[NOVEL SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU BUKAN TOKO BANGUNAN]
kuliah kerja ngebaper, istilah yang digunakan untuk kegiatan kuliah tapi malah ngajak perasaan.
Baca cerita ini jangan di skip, sampe ke foto-fotonya jangan. Ntar pusing sendiri
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—tawamu adalah duniaku. Dan bersamamu adalah semestaku.- Doyoung Harsya Attaqi.
"Nata mana?"
"Tuh masih kebo"
Yuta mendecih pelan setelah mendengar jawaban Yerin yang berdiri di depan pintu kamar putri sembari memakai jam tangan. Lelaki itu pun masuk tanpa izin dan menghampiri satu-satunya gadis yang masih meringkuk di kasur palembang.
"Nat, bangun!" serunya menggoyang tubuh saudaranya.
Dia kesal lantaran semua orang sudah siap untuk berangkat, tetapi Nata masih setia nemplok di kasur. Padahal sudah disepakati sesuai jadwal kemarin, hari ini mereka akan membantu para ibu kader PKK untuk kegiatan Posyandu.
"Nata!" serunya lagi, tapi tak dapat gubrisan.
"Woy kebo!" serunya lagi menarik paksa tangan gadis itu yang bersarang di kepalanya.
Seketika pula gadis itu meringis, membuka mata gusar karena terganggu dengan keberadaan Yuta. Terpaksa dia pun bangun lalu duduk di hadapan saudaranya.
"Bangun kebo!" sentak Yuta tak santai, "kita udah pada rapih lu masih enak-enakan tidur" lanjutnya mengomel seperti ibu-ibu.
"Pusing" gumam Nata tak jelas, dirinya masih ngawang ntah dimana, tangannya juga terus mengelus kepala belakangnya yang masih terasa nyeri akibat mencium lantai tadi malam.
Yuta mengernyit, bingung dengan gelagat aneh saudaranya, "kenapa?" tanyanya khawatir. Pelan-pelan tangan Yuta menjalar ke belakang kepala Nata, memastikan apa yang terjadi pada saudaranya. Dia ikut mengelus kepala belakang Nata yang sedikit ada benjolan.
"Ini kenapa?" ulangnya masih terus mengelus dengan lembut, sesekali meraba area yang benjol.
Yuta masih belum mendapat jawaban yang memuaskan dari Nata, akhirnya bertanya lagi, tapi dengan nada yang sedikit lembut. "Iya kenapa?"
"Kepentok ubin!" jawab Nata, sorot matanya langsung menatap nyalang pada lelaki yang tak sengaja dia lihat sedang berjalan di depan kamar. Lelaki yang membuatnya bisa benjol begini, iya Doyoung.
Doyoung hanya menoleh sekilas ke arah kamar, menatap dua manusia Shadiqa itu tanpa minat. Dan berlalu begitu saja keluar rumah, seakan tak peduli dengan ucapan Nata yang penuh kebencian. Mungkin dia lupa apa yang tadi malam dia lakukan, atau mungkin saja dia tidak peduli sama sekali sudah membuat wanita itu kenjengkang hingga benjol.
Tak tahu lah, hanya Doyoung, Tuhan, dan Muka datarnya yang tahu bagaimana perasaan lelaki itu saat ini.
"Kok bisa?!" seru Yuta kaget.
"Ya bisa!" balas Nata tersulut emosi. "Buktinya gue!"
"Ya kok bisa sampe kepentok ubin? Ngapain emang?!"