4.6.1 Kenapa dengan Kita?

74.6K 9.9K 2.9K
                                        

—Cinta mungkin buta, tapi tidak bisu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta mungkin buta, tapi tidak bisu. Dia butuh timbal balik dari yang satu. Sama seperti saat aku berbicara tentang kamu.- Adam Yuta Shadiqa.


Pagi itu langkah terasa sangat ringan, dibantu oleh semilir angin yang berhilir kesana kemari. Suara tak terdengar sama sekali dari keempat jelmaan di sana. Semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Johnny dan Ten sibuk berkonsentrasi untuk push rank sembari sesekali melirik ke arah jalan, supaya tidak tersandung. Malu dong kalau udah ganteng malah jatuh. Kadang terdengar kata-kata cacian mereka yang saling menimpal, dengan diselingi umpatan berbisik.

Berbanding terbalik dengan kedua orang yang sudah tertinggal beberapa langkah di belakang mereka, yakni Yuta dan Sana.

Kedua insan beda gender itu memilih untuk diam dan menikmati angin yang berhembus menabrak mereka. Sampai akhirnya Sana menahan langkah Yuta dengan tangan kanannya yang terbentang di depan perut lelaki Shadiqa itu.

Yuta menoleh, memperhatikan Sana dengan penuh tanda tanya. Tapi gadis itu malah menempelkan telunjuknya di depan bibir, dan memperhatikan langkah Johnny dan Ten yang semakin jauh.

Sana pun menarik Yuta ke arah warung yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Baru saja dibuka oleh pemiliknya.

Yuta yang ditarik hanya mengikuti, hingga dirinya di dudukkan di bale yang ada di teras warung tersebut.

"Numpang duduk ya bu"

"Sok neng" balas sang pemilik warung yang sedang menautkan tali gantungan kerupuk ke paku yang ada di depan pintu rumahnya.

Lelaki itu geleng kepala, tak lupa menarik miring sudut bibir kanannya.

"Udah mau telat loh" kata Yuta menyandarkan kedua tangan ke belakang, menahan bobot badannya.

"Gak apa-apa sekali-kali boleh kan?" gadis jepang itu melebarkan senyuman ke arah Yuta, walaupun matanya sibuk mengamati jajanan yang sedang dibereskan pemiliknya.

Lelaki itu hanya mampu memperhatikan Sana yang kadang kelakuannya susah diprediksi. Bisa tiba-tiba menggemaskan, tiba-tiba menyebalkan. Tapi lebih banyak menggemaskannya kok menurut Yuta.

"Bu, ada permen yupi gak?" tanya Sana mendekati deretan toples permen yang dipajang di atas etalase.

"Ada nih neng,"

Sang penjual menyodorkan toples bekas sosis yang berisi yupi ke arah Sana.

"Berapaan?"

"Gope dua neng"

Sana merauk isi toples bekas sosis yang masih penuh, lalu menghitungnya. "Ini bu" ujarnya sembari menyodorkan selembar sepuluh ribu, "pas ya?"

"Sip neng," jawab sang ibu sembari menyodorkan plastik bening untuk menempatkan permen-permen yupi yang kini menjadi milik Sana, "ini plastiknya"

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang