"Mana? katanya udah di jalan, kok nggak nyampek nyampek?" tanya Cristina yang rupanya tidak sabar menanti kedatangan seseorang yang selama ini ia rindukan.
Corbyn yang berada di samping gadis itu menghela napas, jika saja ini bukan kekasihnya sudah bisa dipastikan akan menyumpal mulut yang sedari tadi tidak bisa diam itu "udah tujuh kali lo kamu bilang gini, sabar mungkin di jalan mereka lagi kejebak macet."
Tepat setelah Corbyn menyelesaikan ucapnnya sebuah taxi berhenti di depan mereka berdua, satu persatu persatu penumpang mulai turun dan itu membuat Cristina memekik kegirangan.
"Aaa Lisa welcome back! gue kangen banget tau sama elu!" Cristina mendekat dan detik berikutnya memeluk Lisa dengan erat, saking eratnya sampai tidak memberi ruang untuk bernapas.
Daniel menggeleng "terlalu exited." dan Cristina hanya meliriknya malas.
Entah ada angin apa Cristina melepas pelukannya secara tiba-tiba, lalu memukuli lengan temannya itu berkali-kali "jahad lu! pindah gak ngabarin sama sekali main tinggal seenaknya aja, mana nggak cerita lagi sama gue, kalo bukan Daniel yang ceritain semuanya gue gak bakal tau sama apa yang lu alami di sana, ih kesel kesel kesel gue sama lu!"
Pukulan dari Cristina sama sekali tidak membuat Lisa merasa kesakitan, malah gadis itu terkekeh sekarang melihat tingkah temannya, dari dulu selalu saja begini tidak pernah berubah.
"Kayak nggak tau Lisa aja, pasti dia nggak mau bikin kamu khawatir babe," celetuk Corbyn dengan yakin.
"Tapi ya nggak gini juga kali, gue pikiran sama elu pas Daniel ngasih kabar itu dan parahnya si kudanil ini susah banget dihubungin, di saat gue panik sama keadaan elu gue hanya bisa berdoa agar semuanya baik-baik aja dan Tuhan ngabulin doa gue dengan kembalinya lu kesini, sehat nggak kurang apapun. Lain kali jangan gini Lisa, ceritain semua jangan ada yang ditutupin itu malah yang bikin gue nggak suka, masalah sekecil apapun jangan lu pendem sendiri inilah gunanya temen susah seneng ditanggung bareng," tuturnya dengan tatapan yang mulai melembut menyiratkan ketulusan.
Lisa langsung berkaca-kaca lalu menarik Cristina dalam dekapannya, jujur saja ia sangat merindukan momen ini, cerewet iya suka ngambek iya tapi Lisa sangat menyayangi temannya yang satu ini "maaf Tina, emang nggak seharusnya aku ngelakuin itu, aku nyesel udah bikin kamu khawatir."
"Jangan diulangin lagi dan gue nggak akan maafin elu nanti!" Cristina dengan tatapan tajam yang justru membuat Lisa terkekeh kecil.
"Iya Tina bawel."
"Oiya soal kepergian temen lu David gue turut berduka cita ya Lisa, jangan salahin diri sendiri ini jalan dari Tuhan yang udah ngatur semuanya, ini juga buah dari kebaikan elu, jangan buat David kecewa liat elu yang terlarut dalam kesedihan, perjalanan masih panjang tatap terus ke depan kejar apa yang selama ini lu impikan, buat David bangga atas kesuksesan lu nanti, gue akan berusaha buat selalu ada disamping lu, kita lewati bareng-bareng dan kita pasti sukses bareng-bareng."
Untuk ketiga kalinya mereka berdua kembali berpelukan Lisa merasa sangat beruntung mempunyai teman seperti Cristina, bersyukur karena masih dikelilingi orang baik.
"Mau terus pantengin mereka berdua apa bantuin tante bawa ini semua?" suara itu berasal dari Linda yang tengah menenteng koper berukuran besar setelah sang sopir menurunkannya dari bagasi mobil.
Daniel dan Corbyn spontan menepuk jidat "astaga sampe lupa!" ujarnya bersamaan lalu membantu Linda membawa koper itu masuk ke dalam rumah.
Satu koper milik Daniel sengaja ia tinggal di halaman karena akan ia bawa sekalian ke rumahnya yang ada di seberang "tante Linda, Daniel pulang dulu ya mau naruh koper bentar, oiya Mama sama Anna katanya masih di mall, nanti kalo udah pulang pasti langsung ke sini," jelasnya sekaligus berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imposible
FanficHIATUS Berawal dari terbentuknya sebuah grup band dari SMA yang terkenal di LA 'Los Angeles High School', band ini berisikan lima cowok tampan. • Jonah : cueknya minta ampun! • Corbyn : bucin tapi setia! • Daniel : si polos yang kurang berpengalama...