"Jungkook sudah melamarmu?" Eunha tersedak setelah mendengar pertanyaan dari Bibi Jeon yang sedang mencuci piring. Eunha melihat sekitar, tak ada siapa-siapa. Jungkook dengan sang ayah juga sudah pergi ke kantor.
Soyeon sendiri berada di kamar.
"A-Apa dia yang memberitahu bibi?" tanya Eunha gugup. Bibi tersenyum tanpa melihat wajah Eunha.
"Iya, tadi setelah sarapan dan saat itu kau sedang membereskan teras belakang. Bibi menjadi bahagia," ucap beliau yang tidak bisa menahan air mata.
"Bibi tidak percaya kalau Jungkook akan melamarmu secepat ini. Karena jika harus mengingat hari-hari kemarin, dia bersikap dingin padamu. Tapi sekarang dia kembali menjadi Jungkook yang lama," lanjut Bibi Jeon. Eunha mendadak bingung.
"Kau bersedia dan tulus bukan?" tanya beliau sembari melihat calon menantunya.
"Hm? Iya, bi." Jawaban yang terdengar tegas tanpa ragu.
"Kau tidak merasa sakit hati atau menyesal?" tanya Bibi Jeon lagi.
Eunha mulai memikirkan perlakuan yang pernah Jungkook berikan padanya. Tapi dia mencoba tidak mengaitkan masa lalu dengan lamaran tersebut.
"Aku pikir, kalau sampai akhir hidup Jungkook akan selalu membutuhkanku. Aku menilai sejak ia berada di rumah sakit, aku tak tahu pasti apa dia benar-benar berubah atau hanya berpura-pura. Tapi sampai dihari di mana ia melamarku, itu seperti berada di dalam movie romansa masa kini. Aku juga merasa berada di dalam mimpi dan tak ingin bangun dari mimpi indah tersebut. Tapi aku sadar bahwa itu bukanlah mimpi melainkan kenyataan terindah yang sedang aku hadapi. Teman-teman atau orang lain memang akan terkejut saat mengetahui diriku dilamar oleh Jungkook yang terkenal. Mereka hanya tahu kalau aku dengan Jungkook hanya teman biasa dan musuh di sekolah maupun di luar sekolah," jelas Eunha dengan tatapan mata melihat ujung sandal rumah yang Bibi Jeon kenakan. "Aku mencoba meyakinkan diri kalau lamaran itu tulus dari hati terdalam Jungkook tanpa maksud tertentu."
Bibi Jeon mengeringkan tangan dengan kain bersih, berdiri di samping Eunha yang kembali diam, "Apa cita-citamu?"
Eunha memanyunkan bibirnya lalu tersenyum lebar, "Menjadi istri Jungkook."
Bibi Jeon tertawa, "Dan itu terwujud, selamat!"Eunha pun ikut tertawa mendengar ucapan Bibi yang terlihat bahagia.
"Sejak awal kalian berteman, paman dan bibi begitu ingin kalian tetap bersama. Dan ternyata itu benar-benar terjadi," kata Bibi. Eunha berdeham.
Bibi Jeon memeluk tubuhnya, "Terima kasih, nak. Kau seperti mutiara yang tak akan kami lepaskan, karena dirimu terlalu berharga untuk keluarga kami."
***
Baru saja Jungkook menyelesaikan rapat di restoran tak jauh dari kantor. Ia pun keluar dari restoran, dan membuka sebotol minuman soda dingin.
"Hm?" Tatapan mata tertuju pada seorang pria yang begitu ia kenal, "Paman Jung?" Jungkook melangkah menghampiri pria yang terlihat mirip dengan ayah Eunha.
"Paman, tunggu!" Pria yang dia tahan begitu terkejut. Pria itu melihat penampilan Jungkook dari ujung sepatu sampai ujung rambut.
"Paman, kau ke mana saja?" tanya Jungkook langsung, ia menahan tangan kanan pria itu.
"Jangan sentuh aku, Jungkook. Aku kotor dan bau." Benar kalau itu adalah Paman Jung selaku ayah Eunha.
"Tidak apa-apa. Kami merindukanmu, kembalilah ke rumah," ucap Jungkook yang masih menahan tangan Tuan Jung, "Eunha begitu merindukanmu, banyak hal yang terjadi dan dia membutuhkanmu untuk menjadi tempat bercerita. Apa kau tidak merindukan dia? Ayolah, paman."
Tuan Jung terdiam beberapa saat.
"Apa paman masih terlibat kasus utang? Kami bisa membantu paman melunasi semuanya, berapa yang paman butuhkan?" tanya Jungkook sembari membuka dompet.
"Ti-Tidak, nak. Tak perlu, paman tak mau membuat kalian repot. Jika masalah sudah selesai, paman akan kembali. Paman menitipkan Eunha padamu, jaga dia dengan baik." Jungkook mengerutkan kening dan merasa sedih.
"Aku akan menikahi putri tunggalmu," kata Jungkook. Tuan Jung mangap, tidak percaya dengan perkataan Jungkook tapi di dalam hati beliau merasa senang.
"Sung-guh? Itu berita bagus, berarti paman tidak perlu terlalu sering memikirkannya. Karena sudah ada dirimu yang akan menjaga dan merawatnya sampai hari tua nanti. Sampai di sini dulu, Darren. Jaga Elline seperti yang kau sampaikan sewaktu kecil, jangan ingkari itu." Paman Jung mengusap air matanya lalu bergegas pergi.
Jungkook menarik napas berat, dia merasa bersalah karena tidak bisa membuat Eunha merasakan kebahagiaan seutuhnya.
"Jika aku menceritakan padanya, mungkin dia akan menangis tujuh hari tujuh malam," gumamnya. Gemuruh bergema walau tak berarti akan turun hujan. Namun tak terasa kalau sebentar lagi akan berganti musim.
***
"Aku selalu merasa baik jika denganmu, kau itu seperti obat yang hanya aku miliki seorang." Jungkook membuka pintu teras kamar, melangkah keluar dan memandang bintang bersama bulan. Dia mulai berpikir kalau dirinya kini sudah tak harus lagi memikirkan banyak hal yang tak selama menguntungkan dirinya. Karena dia sudah memiliki seorang perempuan yang akan ia miliki sampai akhir hidup. Perempuan yang sebenarnya terlalu berharga untuk dia dari masa anak-anak. Kadang tak selamanya perpisahan itu berakhir menyedihkan, akan hadir hal yang mengejutkan dan tak terduga dari perpisahan tersebut.
[]
Jopin ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanficTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha