7 - Rasa yang Sama

10.4K 720 130
                                    

"Gue boleh minta sesuatu?" Tanya Adara memecah keheningan beberapa detik.

"Apa?" Tanya Kenan.

"Gue cuma mau, Lo nggak mengulangi kesalahan yang sama. Jangan karena masalah kecil, Lo langsung ambil kesimpulan. Seenggaknya Lo deng..."

Kenan menempelkan jari telunjuknya pada bibir mungil Adara, "Gue janji!"

Adara masih diam menatap wajah dingin Kenan. Dirinya tak mampu berkutik, bahkan semua yang ingin ia ucapkan tadi berakhir dengan kata 'lupa'.

"Sayang,"

Kenan menyentuh kedua bahu Adara, "Gue janji, dan Lo harus pegang janji Gue."

"I-iya."

Tangan Kenan beralih menyentuh pipi kanan Adara, "Kenapa gugup hm?"

Masih ditanya? Ayo tolonglah, setelah sekian lama tidak berada diposisi seperti ini, membuat Adara benar-benar kaku.

"Ng-nggak... Nggak apa,"

"Kangen ya?" Goda Kenan.

Mata Adara membulat lebar, boleh kah Adara menenggelamkan dirinya di lautan luas saat ini juga? Tolonglah dia merasa benar-benar malu.

"Sudah lama nggak seperti ini, dan Gue rindu," Lirih Kenan.

"Maaf."

Adara menggeleng pelan, "Sudah ya."

"Gue egois, seharusnya waktu itu..."

Telunjuk Adara menyentuh bibir Kenan. "Yang lalu biarlah berlalu, sekarang waktunya kita buka lembaran baru, oke?"

Kenan tidak dapat berkata apapun lagi. Tatapannya terkunci pada manik mata Adara. Semakin mendalami tatapan itu, Kenan menarik tangan Adara lalu mengenggamnya.

"Kasih tau Gue jalan yang benar, Gue bener-bener takut kehilangan Lo lagi."

Adara tersenyum lalu mengangguk.

"Kita harus sama-sama berjuang. Jangan egois lagi, kan sudah sama-sama dewasa."

"Iya."

"Dan Lo, masih tetap Kenan yang sama, yang akan selalu menetap di hati Gue, sampai kapan pun."

"Bisa aja." Ceplos Kenan.

Buk!

"Aw!"

"Lagian orang serius juga!"

"Iya-iya maaf."

"Maaf nggak diterima!" Ketus Adara sembari berbalik badan dan melipat kedua tangan didepan dada.

"Jadi..." Kedua tangan Kenan menyentuh pinggang Adara, "Tuan putri mau apa?"

Tubuh Adara tertarik dalam pelukan Kenan, membuat dirinya benar-benar gugup. Kenan menyenderkan dagunya pada bahu Adara dengan posisi memeluknya dari belakang.

"Bernafas." Ujarnya.

"Lo mau apa, hm?"

Ya Tuhan, Adara tidak mau apa-apa, ia hanya ingin menghentikan waktu agar terus seperti ini bersama Kenan. Astaga, Kenan ini, padahal sedang berduka, tetapi rasa seperti biasa saja.

Adara menoleh, wajah tampan Kenan tepat berada di hadapannya. Bahkan, hidung keduanya hampir bersentuhan.

"L-lepasin Ken, nanti diliat orang!"

"Nggak." Kenan memejamkan matanya.

"Lepasin atau..."

"Atau apa?" Tantangnya.

KENAN & ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang