36 - Hilang dalam Diam

698 104 26
                                    

Selamat membaca teman-teman❤️

***

Mata elang itu mengerjap perlahan. Menyesuaikan cahaya yang langsung menyeruak ke dalam matanya. Tidak perlu bertanya lagi ia ada di mana, karena dari aromanya saja sudah sangat jelas bahwa ini adalah rumah sakit. Tangannya sedikit demi sedikit mulai digerakkan dengan bantuan kekuatannya sendiri. Namun, ada sesuatu yang menganjal saat ia akan menggerakkan tangan kanannya. Seperti ada seseorang di sana.

Kedua alisnya mengerut saat melihat seorang perempuan yang tertidur di sana. Tangannya tergerak untuk membangunkan perempuan itu.

Perempuan itu bergumam dan mendudukkan tubuhnya. "Kenan? Kamu ..."

Kenan hanya menatapnya datar.

"Aku ... aku panggil dokter dulu," ucap Adara cepat dan akan segera beranjak namun ditahan oleh Kenan.

"Nggak perlu," jawab Kenan dingin.

Adara kembali duduk.

"Apa ada yang sakit?" tanya Adara khawatir.

Kenan menggeleng pelan. "Lo siapa?"

Adara menganga tak mengerti. Maksud Kenan bertanya seperti itu apa? Atau, Kenan ingin membuat lelucon pagi ini? Tidak. Adara tidak akan tertipu.

"Apaan sih, Kenan," ujar Adara canggung.

Kenan hanya menatapnya datar tanpa minat. Tangan Adara yang awalnya berada di atas tangannya kini disingkirkan oleh Kenan. Adara kaget dan segera menyentuh dahi Kenan.

"Kamu baru siuman, loh. Masa udah mau becanda aja," ujar Adara sambil terkekeh.

"Kenan?" ucap Kenan tanpa sadar. "Siapa?"

Adara menelan salivanya susah payah. Tidak. Ini tidak mungkin. Jelas-jelas Kenan hanya terluka pada tubuhnya bukan kepalanya. Namun, memang di sana terbelit perban putih untuk membantu luka Kenan. Tapi, kenapa ...

"Kenan!" ucap Adara tak percaya. "Jangan bercanda!"

Kenan tak menjawab.

"Ini aku. Adara. Pacar kamu. Calon tunangan kamu. Gimana, sih?"

Tatapan Kenan semakin menunjukkan bahwa ia tak mengerti.

"Tunangan?" tanya Kenan.

Jantung Adara seketika berdetak lebih cepat. Segera ia berlari keluar untuk memanggil dokter dan orang yang berada di luar ruangan.

Saat di luar, Franco, Lovita, Yatha, dan dua teman Kenan juga Adara berdiri dari duduknya dan segera mendekat pada Adara.

"Dokter! Dokter!" teriak Adara.

Lovita menyentuh lengan Adara. "Ada apa sayang? Kenapa?"

"Bunda, Kenan ..." lirihnya. "Panggil dokter!"

Seorang dokter dan perawat segera datang dan masuk ke dalam ruang inap Kenan. Diikuti oleh mereka semua. Namun, seperti tidak terjadi apapun, Kenan justru hanya menatap datar mereka semua.

KENAN & ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang