drieenvijftig

445 71 36
                                    

Tekan ☆ oke? ♡

.


"Hhh~"

Entah sudah berapa kali Jinyoung menghela nafas beratnya siang ini. Sudah 2 minggu sejak Daehwi pergi ke Amerika, dan Jihoon pergi ke Jepang.

Ia merasa bersalah pada Jihoon karena secara terang terangan selalu menolak perasaannya. Jinyoung sadar ia memang selalu melukai perasaan Jihoon. Mau bagaimana lagi? Hatinya seperti sudah terkunci dengan Daehwi didalamnya.

Kenapa? Ia juga tidak tahu. Sejak pertama kali ia dikenalkan pada Daehwi oleh Seonho, ia sudah tertarik pada gadis remaja yang menurutnya manis itu. Hanya saja, ia tidak berani bilang karena saat itu mereka masih sangat muda.

Saat ia pindah rumah dan tinggal dengan tantenya karena orang tua yang sibuk, Jinyoung yang saat itu berumur 14 tahun sangat senang ketika tahu ia bertetangga dengan Daehwi.

Berteman dengan Daehwi bisa membuat Jinyoung bahagia, itu menurutnya. Daehwi yang sejak saat itu semakin hari membuat Jinyoung semakin menyukainya. Tapi Jinyoung tidak pernah berani mengungkapkannya.

Ada berbagai alasan yang membuat Jinyoung menjadi pengecut. Salah satunya adalah persahabatan. Setiap kali Daehwi selalu mengandalkan Jinyoung, dan bergantung pada Jinyoung. Namun sebagai sahabat.

Jinyoung hanya yakin Daehwi tidak memiliki perasaan lebih kepadanya. Sebab itu ia tidak mau membuat Daehwi menjauhinya.

Bersahabat dengan Daehwi saja Jinyoung sudah senang.

Awalnya Jinyoung pikir ia baik baik saja. Bahkan saat Daehwi mulai berpacaran dengan rivalnya Park Woojin, ia juga merasa baik baik saja. Tapi ia tidak tau semuanya semakin rumit seiring berjalannya waktu.

Sekarang pun ia tidak tahu. Apakah ia harus membuka hatinya untuk orang lain? Atau memilih menunggu Daehwi yang sebenarnya tidak memberinya kepastian?

Ia sangat bahagia ketika tahu Daehwi memiliki perasaan yang sama sepertinya. Tapi, apa artinya itu jika Daehwi justru pergi jauh meninggalkannya?

"Hoy"

TUK

Jinyoung meringis kecil ketika kepalanya dilempari sebuah botol minuman plastik yang sudah kosong. Jinyoung yakin si pelempar adalah orang yang sudah berteman dengannya sejak SMP. Lai Guanlin.

"Bangsat!" Umpat Jinyoung begitu melihat Guanlin tiba tiba duduk disebelahnya tanpa merasa berdosa.

"Galau lo ya? Ditinggal Daehwi?" ejek Guanlin.

Kebetulan ada dirooftop, Jinyoung rasanya sudah berniat mendorong Guanlin agar terjatuh dari atas atap sekolah. Tapi Jinyoung tidak sesadis itu. Hanya sebatas berniat.

"Diem lo. Bukan cuma gue kali, pacar lo tuh juga sedih kan ditinggal Daehwi?"

"Ya beda lah bro. Temen sama gebetan rasanya beda," balas Guanlin sambil menghela nafas.

"Sok tau lo!"

Tidak ada balasan apapun dari Guanlin. Hanya ada helaan nafas yang membuat Jinyoung menatap bingung sahabatnya itu.

"Kenapa lo?" tanya Jinyoung yang jujur heran melihat sahabatnya itu.

Seingatnya terakhir kali Guanlin seperti ini adalah saat dirinya bimbang menentukan perasaannya. Iya, Jinyoung ingat. Karena sejak berpacaran dengan Seonho, lelaki tinggi berkulit putih itu seperti selalu bahagia setiap saat. Jinyoung jadi sedikit iri.

"Gue nggak mau ninggalin Seonho..."

"Hah? Emang lo mau kemana?"

Jinyoung semakin bingung tentunya.

[01] complicated ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang