Musim gugur sedang berlangsung, cuaca cerah di siang Kota Seoul. Seperti biasa tidak banyak yang berbeda dari hari sebelumnya. Seorang perempuan dengan jaket tebal dan mengenakan masker penutup hidung berdiri di bawah halte dengan raut wajah kusut. Berdiri di tengah ruangan kerja sang ayah yang terlihat berantakan. Rasa bingung dan panik dengan apa yang dilihat.
Beberapa berkas kerja berserak di atas meja kerja yang biasanya rapi.Dari luar ruangan terdengar suara keributan dan perlahan semakin kencang.
"Perusahaan anda akan kami ambil ahli jika selama tiga hari ke depan semua utang masih tersisa."
Perkataan itu menusuk perasaan dirinya, Lia Choi.
"Apa-apaan maksud kalian? Aku akan membayar semua utang, jadi jangan bermacam-macam denganku." Suara sang ayah juga bergema.
"Sungguh? Sejak dua minggu lalu anda selalu mengatakan hal yang sama tapi sampai detik ini anda tidak memberikan bukti yang anda ucapkan."
Tuan Choi menelan ludah.
"Perusahaan dan seluruh aset yang anda miliki akan kami tarik, tidak ada penolakan dan permohonan, Tuan Choi. Ini sudah peraturan dan harus anda taati."
Tuan Choi diam saja.
"Anda diam berarti anda menyetujuinya. Kami permisi." Dua pria yang mengurusi masalah utang Tuan Choi pun meninggalkan tempat.
Tuan Choi yang terdiam hanya bisa melihat dua orang pria itu pergi. Perusahaan yang sejak lusa kemarin mulai sepi akan karyawan karena Tuan Choi meminta karyawan untuk segera mengundurkan diri dari pekerjaan.
Tuan Choi masuk ke dalam ruangan.
"Ayah bangkrut?" Tuan Choi begitu terkejut dengan kedatangan putri dan ditambah pertanyaan tersebut.
"Apa yang kau lakukan di sini, nak?" tanya beliau mengalihkan topik.
"Jawab pertanyaanku, ayah. Apa ayah bangkrut?" tanya Lia tegas.
Namun sang ayah mengabaikan dan mulai memberes benda-benda yang berantakan. "Ayah!"
"Diam dan tutup mulutmu!" pekik sang ayah yang mendadak emosi. Lia tersentak dan bungkam. "Jangan banyak tanya atau ikut campur! Jika kau sudah mendengar pembicaraan ayah dengan pria di luar ruangan tadi jtu berarti kau sudah paham dan tidak perlu bertanya lagi."
Tuan Choi begitu marah.
"Aku hanya memastikan apa yang aku dengar itu benar, mengapa ayah malah memarahiku?!" Lia pun ikut emosi.
"Berikan kartu kredit dan debitmu, serta kas yang kau pegang sekarang," ucap beliau dengan memaksa. Lia memeluk erat tas tangannya dan tidak mau memberikannya pada sang ayah.
"Mau ayah apakan? Ini milikku bukan milikmu, ini uang dari hasil kerjaku!" pekik Lia sembari berjalan mundur.
"Berikan pada ayah, jalang!"
Satu tamparan Lia dapatkan dari ayahnya sendiri, "Ayah tak mau perusahaan ini bangkrut dan menjadi miskin! Jika kau mau menjadi miskin, silakan dan pergi dari hidup ayah!"
Lia tidak percaya kalau sang ayah akan mengatakan hal seperti itu.
"Tetap tidak mau!" Lia bergegas berlari meninggalkan ruangan ayahnya. Sang ayah terlihat seperti orang stress, "Choi Jisoo! Anak kurang ajar!"
Sinar matahari menyilaukan kedua matanya yang sedang melihat pepohonan. "Apa Tuhan tidak menyayangiku lagi?" ucap dalam hatinya. Lia menjadi kacau, pikirannya tidak jernih, "Apa aku menyusul ibu saja? Jadi masalah yang sedang aku alami berakhir begitu saja."
***
Jungkook keluar dari kamar lalu berjalan ke bawah dan bersiap pergi ke kantor. Di ruang tengah terdapat Eunha yang sedang duduk santai.
"Kau mau ke mana?" tanya Eunha.
"Pergi ke kantor."
Mendengar jawaban itu raut wajah langsung berubah menjadi sedih.
"Sungguh? Lalu siapa yang akan menemaniku? Bibi dengan Soyeon baru saja pergi ke salon."
Jungkook yang sedang mengenakan jas kerja mendadak diam.
"Aku akan kembali nanti malam, kita bisa mengobrol setelah aku pulang kerja. Tak masalah'kan?" tanya Jungkook.
Eunha berpikir sejenak.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jungkook lagi.
"Hm, iya. Aku baik-baik saja, tidak masalah. Sampai bertemu nanti malam, Jungkook," balas Eunha sembari melambaikan tangan.
Jungkook tersenyum dan bergegas pergi kerja. Nyatanya Eunha merasa kesepian dan ingin menghabiskan waktu bersama Jungkook agar dapat mengingat kenangan secepatnya.
***
Lia melangkah keluar dari ruangan dokter kandungan. Dia menggelengkan kepala lalu duduk di bangku. "Apa anda serius mau menggugurkan kandungan?"
Lia menelan ludahnya, meremas kertas resep obat penggugur kandungan. Dia mendadak menjadi takut dan bingung.
"Tidak, jangan lakukan itu, Lia. Itu perbuatan tidak baik, biarkan kandunganmu berkembang."
Banyak hal yang ia pikirkan dan semakin bingung dirinya. Mau memilih yang mana, pilihan yang baik untuk masa depannya yang masih jauh dan panjang. Lia beranjak dari duduk, melangkah dengan langkah kaki tidak jelas seperti orang mabuk karena alkohol.
"Nona, anda kenapa?" Beberapa suster yang melihat ikut panik.
"Tidak, tidak." Lia tetap melangkah menuju lift, tatapan mata memperhatikan sekitar dan saat ada seorang pria asing masuk ke dalam lift, dirinya mendadak ketakutan dan menjauh. Pikirannya kembali mengingat perbuataan sang kakak angkat kepada dirinya.
***
Makan malam berakhir, Bibi bersama Eunha sibuk membersihkan dapur yang cukup berantakan. Soyeon masih harus menyelesaikan tugas sekolah yang banyak. Pintu rumah terbuka dan Tuan Jeon yang melihat sang putra mendadak terkejut.
"Ada apa denganmu, nak? Wajahmu pucat sekali," ungkap Tuan Jeon dan terburu-buru menghampiri Jungkook. Tubuh Jungkook terasa begitu panas, "Kau demam."
Eunha bersama bibi keluar dari dapur.
"Apa dia sakit?" tanya sang ibu.
"Iya, tolong siapkan obat demam," jawab Tuan Jeon dan membopong putranya menuju kamar.
Eunha juga tidak diam, dia membantu bibi menyiapkan obat lalu membawa obat ke atas.
***
"Aku bisa merawat Jungkook, paman tidak perlu khawatir."
Tuan Jeon menarik napas lega, "Baiklah jika kau mau merawat dia, terima kasih banyak, Eunha."
"Sama-sama, paman." Paman meninggalkan kamar putranya. Eunha menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur, melihat wajah Jungkook yang pucat, "Kenapa kau bisa demam, uh?"
Eunha menarik selimut sampai menutupi leher Jungkook, "Lekas sembuh, Jungkook."
Eunha mengusap poni Jungkook yang sudah menutupi seluruh kening, "Aku memang belum mengingatmu. Tapi apa salah jika aku mulai jatuh hati padamu? Hm?" Eunha mengecup kening Jungkook.
[]
Jopin ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanfictionTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha