[NOVEL SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU BUKAN TOKO BANGUNAN]
kuliah kerja ngebaper, istilah yang digunakan untuk kegiatan kuliah tapi malah ngajak perasaan.
Baca cerita ini jangan di skip, sampe ke foto-fotonya jangan. Ntar pusing sendiri
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—ada kalanya aku berperan sebagai pahlawan untuk orang lain dan menjadi penjahat untukmu.- Doyoung Harsya Attaqi.
"..., kalian paham?"
"Paham!"
"Oke, sekarang kerjakan soal yang ada di buku latihan" jelas Doyoung sembari meletakkan kembali buku tebal berisi soal-soal latihan USBN ke atas meja guru. Dia baru saja menjelaskan bab Catatan Kaki dan Daftar Pustaka pada murid kelas enam yang sedang mengikuti kelas tambahan.
Salah seorang murid bernama Ecan mengangkat tangan, membuat Doyoung membusungkan dagu ke arah anak itu. "Kenapa, Can?"
"Ari teu boga buku, ngerjakeun di mana pak? (Kalau gak punya buku, ngerjain di mana pak?)"
Mahasiswa bahasa indonesia itu menggingit pipi dalamnya sembari berpikir. Dia baru ingat, tak semua anak murid di sini memiliki buku, bahkan hampir semua anak kelas ini tidak memiliki buku Bank USBN yang setebal gaban.
Walaupun lingkungan mereka masih rada ke kota, tapi tetap daerah mereka jauh dari kota. Mau ke Kota Karawang saja hampir dua jam, sedangkan buku bank USBN seperti ini lebih mudah ditemukan di kota. Memotokopi pun seakan percuma, bukunya tebal sekali, sama saja menghabiskan uang, lagipula itu perbuatan ilegal.
Doyoung putar otak agar semua anak muridnya bisa belajar menggunakan buku.
Jarinya menjentik selaras dengan otak encernya yang berhasil menemukan satu solusi, yang bisa digunakan saat urgent seperti ini. "Disini yang punya buku berapa orang?"
7 dari 25 siswa mengacungkan tangan.
"Yang gak punya buku berkelompok dulu sama teman yang sudah punya ya. Satu kelompok ada yang 3 orang ada yang 4 orang. Kalian kerjain sama-sama, ini bakal dihitung nilai kelompok dan individu. Jadi walaupun mengerjakan bersama-sama, tapi kalau ditanya nanti kalian harus paham, paham?"
"Paham, pak!" jawab mereka serempak.
"Ok, bapak izin keluar dulu"
"Oke pak!"
Seketika ruang kelas enam ricuh dengan suara hilir-mudik anak-anak yang mencari teman sekelompok.
Doyoung pun berlalu, tak menghiraukan kegaduhan kelasnya. Biarkan saja berisik, namanya juga belajar, lagipula sekolah juga sudah sepi, hanya ada anak kelas enam yang mendapat pelajaran tambahan bahasa indonesia untuk menghadapi USBN sebulan lagi.
Lelaki tampan itu berlalu ke ruang kelas empat, yang biasa dijadikan markas teman-temannya jika menunggu anggota lain yang pulang telat. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu kelas empat, matanya langsung menangkap seorang gadis cantik tengah sibuk berbicara di telepon genggamnya, duduk sendirian di dalam kelas.