5.8.2 Rasional

68.8K 9K 5.2K
                                    

Baca pas gak puasa ajalah

—menghadapi masalah itu pake otak bukan otot, sama kaya menghadapi orang tolol yang suka mendahului otot, harus pake otak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

menghadapi masalah itu pake otak bukan otot, sama kaya menghadapi orang tolol yang suka mendahului otot, harus pake otak.- Bilqis Nata Shadiqa.

Nata menghentikan langkahnya tepat di depan ember kodok Sana yang masih berdiri di tengah jalan. Ntah kodoknya pada kemana, mungkin sudah menghirup udara bebas setelah terjerat dalam ember Sana.

Matanya beralih pada lelaki yang mengikutinya. Saat menyadari tangan mereka terkait erat satu sama lain, buru-buru Nata melepasnya sembari berpaling, tak ingin melihat wajah khawatir itu lagi.

"Kamu gak apa-apa, Nat?" tanya Doyoung dengan nada cemas. Tentu, pipi Nata sampai memar keunguan begitu, mirip ubi cilembu. Pasti sakit sekali.

Cepat-cepat Nata melepas ikatan rambut bun-nya untuk menutupi bekas tonjokan si blegug Shadiqa itu agar tak menjadi pusat perhatian.

"Ah gak apa-apa kok" balasnya dengan senyum paksa.

Ini bukan pertama kalinya Nata kena tonjok Yuta. Dulu pas SMA, Yuta pernah bertengkar dengan teman sekelas, Nata yang coba melerai malah kena tonjok di hidung sampai mimisan. Akhirnya, waktu pulang sekolah Yuta yang kena tonjok Bu Yuna. Ingatkan kalau Bu Yuna mantan atlet pencak silat?

Bagi Nata, Yuta itu manusia tolol yang cuma mengutamakan otot tapi tidak bertindak pakai otak. Makanya otaknya menciut kaya kutil karena jarang dipakai.

Doyoung terpaku menatap wajah cantik di hadapannya, merambat mengelus pipi memar itu penuh kehati-hatian. "Aku minta maaf," katanya tulus. "Gara-gara aku semua jadi begini" lanjutnya penuh penyesalan.

Agaknya Nata juga merasa tak enak, Yuta yang salah Doyoung yang minta maaf. Memang, Doyoung juga menyumbang kesalahan dalam permasalahan ini, tapi bukan berarti Yuta bisa mengintimidasi Doyoung seenaknya.

Beruntung dia yang kena. Coba kalau Doyoung? Mungkin Nata bisa membenci Yuta seumur hidup.

Mau bagaimana pun Nata tak bisa melihat Doyoung tersakiti, walau hatinya masih belum sembuh dari rasa kecewa.

"Maafan mulu kaya lebaran" balas Nata diiringi tawa paksa.

Doyoung terdiam, matanya menatap lekat pada gadis itu, menuntut kejujuran rasa yang selalu Nata tutupi dengan senda gurau dan tawa. Doyoung sudah tak mampu melihat kepura-puraan Nata, walau dia sadar, dia sendiri yang membuat Natanya jadi seperti ini.

"Nangis aja Nat. Kalau kamu mau marah, marah aja. Pukul aku, asal jangan bebanin diri kamu sendiri" lanjutnya membuat tawa Nata langsung sirna.

Gadis itu melepas tangan Doyoung yang ada di pipinya, lalu memberi senyuman manis, tulus. Dan ini senyum indah pertama yang Doyoung dapatkan setelah hubungan mereka berakhir.

"Gak ada yang perlu aku tangisi, apalagi aku benci. Semua udah begini jalannya, aku cuma harus nerima," jawabnya dengan setitik embun di mata, dan itu sangat sulit untuk Doyoung terima. "Mungkin cuma waktunya aja yang salah," lanjutnya.

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang