HAPPY READING:)
******
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain, Nyonya Tera meninggal dunia."
Tubuh Kenan jatuh ke lantai bersamaan dengan air matanya yang tanpa diundang sudah turun duluan. Tatapan tajamnya lurus kedepan. Tubuhnya bergetar. Kenan ingin menentang kenyataan itu, menentang apa yang dikatakan pria berseragam putih itu. Ini tidak benar, ini pasti salah.
"Kenan..." Panggil Mr.Franco.
"Pa... Ini... Ini salah... Nggak mungkin..."
Keempat sahabat Kenan membantunya untuk duduk diatas bangku tunggu, menguatkan Kenan adalah satu-satunya cara yang harus mereka lakukan saat ini.
"Dokter... Mama... Kenapa bisa... Mama cuma jatuh..." Suara Kenan terdengar sangat menyayat hati.
"Nyonya Tera mengalami pendarahan yang hebat pada otaknya, karena benturan yang kuat sehingga darah tersebut membeku."
Kenan menggeleng kuat, "Pasti... Pasti salah! Pa pasti salah, bukan mama pa..."
Mr. Franco memeluk tubuh Kenan yang bergetar hebat.
"Sudah takdir Tuhan, nak." Mr.Franco mati-matian menahan air matanya agar tidak turun, tapi pertahanan itu akhirnya runtuh.
Kenan meremas kuat kemeja belakang papanya. Menyalurkan emosi yang membeludak dalam dirinya. Ini tidak mungkin, mamanya hanya terjatuh, bukan berarti harus kehilangan nyawa seperti ini.
"Pasti bukan mama pa..."
"Mama cuma jatuh..."
"Kenapa kita nggak bawa mama kerumah sakit dengan cepat waktu itu pa! Kenapa?!" Teriak Kenan dengan suara serak yang tertahan.
"Kenan mau liat mama..."
Mr. Franco mengangguk dalam dekapannya. Pria itu melepas pelukannya lalu membantu anak sulungnya untuk berdiri. Keempat sahabat Kenan juga membantu Kenan untuk masuk kedalam ruangan itu.
"Gue mau sendiri." Ucapnya dingin saat sudah berada didepan jasad sang mama. Keempat sahabat Kenan mengerti, mereka keluar meninggalkan Kenan dengan Ny.Tera.
"Mama..." Panggilnya dengan suara berbisik.
Kenan membuka kain putih yang menutup wajah cantik mamanya. Tidak, mamanya tidak boleh diperlakukan seperti ini.
"Mama... Ini Kenan... Ma... Kenan mau mama bangun..."
"Ma... Kenan nggak mau mama ditutup seperti ini..."
Kenan meraih tangan kanan sang mama. Sudah tidak ada lagi alat yang terpasang di tubuh wanita itu. Semuanya sudah terlepas. "Ini tangan mama kenapa dingin... Ayo ma bangun... Mama nggak boleh lemah..."
"Kenan, Heleno, sama papa, masih butuh mama... Heleno ma, Heleno masih butuh kasih sayang mama..." Kenan menghapus kasar air matanya.
"Kenan hitung sampe tiga, kalo mama bangun, Kenan bakalan kasih hadiah." Ujarnya sembari tersenyum.
"Satu..."
Ruangan itu sunyi.
"Dua..."
Jantung Kenan berdetak kencang.
"Ti..." Kenan memejamkan matanya, dadanya sesak, air matanya semakin deras. Ini bukan mimpi, ini nyata, ini benar. "Ga..."
Pertahanan Kenan runtuh. Tubuhnya terjatuh ke lantai diiringi isak tangis pilu dari bibirnya yang bergetar. Kenan mengepalkan kedua tangannya menahan emosi yang memuncak. Tubuhnya bergetar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN & ADARA
Teen Fiction[ℂ𝕠𝕞𝕡𝕝𝕖𝕥𝕖𝕕] 𝑷𝒖𝒃𝒍𝒊𝒔𝒉𝒆𝒅: 28 𝑴𝒂𝒚 2020 -𝒟𝑒𝓈𝒻𝒾𝓀𝒶 𝒜𝓇𝒹𝑒𝓇𝒶 - 𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 • 𝐂𝐨𝐦𝐞𝐝𝐲 • 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞 [𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐈𝐈 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐀𝐝𝐚𝐫𝐚] 𝙅𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙖𝙬𝙖𝙡 𝙉𝙀𝙍𝙏𝙃 ••• Menceritakan pe...