37 [tertangkap]

95 20 123
                                    

Tampak pria tersenyum licik sembari menutup panggilan telepon, lalu pandangannya beralih pada gadis yang terlelap dengan tangan dan kaki yang diikat tali.

Tangan pria itu terangkat, menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah gadis di hadapannya ini, gerakan perlahan turun mengusap pipi yang terdapat banyak goresan luka karena ulahnya sembari tertawa puas. Ini yang ia mau, melihat anak tirinya terluka oleh tangannya sendiri, George yang keji.

"Kita tunggu sampai kekasihmu datang, lihat nanti siapa yang akan lenyap, kau atau dia?!" George menampakkan senyum iblisnya.

Plakk

"Bangun!" dengan tidak berperasaan ia menampar pipi itu, lagi.

Kelopak mata bergerak, perlahan gadis itu membuka matanya tersadar ia kembali teriak histeris dan meronta-ronta "lepasin aku, Pa!"

Kalian pasti sudah bisa menebak bahwa itu Lena. Ya, gadis yang sudah disekap oleh ayah tirinya sendiri.

"Melepaskanmu? aku tidak se gila itu, putri kesayanganku." Pria tidak berperasaan itu menekankan suara di dua kata terakhir.

"Tolong Pa lepasin aku mohon!" Lena menjerit meskipun suaranya sudah serak, air mata terus turun membasahi pipi, ingin sekali meloloskan diri namun apa daya tubuhnya yang dililit tali.

"Ini tidak sebanding dengan apa yang telah kau lakukan pada Keyla, putriku satu-satunya yang sudah kau habisi! sebenci itukah kau dengannya sampai kau tega menghilangkan nyawanya? HAH?!" George dengan perlahan mendekat, tangannya mencengkeram dagu Lena dengan kasar sampai gadis itu meringis kesakitan.

"Udah aku bilang Papa salah paham! Papa dateng pas kami berebut pisau, itu nggak seperti apa yang Papa kira, aku mencoba untuk menahan Keyla yang mau bunuh diri, tuduhan Papa tentang aku yang menghabisi nyawa Keyla itu sama sekali nggak bener, harus berapa kali aku bilang tolong percaya sama aku, Pa." tubuh Lena bergetar karena isakan.
(Buat yang lupa adegan ini ada di part 17)

George tersenyum sinis "pandai sekali kau mengarang cerita."

"Lena nggak bohong!"

"Diam kau, pembunuh!"

"Lena bukan pembunuh!"

"Cih, kau sama saja seperti mama mu itu, suka sekali menantang."

Deg
Lena menegakkan badan, sudah bertahun tahun merindukan sosok Mamanya itu, semenjak kabur dari rumah ia tidak pernah melihat sosok Mamanya lagi, dimana beliau sekarang?

"Kemana Mama?! bawa aku ke Mama, akan aku ceritakan perlakuan Papa ke aku selama ini!" Lena kembali berteriak, dan mencoba untuk meloloskan diri dengan usahanya melepas tali.

Lagi-lagi George tertawa puas "Mama mu? sudah pasti dia menangis pilu menyaksikan ini di atas sana." tangannya menunjuk ke atap langit ruangan.

"Mama sudah meninggal?" tanya Lena menatap lekat pria di hadapannya itu, sangat membutuhkan jawaban.

"Ya, lebih tepatnya setelah aku habisi." sama sekali tidak ada penyesalan setelah mengatakan itu.

Lena menganga tidak percaya dan menggelengkan kepalanya berkali-kali berharap ia hanya salah dengar, namun kenyataannya tidak sama sekali "nggak! nggak mungkin! papa pasti bohong!"

Masih terkekeh George sedikit membungkukkan badan "sayangnya aku tidak suka berbohong hmmm."

Hati Lena hancur, satu-satunya keluarga yang ia miliki sudah pergi "Biadab! Lena nggak sudi punya ayah kayak Papa!"

Cuih
Entah mendapat keberanian dari mana Lena meludah, tepat di wajah ayah tirinya itu.

George memejamkan mata dengan rahang yang mengeras juga tangan terkepal, "berani-beraninya kau! anak tidak tau diri!" amarah yang menguasai sekarang tangan kekarnya menarik surai Lena dengan kasar lalu membenturkannya ke dinding sampai terdengar dentuman yang cukup keras.

ImposibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang