"Oh shit!" tangan Jonah menggeram, matanya membulat serta sudutnya yang berair menandakan bahwa sedang menahan amarah.
"Maaf, mama nggak becus jagain Lena," ujar Elly yang tertunduk lemas di atas brankar dengan bahu yang bergetar karena terisak.
Setelah mendapat kabar bahwa Lena dibawa pergi, Jonah dengan perasaan yang tidak enak langsung bergegas menuju rumah sakit bersama keempat sahabatnya setelah Elly memberitahu nama rumah sakitnya, kini wanita paruh baya itu bahkan sedang dirawat karena terdapat luka pada bagian dahi yang harus ditutup dengan perban.
"Gimana bisa lu yakin kalo itu bokapnya Lena?" tanya Jack dengan penasaran.
"Selama ini Lena jadi inceran pria brengsek itu! dia udah tau keberadaan Lena pasti dia mau balas dendam, gue gak bisa biarin ini!" rahang Jonah kembali mengeras bahkan urat pada pelipisnya timbul keluar.
"Balas dendam? emangnya Lena salah apa?" kini Daniel ikut bertanya, masih tidak mengerti atas ini semua.
"Kalo lu tanya cuman mau ngilangin rasa penasaran lu aja mending simpen pertanyaan lu itu baik-baik, bukan waktu yang tepat," sarkas Jonah membuat keempat sahabatnya itu melongo, baru pertama kali melihat Jonah yang seperti ini, sangat berbeda bukan Jonah yang mereka kenal.
"Santai, Bro! jangan kebawa emosi, kita selesein ini dengan kepala dingin pasti ada jalan keluarnya." Corbyn menepuk bahu Jonah untuk memberi pengertian, tersadar Jonah pun mulai mengontrol emosi terlihat dari raut wajahnya yang mencoba untuk tenang, karena amarah tidak akan menyelesaikan masalah.
Tidak lama pintu kamar terbuka menampakkan Thomas masih berpakaian rapi, namun raut lelah tercetak jelas di wajahnya yang sedikit ada kerutan. Mendekati brankar lalu menarik tubuh istrinya itu dalam pelukan, jujur merasa bersalah disaat semua sudah terjadi ia baru datang.
"Maaf, semua ini gak bakal terjadi kalo aku ada di samping kalian berdua waktu itu," Thomas memejamkan mata, tangannya terangkat untuk mengusap surai istri tercintanya itu.
"Lena Paa, Lena di bawa pergi," Elly masih terisak dalam pelukan suaminya itu.
Jonah memijat pangkal hidung lalu bangkit dari duduknya hendak melangkah keluar "sekarang bukan waktunya untuk saling menyalahkan diri sendiri, kita harus bertindak cepat sebelum Lena dilukai sama pria bajingan itu." ia kembali tersulut emosi, pikirannya tidak tenang.
"Mama ikut!"
Jonah menghentikan langkah lalu berbalik mendekati brankar, digenggamnya tangan Mamanya itu "nggak, Mama harus di sini sampek sembuh, titik."
"Tante nggak perlu khawatir kita berempat akan selalu ada di samping Jonah setiap dia melangkah, Tante berdoa aja supaya semua baik-baik aja, dan Lena bisa kembali ke kita tanpa ada yang terluka," ujar Jack meyakinkan.
"Liat, Jack dewasa sebelum waktunya," bisik Zach pada Daniel yang berada di sampingnya setelah mendengar penuturan dari Jack.
"Besok gue mau nikah ahh, biar mendadak bijak kek Jack," balas Daniel juga ikut berbisik.
Melihat itu Corbyn melirik mereka berdua seperti memberi peringatan "bukan saatnya untuk bercanda ya kawan-kawan ku sayang," ujarnya tanpa ada ekspresi.
"Papa nggak ikut turun tangan, Papa percayakan semua sama kamu, jaga dirimu baik-baik jagoan," Thomas menepuk nepuk pundak Jonah saat cowok itu berpamitan.
"Hati-hati sayang, pria itu berbahaya."
Jonah mengulas senyum tipis walau sekejap "Mama sama Papa gak perlu khawatir."
***
Tidak mempedulikan hujan yang turun begitu derasnya, Jonah menatap lekat ke arah jalanan yang lenggang itu sembari menginjak pedal gas membuat mobil bertambah kecepatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imposible
FanficHIATUS Berawal dari terbentuknya sebuah grup band dari SMA yang terkenal di LA 'Los Angeles High School', band ini berisikan lima cowok tampan. • Jonah : cueknya minta ampun! • Corbyn : bucin tapi setia! • Daniel : si polos yang kurang berpengalama...