[NOVEL SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU BUKAN TOKO BANGUNAN]
kuliah kerja ngebaper, istilah yang digunakan untuk kegiatan kuliah tapi malah ngajak perasaan.
Baca cerita ini jangan di skip, sampe ke foto-fotonya jangan. Ntar pusing sendiri
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—aku pernah jatuh cinta, dan itu menyakitkan.- Bilqis Nata Shadiqa.
Pagi-pagi Nata sudah berjongkok di pelataran rumah untuk memberi makan kucing kampung yang sedang menyinggahi kontrakan mereka. Tangannya terus bergerak mengelus tubuh panjang kucing jantan berwarna kuning emas itu.
"Ngapain?" seru Doyoung dengan pakaian rapihnya siap pergi ngajar.
Nata menoleh sebentar sebelum kembali menatap kucing yang tengah memakan bekasan nasi uduknya.
"Bikin kue cucur" jawabnya asal sambil mengusak-usak kepala si kucing yang masih setia memakan nasi uduk Nata walaupun itu bukan makanan pokoknya, mungkin dia terlalu lapar sampai semuanya dimakan, sambalnya juga dimakan.
"Ditanya yang bener!" Doyoung menempeleng kepala Nata kesal, membuat gadis itu menggerutu sebal.
"Ya abis udah tau lagi ngasih makan kucing segala nanya" sungutnya, "iya gak cing?" tanyanya pada kucing.
Kucing itu terlihat masa bodoh dan asyik lanjut makan sampai nasi uduknya sisa sedikit.
"Heh diajak ngomong juga. Gak sopan banget" Nata malah menoyor kepala kucing kampung itu. Membuat Doyoung tertawa gemas.
Memang ajaib kelakuan sekertaris yang satu ini, sampai geleng kepala Doyoung melihatnya, "gini nih jadinya kalau waktu kecil dikasih asu bukan asi" sekali lagi Doyoung menempeleng kepala gadis berambut panjang itu.
Tubuh Nata agak terhuyung karena tempelengan Doyoung, membuatnya mendumal tak jelas.
Semenjak kejadian waktu itu mereka semakin dekat, sudah tak canggung lagi mengajak bicara atau bahkan berbagi tawa. Mereka juga semakin apet, dimana ada Doyoung disitu ada Nata, begitu juga sebaliknya. Sebagian anggota lain juga seperti merasakan adanya chemistry yang dibangun antara ketua dan sekertaris perempuan mereka. Hanya saja, baik Doyoung maupun Nata bungkam, tak pernah sedikit pun menyinggung soal perasaan dalam setiap kedekatan mereka.
Mereka hanya beralasan bahwa kedekatan mereka ya hanya sebatas ketua dan sekertaris kelompok KKN yang sering bertukar pikiran mengenai program kerja ataupun proposal kelompok. Doyoung juga masih sering memperlakukan Nata dengan datar di depan yang lain, begitu juga dengan Nata yang sering nyiyir soal kedataran muka Doyoung. Tapi dibalik itu semua, mereka sering mencuri-curi waktu untuk berduaan, saling melirik disetiap kesempatan, dan sering sembunyi-sembunyi main tarik-tarikan tangan saat diskusi berlangsung.
Hubungan mereka benar-benar random, seperti tak punya kejelasan sama sekali. Dan mereka sendiri memang belum memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, walaupun dihati masing-masing seakan bertanya sebenarnya mereka itu apa? Dan mau dibawa kemana hubungan mereka?
Tapi itu semua tertutup dengan keegoisan masing-masing, merapatkan hati mereka agar tak ada celah pun yang bisa diintip satu sama lain, biar mereka sendiri saja yang tahu bagaimana perasaan mereka masing-masing. Karena mereka cukup menikmati waktu-waktu dimana mereka harus mencuri kesempatan dalam kesempitan.