30 [yang sebenarnya]

120 22 100
                                        


"Aku rasa hubungan kita lebih baik sampai di sini aja, aku mau kita putus."

"Bwahaha." Tawa Daniel terdengar menggelegar.

"Kok ketawa?" Lisa mengerutkan dahinya, mengapa di saat yang seperti ini Daniel malah tertawa? apa justru dia merasa senang atas keputusannya?

"Lucu."

Lisa berdecih "aku nggak lagi bercanda!" tepat setelah mengatakan itu ia langsung melangkah pergi meninggalkan Daniel begitu saja.

Daniel jadi bingung sendiri, mengapa Lisa tiba-tiba menjadi seperti ini? segera ia bangkit lalu mengejar gadis itu "Lisa, tunggu!"

Cekalan tangan Daniel membuatnya menghentikan langkah, hanya menatap datar cowok bermanik safir itu tanpa mengucapkan sepatah kata.

Daniel sedikit menekuk lutut alhasil wajah keduanya kini sejajar "kamu kenapa?" tanya nya dengan lembut, Lisa hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kamu lagi bercanda kan?" terdengar kekehan kecil yang keluar dari bibir Daniel.

Lisa tersenyum miring "kamu pikir ini semua lelucon? kamu salah besar Niel, aku nggak pernah main-main sama ucapan aku," ujarnya sembari menepis tangan Daniel, dan kembali melangkah pergi.

Daniel kembali mengejar Lisa dan kini sudah berada tepat di hadapan gadis itu untuk menghalangi langkahnya "tolong jelasin sama aku ada apa sebenernya?" tatapannya seperti memohon.

"MULAI SEKARANG KITA PUTUS. Apa itu kurang jelas?" Lisa sedikit memberikan penekanan pada suaranya.

"Tap..."

"Udahlah Niel aku lagi buru-buru udah nggak ada waktu," ujar Lisa memotong ucapan Daniel sebelumnya, lalu sedikit mendorong tubuh cowok itu untuk memberinya jalan, mempercepat langkah bahkan sedikit berlari.

Di tengah-tengah mengejar langkah Daniel terhenti saat ponsel yang berada di saku jaket kembali berdering setelah sedari tadi ia hiraukan, segera ia merogoh untuk melihat siapa yang telah berkali-kali menelponnya.

Paul Garang is calling...

"Hall..."

"KAU KEMANA SAJA?! CEPAT KE MANSION SEKARANG!"

Daniel sedikit menjauhkan ponselnya karena suara nyaring dari seberang sana yang memekakkan telinga.

"Maaf Paul kali ini aku tidak bis..."

"Heyy anak muda, bukankah kau tadi sudah berjanji kalau ada telpon dariku kau akan segera kesini? baik aku tidak menerima penolakan, cepatlah yang lain sudah menunggu, hanya kau saja yang belum datang!"

Daniel menutup panggilan secara sepihak tanpa membalas ucapan pria pirang itu, saat ia mendongak Lisa sudah hilang dari pandangan ingin sekali ia mengejar gadis itu lagi namun ia harus segera ke mension seperti apa yang Paul perintahkan.

"Arrgghhh." Daniel mengacak rambutnya kasar sebelum meninggalkan taman itu.

***

Setelah memasukkan semua baju ke dalam koper, langkah Lisa tertuju pada sebuah bingkai yang bertengger manis di atas nakas, dimana terdapat sebuah foto dirinya dengan Daniel di pantai saat liburan ke Hawai tahun lalu, diraihnya foto itu sembari tersenyum kecut.

"Aku tau kamu nggak bakal terima, tapi ini udah takdir bahwa kita nggak akan selalu bersama," lirihnya terus mengusap foto itu dengan lembut, tak terasa cairan bening yang sedari tadi ia tahan kini turun begitu saja membasahi pipinya.

Tepukan halus membuat Lisa tersadar dan segera menghapus bekas air matanya, "udah siap, Sayang?" tanya Linda pada putrinya itu.

Meski berat Lisa akhirnya menganggukkan kepalanya, memasukkan foto itu ke dalam koper bersamaan dengan semua baju yang sudah terlipat rapi di sana.

ImposibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang