Zach Herron

280 98 181
                                    

Sepasang mata yang terpejam perlahan membuka karena pantulan sinar mentari dari jendela yang secara tidak langsung menerpa wajah mulusnya, cowok berpipi merah itu sesekali menggeliat sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidurnya, ia langsung menuju kamar mandi lalu turun ke bawah setelah menuruni beberapa anak tangga cowok itu melangkah menuju dapur.

"Oh Zach lu udah bangun?" tanya seorang  yang masih sibuk memasak yaa walaupun hanya mi instan.

"hoamm...he em," balas cowok yang bernama Zach itu sambil menguap.

"Nih gue buatin sarapan tapi seadanya ya maklum anak kos," ujarnya sambil menyodorkan semangkuk mi instan di meja makan.

"Lu nggak usah terlalu baik deh sama gue, gue nggak mau ngrepotin lu terus Yan," Zach merasa tidak enak diperlakukan seperti raja yang bahkan bukan di rumahnya sendiri.

"Yaelah Zach gue nggak merasa direpotin kok, malah gue seneng ada elu jadi gue nggak sendirian disini," Briyan melemparkan senyuman pada Zach.

"Yaa tapi gue tetep aja nggak enak sama elu," Zach menunduk.

"Ya ampun bro kenapa lu punya pikiran kek gitu sih, itung-itung ini semua balas budi gue ke elu karna udah nyelametin gue, entah jadi apa gue sekarang kalo lu nggak ada waktu itu!" Zach terdiam mendengar jawaban dari Briyan, ia jadi ingat pada kejadian itu kejadian dimana ia bertemu Briyan untuk yang pertama kalinya.

Flashback on

Di suatu malam yang sunyi tampak seorang cowok yang tak lain adalah Zach dengan tas ransel yang bertengger di punggung tegapnya sedang berjalan seorang diri di sebuah lorong yang redup karena minimnya cahaya lampu.

sesekali ia menendang kerikil didepannya untuk melampiaskan emosinya.

Tiba-tiba sesuatu yang sangat menyilaukan mengenai kedua manik mata hanselnya, rupanya berasal dari lampu pada kepala gerbong kereta yang menyinari lorong itu, seketika Zach menghentikan aksinya lalu melihat ke sumber cahaya, dan betapa terkejutnya Zach ketika mendapati sosok pria jakung dengan tatapan kosong berjalan di tengah rel, sedangkan tak jauh di belakangnya ada kereta yang mau lewat.

Beberapa orang di dalam gerbong meneriaki pria itu dengan histeris, sang masinis juga berusaha menghentikan keretanya namun alhasil hanya dapat mengurangi kecepatan kereta itu.

Spontan Zach berlari ke arah pria itu dan mendorong tubuhnya ke samping hingga mereka berdua terjatuh bersamaan dengan kereta yang lewat, sungguh nyaris.

"Lu gila ya! kalo mau bunuh diri ya nggak usah di depan gue juga kali!" bentak Zach emosi.

"Gu..gue kenapa?" tanya pria itu seperti orang linglung.

"WHATT?!" Zach jadi ikut bingung.

"YA AMPUNN!tas gue!" pria itu tiba-tiba berteriak membuat Zach terpanjat.

"Woy! lu tuh kenapa sih udah nyoba bunuh diri ditanya pura-pura bego, terus sekarang teriak lagi di kuping gue! untung nih kuping nggak budeg!" maki Zach sambil memegangi telinganya yang mendengung.

"Serius gue nggak tau tiba-tiba ada disini kayaknya....gue kena HIPNOTIS!" pria itu heboh.

"HAH?!kok bisa?" tanya Zach terkejut mendengar penjelasan pria itu.

"Gue inget! tadi itu gue jalan trus ada orang yang tiba-tiba nepuk pundak gue tapi gue nggak tau itu sapa truss..arghh nggak usah diomongin dehh yang penting gue selamat btw thank's ya udah nolongin gue."

Zach mengangguk "gue minta maaf ya karna udah ngomongin elu yang enggak-enggak tadi," ujarnya penuh penyesalan.

"Udah gapapa santai aja, oh iya malem-malem gini lu mau kemana kok bawa bangkelan segala kek mau minggat aja?"

Zach menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Pria itu menyadari bahwa ada sesuatu yang dirahasiakan dari Zach. "cerita aja kalo ada masalah, nggak enak loh mendem masalah sendiri!"  bujuknya.

"Gu..gue kabur dari rumah," Zach akhirnya berterus terang.

"Oiya?kok bisa?" tanya pria itu penasaran.

"Sori gue lagi nggak pengen bahas!" Zach lalu berjalan meninggalkan pria itu.

"Terus lo sekarang tidur dimana udah malem gini?" ujarnya membuat Zach menghentikan langkah.

Kini pria itu tepat di belakang Zach "untuk sementara tinggal sama gue aja kebetulan nggak jauh kok dari sini!" tawarnya memegang pundak Zach, melihat malam yang sudah sangat larut akhirnya Zach menyetujui tawaran itu.

"Kita teman?"

"Tentu saja!" Zach menerima uluran tangan dari pria itu.

"Briyan," pria itu memperkenalkan diri.

"Zach."

Lalu mereka berjalan beriringan menuju kos-kosan.

Flashback off

Kini Zach dan Briyan sedang menyantap sarapannya masing-masing "oiya Zach bokap nyokap lu nggak pernah telpon selama lu kabur?" tanya Briyan di tengah-tengah makan.

"Gimana mau nelpon kalo gue aja ganti nomor," jawab Zach enteng, Briyan terpaksa menanyakan hal ini karena jika dilihat dari penampilan sepertinya Zach anak orang kaya, maka dari itu Briyan tidak tega melihat Zach yang harus hidup susah karena mengikuti dirinya.

"Mau nanya lagi tapi nggak jadi dehh takut lu marah," Briyan terkekeh.

"Tanya alasan kenapa gue kabur dari rumah?" tebak Zach seperti mengetahui apa yang ada dalam pikiran Briyan.

"Kok lu tau?bokap lu peramal ya..." Briyan mencoba melawak tapi hanya keheningan yang melanda, alias...krik krik krik.

"Gue kabur karena gue mau dijodohin sama anak temennya bokap gue, dia tuh egois lebih mentingin kemajuan bisnisnya ketimbang kebahagiaan anaknya sendiri, emang ini jamannya siti nurbaya apa pakek acara dijodohin segala!" cerocos Zach menahan emosi.

"Gue ngerti kok apa yang lu rasain bro tapi alangkah baiknya kalo lu hubungin mereka biar mereka nggak khawatir!"

"Awalnya gue sih mikirnya gitu, tapi setelah gue pikir-pikir enggak deh, orang mereka aja nggak peduli sama perasaan gue ngapain juga gue peduli sama perasaan mereka!" Zach membenarkan posisi duduknya.

"Harusnya lu bersyukur Zach, lu masih punya keluarga yang utuh lah sedangkan gue? lu tau sendiri kan hidup gue tanpa keluarga kayak gimana?" Zach menatap Briyan dengan iba.

"Saran gue nih ya kalo ada waktu lu hubungin aja mereka pasti khawatir sama lu karna gimanapun juga lu kan anaknya, nggak ada ceritanya orang tua lupa sama anak yang ada malah sebaliknya!" Zach menimang nimang perkataan Briyan memang ada benarnya.

Briyan sendiri tau di balik kemarahan Zach pasti ada sebuah kerinduan terhadap keluarganya yang enggan untuk ia ungkapkan.

"Dari pada bengong mending lu berangkat sekolah gih! sekarang udah jam setengah tujuh nanti lu terlambat ini semua biar gue yang beresin!" ujar Briyan penuh perngertian.

"Thank's ya bro!"

"Yoi bro."

Tepat Pukul 06.30 Zach yang sudah memakai seragam rapi keluar dari rumah itu dan berjalan menuju sekolahnya 'los angeles high school'.

***



Jangan lupa beri jejak setelah membaca😗

ImposibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang