapal pecah.
"Hm? Sudah pagi, ya?" tanyanya tidak jelas. Buk! Eunha pun terjatuh dari tempat tidur dan mengusap kepalanya yang terbentu kaki laci, "Sakit~"
Pintu kamar terbuka pelan, tercium aroma parfum yang khas di pakai oleh Jungkook. "Kau kenapa?"
Jungkook melihat Eunha yang mengusap kepala berkali-kali, "Kau terjatuh dari tempat tidur?"
Dia mendekat dan mengelus kepala Eunha, "Semalam kau mabuk." Tangan Jungkook turun menyentuh pipi Eunha, "Dan kau minum bersama laki-laki yang tidak aku suka. Kau juga tidak memberitahuku kalau akan pergi bersama dia. Kau mau berselingkuh?" Eunha menatap langsung mata Jungkook, laki-laki yang berlutut di depannya.
"Aku tidak bermaksud begitu, Jungkook. Kami hanya pergi makan saja tanpa tujuan lain," balas Eunha yang panik. Dia pun menyentuh pergelangan tangan Jungkook, "Maafkan aku, Jungkook.
"Jika dia melakukan hal tak terduga padamu, bagaimana?" tanya Jungkook tidak santai. Eunha menelan ludahnya, dia baru menyadari hal itu.
"I-Itu... Wonwoo anak yang baik kok, tak seperti yang kau pikirkan," balas Eunha lalu menundukkan kepala.
Jungkook menyentuh dagunya dan mengarahkan kepalanya agar dapat menatap Jungkook. "Dia itu serigala berbulu domba." Tak pakai lama Jungkook mencium bibir yang terlihat kering tersebut. Jungkook mendekap tubuh mungil itu agar tak banyak bergerak.
[]
Jopin ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanfictionTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha