Keduanya tiba di rumah dan keluarga sudah menunggu sejak setengah jam lalu. Melihat kedua anak muda itu memasuki ruang tamu, Bibi Jeon langsung menghampiri mereka yang terlihat lelah, "Kalian pasti lelah, ada baiknya kalian mandi lalu istirahat. Pakaian kotor taruh saja diember, ibu akan mengurusinya.".
Bergegas Eunha melangkah masuk ke kamar, namun saat ia baru mau menutup pintu, Jungkook malah menahannya, "Kau mau apa?" Eunha panik.
"Jangan lupa istirahat, nanti kau malah sakit." Eunha merapatkan pintu langsung tanpa melihat dan sadar kalau terdapat tangan Jungkook.
"Hei! Jariku!" Jungkook menjauhkan tangannya dan merasa sakit pada beberapa jemarinya, "Dasar!"
"Bodoh! Kau itu bodoh!" sahut Eunha dari dalam kamar. Jungkook masuk ke dalam kamarnya, menaruh koper ke atas tempat tidur dan mulai membereskan isi koper. Tapi...
"Hah? Apa ini?" Jungkook mengambil pakaian dalam berwarna merah muda dan terdapat dua lingkaran. "Ini bra milik Eunha?" Jungkook baru menyadarinya kalau koper yang ia bawa itu koper milik Eunha. Berbeda keadaan dengan Eunha.
Ia baru saja membuka koper dan dengan santai ia menyentuh sebuah benda yang terletak di bagian paling atas. Eunha memperhatikan benda dengan bungkusan berwarna biru tua.
"I-ini?" Tangannya sedikit bergemetaran selama memperhatikan benda kecil itu, "Celana dalam laki-laki? Mengapa bisa-?" Dia pun menarik koper untuk ia kembalikan pada pemiliknya, "Dasar Jungkook!"
Eunha membuka pintu kamar, betapa terkejut dia saat melihat Jungkook yang berdiri di depan pintu sambil menarik koper dan memakai bra merah mudanya di atas kepala dijadikan seperti kaca mata.
"A-Pa? Yak!" Eunha berteriak dan mengageti anggota keluarga.
"Apa yang terjadi?" tanya Soyeon yang terkejut mendengar teriakan Eunha.
"Mungkin kakakmu sedang menjahili Eunha," jawab sang ayah santai sembari membaca Koran.
Eunha menarik bra yang berada di atas kepala Jungkook, "Memalukan sekali!" Mereka langsung bertukaran koper.
"Apa kau melihat bendaku?" tanya Jungkook dengan pelan. Kedua sisi pipi Eunha mulai memerah karena merasa malu.
"Ti-dak!" Dia pun menutup pintu dengan cepat. Jungkook terkekeh melihat tingkah Eunha yang terlihat jelas sedang berbohong. Di dalam kamar Eunha merebahkan tubuh ke atas sofa, menggelengkan kepalanya mengingat Jungkook yang mengenakan bra di atas kepala.
***
Langkah kaki terburu-buru menghindari kerumunan orang yang mengejarnya.
"Hei, Jung! Jangan lari, kau masih harus membayar utangmu!" Kerumuman pria mengejar pria tua yang kewalahan berlari secepat mungkin.
Pikirannya perlahan mulai kacau, melayang dan teringat wajah putri tunggalnya, Jung Eunha.
"Mengapa kau bisa memiliki ayah seperti ini, nak?" gumamnya.
Dulu keluarga mereka baik-baik saja, tidak ada permasalahan dalam ekonomi. Namun beliau di tipu dan usahanya pun harus ditutup, disitulah awal mereka harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan sampai terjerat utang. Mobil melaju cukup cepat, pemilik mobil yang memperhatikan kejadian itu sengaja tidak menghentikan mobilnya.
"Jungkook, berhenti. Aku melihat ayahku," ucap Eunha dengan tatapan mata mengarah ke tempat ayahnya berhenti berlari.
"Jungkook, hentikan mobilnya!!!" Pekikan itu tidak membuat Jungkook menghentikan mobil, "Apa kau tuli? Aku memintamu untuk menghentikan mobil!" Jungkook sengaja tidak menghentikan mobil karena dia takut akan terjadi hal yang tak mereka inginkan.
Eunha memukul kuat lengan Jungkook, "Kau jahat!" Eunha menangis dan merasa kesal dengan kelakuan Jungkook. Mobil terus melaju ke kantor perusahaan keluarga. Jungkook melirik Eunha yang menatap jalan di luar.
***
"Kenapa kau bisa ada di sini?" Suara lembut dari Lia Choi bergema di lorong apartemen. Ia terkejut saat baru saja kembali ke apartemen dan melihat sang kakak angkat berada di depan pintu apartemen.
"Kau tidak tahu kalau aku kembali ke Seoul?" tanya sang kakak, Choi Seungcheol.
Lia menekan kode pintu dan mempersilakan kakaknya untuk masuk ke dalam.
"Tidak, sudah beberapa minggu kami tidak bertemu. Ayah juga sedang sibuk, nomor ponselnya sudah berubah." Lia menaruh tas slempang ke atas sofa dan pergi ke dapur.
"Aku buatkan minuman dingin untukmu," tambahnya.
Seungcheol memperhatikan ruang tamu apartemen adiknya yang begitu rapi dan bersih, "Kau tidak mau mengucapkan selamat untukku?"
Lia terdiam sejenak lalu melihat kakaknya, "Dalam rangka?" Lia tidak tahu apa-apa soal kakak angkat yang tidak ia sayangi itu.
"Beberapa hari lalu aku baru saja wisuda, kau tidak tahu?" tanya Seungcheol. Lia menghela napas lalu menggelengkan kepala tanpa ada rasa ingin tahu tentang kakaknya.
"Cih! Kau masih sama seperti dulu, padahal dari dirimu berusia enam tahun kita sudah tinggal bersama. Apa kau membenciku?" tanya Seungcheol tanpa ada rasa beban apapun.
Lia berjalan menuju meja tamu dan meletakkan segelas latte dingin serta camilan kering. Tatapan mata Seungcheol mengarah pada paha Lia yang tak tertutupi rok.
"Tanyakan pada dirimu mengapa aku bersikap begini padamu," sahut Lia lalu kembali ke dapur. Seungcheol tersenyum licik.
"Aku berpura-pura lupa agar dapat lebih dekat denganmu," ucap Seungcheol dengan nada genit. Lia menahan rasa kesal yang bercampur sedih. Ia juga menyesal karena sudah mempersilakan kakaknya untuk masuk ke dalam apartemen.
***
Menunggu bus yang akan mengantarnya pulang ke rumah. Angin malam mulai terasa dingin dan menusuk tubuhnya. Dengan hoodie merah marun, Eunha berdiri di bawah halte sendirian. Kendaraan pribadi masih terlihat berlalu di jalanan yang tak begitu ramai.
"Apa kau merasa senang karena berhasil mendekati Jungkook?" tanya seorang perempuan bertubuh langsing dengan rambut panjang berwarna merah pekat.
Eunha menoleh ke sumber suara. Ia terkejut melihat penampilan Lia yang berbeda dan lebih bold dari pertemuan sebelum, "Li-Lia."
Pemilik nama melangkah mendekatinya tanpa rasa ragu sedikit pun.
"Aku baru tahu kalau kau anak dari seorang tukang utang," ucap Lia dingin, "Bisa-bisanya kau membiarkan ayahmu menderita dan hidup bersenang-senang dengan Jungkook."
Eunha mengepalkan kedua tangan, "Jaga mulutmu, Lia. Kau tidak tahu keluargaku, jadi jangan mengatakan hal-"
"Tentu aku tahu, karena ayahmu memiliki utang kepada ayahku. Dan kini ayahmu sedang dicari oleh anak buah ayahku, kau masih mau menyangkalnya?" sahut Lia santai.
Eunha bungkam. Lia tersenyum tipis, "Kenapa kau diam, anak tukang utang? Kau malu? Takut?"
Eunha mencoba menenangkan dirinya tapi itu terasa sulit untuk dia tahan. Karena perasaan yang sekarang ini rasakan terlanjur sedih dan kesal. Beberapa pejalan kaki mengabadikan apa yang terjadi di bawah halte.
"Orang-orang akan tahu kalau dirimu itu anak orang tukang utang. Mereka pasti akan menolakmu karena berani dekat dengan Jungkook," jelas Lia yang semakin membuat perasaan Eunha kacau. Bus tiba, bergegas Eunha masuk ke dalam bus tanpa mengucapkan apa-apa. Lia merasa senang dan menang.
Jopin ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanfictionTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha