Jungkook berdiri di samping jendela ruangan kerja. Menatap kota dengan cuaca pagi yang menenangkan dirinya. Sang ayah masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu, melihat sang putra yang berdiri diam tanpa melihat kehadirannya, "Kau merasa lelah?" Pertanyaan singkat itu mengageti Jungkook yang asyik melamun. Dia pun melihat di mana ayahnya berdiri.
"Sejak kapan ayah berada di sana?" Jungkook merapikan jas biru dongkernya lalu duduk di sofa.
"Beberapa detik lalu," jawab Tuan Jeon, "Apa yang kau lamunkan, sampai-sampai tak sadar kalau ayah datang ke ruangan kerjamu."
Jungkook melempar senyuman tipis, dia melihat wajah tua sang ayahnya, "Entahlah, akhir-akhir ini aku menjadi sering melamunkan sebuah hal."
"Apa karena Eunha kau menjadi sering melamun, nak?" Mendengar pertanyaan sederhana dari sang ayah, Jungkook berhasil bungkam. Dia tak banyak bergerak atau mengalihkan pandangan.
Kedua pria dengan jarak usia cukup jauh itu saling bertatapan mata. Tuan Jeon tersenyum seolah dirinya memenangkan sesuatu.
"Ayah rasa itu benar. Tak bisa disembunyikan lagi dari raut wajahmu itu, Jungkook."
Jungkook mengulum bibirnya dan tersipu malu. Tingkah lucu membuat ayahnya tertawa pelan.
"Kau mengingatkan ayah dengan kisah cinta ayah dan ibumu," tambah beliau sambil tertawa. Jungkook akhirnya tersenyum padahal dia masih malu.
"Ayah dan ibu menjadi senang saat kalian mulai kembali akur, rasanya kembali ke masa kecil kalian di Bandung. Ah, begitu rindunya dengan momen lama."
Jungkook melihat keluar jendela, memejamkan mata sejenak.
"Bagaimana kondisi Eunha setelah insiden kecil yang menimpanya? Ayah rasa kau harus tegas dengan penggemarmu itu. Jika tidak, mereka akan semakin agresif dan fanatik, ayah mengkhawatirkan dirimu. Jadi kau harus lebih berhati-hati," jelas beliau.
"Eunha baik-baik saja, dia sudah kembali ke rumah sejam lalu. Hanya aku tidak bisa mengantarnya pulang karena ada rapat pagi. Jadi aku meminta Soyeon menjemput dia. Ayah tidak perlu khawatir, akan aku urusi para penggemar."
Tuan Jeon berdeham, "Kau rela melepaskan penggemarmu? Memang benar kalau kau mendapatkan uang dari mereka, kehidupan dan kelakuanmu juga sempat berubah. Tapi setelah kau mengatakan kalau akan mengundurkan diri, ayah melihat sosok Jungkook yang dulu. Apa lagi selama di rumah sakit, Eunha menemanimu. Dirimu yang dulu akhirnya kembali, tidak ada lagi Jungkook yang egois, Jungkook yang sok, Jungkook yang sombong, yang ada Jungkook yang patuh dengan orang yang lebih dewasa."
Jungkook mengaku kalau apa yang ayahnya jelaskan itu merupakan fakta yang tidak bisa diganggu gugat.
"Benar, aku juga mulai merasa diriku kembali. Aku rasa itu karena dia," jawabnya pelan.
Tuan Jeon tersenyum, "Kau mulai menyukai dia?"
Jungkook langsung melihat kedua mata ayahnya, "Soal itu... aku tidak bisa mengatakannya langsung. Tapi aku merasa kalau rasa sukaku padanya datang secara alami." Tuan Jeon malah memperlihatkan kedua jari jempolnya.
***
"Bi-bi, kenapa bisa datang?" Jungkook terkejut saat melihat saudara ibunya datang ke rumah tanpa memberitahu sebelumnya.
"Apa ada orang tuamu?" tanya sang Bibi dan masuk begitu saja.
"I-Iya, mereka sedang di taman belakang. Akan aku panggilkan." Sang bibi duduk di ruang tamu, beliau melihat perempuan muda yang sedang menyiapkan sesuatu di dapur. Bibi mulai bertanya-tanya dan berpikir siapa perempuan bertubuh mungil nan manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall at First Kiss : Jungkook-Eunha
FanfictionTapi jarak diantara kita seperti bumi dan langit. Aku selalu ingin disisimu, selamanya. Date : 28-06-2019 Finish : 10-02-2020 Project 2019 cr. Jovinka_Agatha