Adara menenggelamkan wajahnya pada bantal agar tak menimbulkan suara tangis. Bodoh, kenapa masih menangis, sih? Bukankah dirinya sudah berjanji untuk tidak lagi menangisi laki-laki brengsek itu.
Rindu?
Adara merutuki dirinya sendiri. Perasaan itu masih sama. Kerinduan itu juga masih ada. Perempuan itu bangun lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding.
"Ada hubungan apa Lo sama Aldric?!" Tanya Kenan dengan nada dinginnya.
"A...aldric? Maksud kamu apa? A...aku nggak ada hubungan apa-apa sama Aldric."
"Trus pelukan kalian? Lo pikir Gue nggak tau?!"
"Pelukan apa sih Ken, jelasin baik-baik maksudnya apa!"
"Murahan!"
Adara menutup kedua telinganya. Ingatan itu kembali muncul. Kata-kata menyakitkan itu masih terus bergelanyut di pikirannya.
"Gue nggak mau lagi inget itu!" Adara menghapus air matanya dengan kasar.
"Gue benci Kenan! Gue benci!!!"
"Gue nggak mau kenal dia lagi!"
Adara mengusap-usap kedua tangannya, seperti jijik dan tidak sadar bahwa melakukan hal itu membuat tangannya menjadi merah.
"Nggak! Dia tadi pegang tangan Gue! Gue nggak mau!!!"
"Kenapa ngelupain Lo sesulit ini?!" Bentak Adara pada dirinya sendiri.
"Neng? Neng kenapa?"
Bi Narti memanggil Adara dari luar pintu. Ia cemas sebab mendengar suara Adara seperti sedang menangis.
"Neng buka dulu atuh pintunya, bibi teh cemas neng, masa Allah."
Adara menghapus kasar air matanya, menetralkan nafasnya yang tersengal, lalu beranjak dari ranjang, membuka pintu melihat Bi Narti.
"Ya Allah gusti! Neng kenapa? Matanya kenapa merah?"
Adara tersenyum, "Nggak kok, Bi. Dara tadi nonton film jadi kebawa perasaan."
"Nggak mau jujur sama bibi?"
"Iya itu Dara jujur, Bi."
Bi Narti menghembuskan nafas pelan, mungkin Adara tidak bisa menjelaskan masalah privasi-nya pada orang asing.
"Neng teh kenapa belum ganti baju? Neng ganti baju dulu ya, habis itu makan, bibi udah masak banyak."
"Iya Bi, nanti Dara turun buat makan."
"Yaudah kalo gitu, bibi lanjut lagi ya."
"Iya bi, makasih ya bi."
"Neng kayak sama siapa saja. Sok ganti baju neng."
"Siap!" Adara masuk kembali kedalam kamar.
*****
Gerald, Jordan, Angga, dan Bondan sibuk dengan play-station milik Kenan, sedangkan tuan rumah sibuk dengan pikirannya sendiri. Angga dan Bondan adalah sahabat baru mereka di kampus, orangnya tak kalah asik dengan Jordan dan Gerald. Bahkan bisa lebih gila dari mereka.
Keempat manusia itu tidak peduli pada Kenan yang terang-terangan tidak mau ikut bergabung dengan mereka.
"Bodoamat! Jangan curang bambang!"
"Siapa curang sih, Lo liat punya Lo lembek." Gerald membalas ucapan Jordan.
Tubuh Jordan bergerak ke kanan dan kiri mengikuti arah dimana game tersebut bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN & ADARA
Teen Fiction[ℂ𝕠𝕞𝕡𝕝𝕖𝕥𝕖𝕕] 𝑷𝒖𝒃𝒍𝒊𝒔𝒉𝒆𝒅: 28 𝑴𝒂𝒚 2020 -𝒟𝑒𝓈𝒻𝒾𝓀𝒶 𝒜𝓇𝒹𝑒𝓇𝒶 - 𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 • 𝐂𝐨𝐦𝐞𝐝𝐲 • 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞 [𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐈𝐈 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐀𝐝𝐚𝐫𝐚] 𝙅𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙖𝙬𝙖𝙡 𝙉𝙀𝙍𝙏𝙃 ••• Menceritakan pe...