31 [rapuh]

109 18 134
                                    

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
Kehilanganmu, adalah hal yang tak pernah terpikirkan olehku.

-Daniel-

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit mobil sedan yang ditumpangi Daniel dan David tiba di sebuah gedung bertingkat dengan warna dominan putih, bau khas obat-obatan tercium pekat oleh siapapun yang berada di sana.

"Pasien atas nama Eliza Alexandra?" tanya David saat di meja resepsionis.

Setelah mendapat jawaban dari seorang suster itu, David dan Daniel langsung melenggang pergi menuju ruang di mana Lisa dirawat, di tengah perjalanan langkah Daniel harus terhenti saat ada yang menahan tangannya.

"OMG! mimpi apa aku bisa bertemu denganmu?!" pekik seorang gadis mungil dengan kacamata tebal yang bertengger di hidungnya,  rambut panjangnya juga dibiarkan tergurai.

Daniel menampakkan senyum manisnya, saat ini ia tidak memakai masker tidak heran jika ada penggemar yang mengenalinya.

"Bolehkah aku foto denganmu? pliss satu kali saja," nadanya seperti memohon.

"Tentu saja boleh."

Gadis itu loncat kegirangan lalu memanggil seseorang yang kebetulan lewat dimintai tolong untuk memotret dirinya dengan Daniel.

Memang wajahnya tampak ceria, senyum lebar terus mengembang di bibirnya, namun tidak untuk hatinya yang dipenuhi rasa khawatir. Daniel selalu seperti itu jika dihadapan para penggemarnya.

"Awsss thank's, Niel! tidak salah jika aku sangat mengagumimu!" ujar gadis berkaca mata itu menatap layar ponsel tanpa melunturkan senyum bahagianya.

Daniel terkekeh melihat tingkahnya begitu menggemaskan, lalu ia sedikit menekuk lutut untuk menyejajarkan tingginya, tangannya terangkat untuk mengelus surai gadis itu "sama-sama cantik, tapi maaf aku tidak bisa lama-lama, aku sedang buru-buru."

Gadis itu mengangguk paham "it's okey kau tidak perlu minta maaf, oiya! siapapun yang akan kau jenguk semoga dia lekas sembuh ya."

"Semoga, aku juga berharap seperti itu." Mau tidak mau Daniel mulai menampakkan raut khawatirnya.

Setelah berpamitan Daniel mempercepat langkah menyusul David yang sudah jauh dari lorong itu.

"Tante Linda!" saat sampai di sana David langsung menghampiri wanita paruh baya yang sedang tertunduk lemas di depan ruangan yang tertutup rapat.

Merasa terpanggil Linda mendongak lalu menoleh ke sumber suara, seketika memasang tampang terkejut saat mendapati luka lebam di wajah David "muka kamu kenapa? habis berantem?"

Belum sempat David menjawab, Linda kembali dikejutkan oleh sosok yang berada di balik punggung cowok itu "Da,,, Daniel? kenapa kamu bisa ada di sini, Nak?"

David menghela napas "udah saatnya Daniel tau tentang semua ini, Tante."

"Tante tolong jelasin ini ada apa?! Lisa kenapa?" Daniel menatap ruang di balik kaca bening di mana terdapat seorang dokter dan beberapa suster sedang menangani seorang gadis yang masih terpejam, gadis itu adalah Lisa.

Linda melangkah lalu berdiri tepat di samping Daniel, meski berat ia harus menceritakannya.

"Dokter bilang Lisa mengidap penyakit kanker hati, awalnya tante nggak percaya gitu aja pasti dokter salah memeriksa, tapi setelah gejala-gejala itu terus dialami Lisa tante harus terima bahwa itulah memang kenyataannya, memang penyakit ini baru ketauan kalau sudah parah, sungguh tante nggak tega usianya baru delapan belas tahun tapi udah ngerasain penyakit seberat itu," suara Linda terdengar parau karena isakan, menatap putrinya dari balik kaca dengan haru.

ImposibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang