9 - Lelah Tersenyum

5.4K 326 63
                                    

"Terimakasih, dan selamat siang."

Seorang dosen keluar dari dalam kelas yang Adara dan kedua sahabatnya tempati. Ketiganya membereskan buku dan alat tulis lainnya lalu memasukkan semua kedalam tas masing-masing.

"Laperrr." keluh Sonya.

"Bentar lagi ke kantin, deh," respon Adara.

"Ayo buruan, udah nggak kuat diriku."

"Alah lebay." ketus Fera.

"Lebay-lebay gini ke..."

"Kesayangan Pameran!!!" ujar Adara dan Fera bersamaan.

"Nyebelin banget sih!!! Pangeran!"

"Sama aja perasaan." balas Fera.

"Fera!!! Nyebelin!!!"

"Lagian lo duluan bikin naik darah," balas Fera. Sonya mengepalkan tangan kanannya lalu ancang-ancang akan menojok Fera.

"Udah-udah, berantem terus. Ayo katanya laper." Adara menarik pergelangan tangan keduanya sebelum perang dunia terjadi.

Belum sempat keluar dari dalam kelas, dan masih berada di ambang pintu ketiganya terhenti saat melihat Kenan dan keempat sahabatnya berdiri santai didepan dinding kaca.

Kenan menatap intens Adara membuat cekalan Adara pada kedua sahabatnya terlepas.

"Susah emang ya kalo sudah ditunggu suami." sindir Sonya melirik Adara.

"Lo bener, Nya. Belum keluar kelas aja udah di tungguin." balas Fera. Ya walaupun gadis itu ikut senang karena ada Gerald juga yang menunggunya.

"Gue kesana dulu deh, ada Pangeran udah nunggu." ucap Sonya malu-malu lalu pergi dari hadapan mereka semua.

Gerald mendekat pada Fera lalu menautkan jari jemari mereka.

"Rald, diliat orang." bisik Fera.

"Nggak pa-pa, biar mereka tau siapa pacar gue." balasnya. Gerald segera menarik Fera dari hadapan mereka semua entah kemana, yang pasti berlawanan arah dengan Sonya.

Adara menoleh ke kiri dan kanan, "Ngapain?" Tanya Adara.

Kenan yang awalnya menaruh kedua tangan ke dalam saku celana kini melepaskannya dan maju satu langkah.

"Kuy, cabut. Disini panas banyak rumah tangga orang." ajak Jordan kepada Bondan juga Angga. Ketiganya ikut kemana Jordan pergi entah itu ke kantin ataupun kamar mandi. Sudah seperti seorang anak yang mengikuti kemana pun ayahnya pergi.

"Udah lama nunggu?" tanya Adara basa-basi.

"Baru, kok,"

Kenan menyisir rambutnya ke belakang membuat pesona laki-laki itu semakin memuncak. Sungguh Kenan sangat tampan. Ya Tuhan Adara tidak kuat jika harus berhadapan dengan manusia didepannya ini. Sangat bahaya untuk jantungnya.

Kenan terkekeh, "Kenapa coba?"

"Nghhh... Nggak ada."

"Itu liat-liat." Kenan maju satu langkah,
"Liatin rambut Gue?"

Adara membulatkan matanya.

"Nggak ada, ngaco!"

"Padahal..."

"Kenan udah deh,"

Tawa Kenan pecah, "Lucunya."

"Lucu jugaaa." Adara mencubit kedua pipi Kenan.

Brak. Kenan sedikit terhuyung sembari memegang kedua pundak Adara agar gadis itu tidak terjatuh.

Suara apa itu? Kenan juga Adara berbalik. Ternyata ada seorang perempuan dengan rambut pendeknya tersungkur dibawah.

KENAN & ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang