49 - New Chapter

1.2K 172 2
                                    

Lagu Pendukung >> Urban Zakapa - If you still love me


Dengan pakaian serba hitam dan membawa sebuket bunga mawar merah segar, Lia berdiri di depan makam ibunya. Terselip senyuman tipis walau air mata tidak bisa dia tahan. Menatap foto mendiang sang ibu yang warnanya sudah kabur. "Apa kabar, bu?" Ia menaruh buket itu di dekat batu nisan, "Aku kemari tidak sendirian saja, apa ibu menyadarinya?"

Lia menyentuh bagian perutnya, "Di sini terdapat bayi kecil, ibu sudah memiliki cucu. Apa ibu senang?" Air mata tak bisa ditahan, Lia memilih berlutut di depan makam sang ibu. Memeluk lutut dengan rasa penyesalan dan kecewa.

"Tentu ibu tidak senang, aku pun sama, bu. Saat harus mengetahui kalau aku mengandung anak putra angkat ibu, aku merasa hidupku seperti sampah dan harus segera dibuang. Aku membutuhkanmu, bu. Aku takut menjalani hidupku di masa mendatang. Tidak ada yang aku miliki selain anakku dan uang yang tentunya akan habis."

Hidup itu keras, semakin dewasa semakin tidak menyenangkan.

"Bisakah waktu berputar ke masa kecil? Di mana kita bahagia, dan ibu baik-baik saja? Bisakah?" Angin musim gugur bertiup kencang dan menerbangkan dedaunan kering.

Seorang pria tua melihat Lia yang menangis parah, pria itu menghampirinya dengan senang hati tanpa rasa takut diusir.

"Apa kabarmu, nak?" Pria tua itu adalah Tuan Jung selaku ayah Eunha. Beliau baru saja membersihkan makam sang istri tercinta yang sudah lama tidak ia kunjungi.

Lia melihatnya dan membiarkan beliau duduk di samping, "Tak apa aku duduk di sini?"

Lia mengangguk menyetujuinya, "Silakan duduk, paman." Lia semakin merasa sakit hati lagi saat mengingat perkataan kasar yang pernah ia lontarkan kepada Eunha malam itu di bawah halte.

"Ibumu cantik, terutama kedua matanya yang indah sama seperti dirimu, nak." Lia tersenyum tipis sambil menyeka air matanya yang sudah banyak menetes.

"Kau pasti begitu merindukan dia, paman bisa merasakan rindumu itu," lanjut beliau, "Kau sendirian saja? Di mana ayahmu?" Walau Tuan Jung pernah berurusan dengan ayah Lia, tapi Tuan Jung menganggap tidak pernah terjadi apa-apa.

"Dia... sedang di kantor dan selalu sibuk. Dia tidak pernah ada waktu untukku, paman. Mengabaikanku dan mementingkan bisnisnya," ucap Lia sedih, "Ketika harga anaknya lebih murah dari pada bisnis."

Tuan Jung menggelengkan kepala, "Jangan berkata begitu, nak. Dia tetap ayahmu, paman tak tahu permasalahan apa yang sedang terjadi antara kalian."

Hidung Lia mulai tersumbat, dan sedikit sulit untuk menarik napas. "Jika paman tahu, mungkin paman akan merasa jijik dengan anak perempuan sepertiku," jawab Lia, "Tidak dengan anak perempuanmu yang... maaf... itu semua salahku."

Tuan Jung mengusap kepalanya dengan pelan seolah-olah dia sedang mengobrol dengan anak kandungnya. "Tidak, ayah mana yang merasa jijik dengan putrinya."

Mendengar hal yang diucapkan oleh Paman Jung, membuat Lia terkejut sepuluh kali lipat, "A-yah?"

"Ya, jika ayahmu sendiri mengabaikan dan tidak menyayangimu. Kau bisa menganggapku sebagai ayah, anak cantik sepertimu mengapa bisa diabaikan? Itu aneh dan keterlaluan sekali. Pria yang sudah menjadi seorang ayah, harus memberikan perhatian dan kasih sayang walau anaknya menjengkelkan karena mereka darah daging sendiri."

Lia menjadi lebih sensitif dan mendadak memeluk tubuh pria tua yang pernah ia rendahkan.

"Nak, jika di dunia ini semua orang tidak lagi menerimamu, percayalah, masih ada orang yang mau menerimamu walau itu hanya tersisa satu orang."

Fall at First Kiss : Jungkook-EunhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang