[NOVEL SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU BUKAN TOKO BANGUNAN]
kuliah kerja ngebaper, istilah yang digunakan untuk kegiatan kuliah tapi malah ngajak perasaan.
Baca cerita ini jangan di skip, sampe ke foto-fotonya jangan. Ntar pusing sendiri
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—terkadang kamu merasa hidupmu tak berguna, tapi mungkin saja hidupmu sangat diperlukan untuk orang lain.- Adam Yuta Shadiqa.
Menjelang sore kala itu, Yuta keluar kamar dan menadapati teman-temannya sudah berkumpul di ruang tengah, minus Johnny, Ten, dan Sana yang katanya lagi di jalan pulang.
Setelah mendapat chat dari Taeyong di grup—dengan Sejeong sebagai penerjemahnya—, semua langsung bergegas pulang dan beruntung mereka tak mendapati Sungjae masih di posko. Mungkin kalau masih ada, Yerin bakal ngelempar pupuk kandang ke muka Sungjae lalu mengumpat dengan bahasa sunda yang bikin teman-temannya korek kuping, atau Ten yang benar-benar bakal menyumpal mulut Sungjae pakai kaos kaki Yuta.
Kini mereka duduk melingkar di ruang tengah, siap menerima penjelasan Yuta perihal keadaan salah satu anggota mereka.
Joy masih sesunggukkan di dada Yerin walau tangisannya sudah reda. Kun sendiri duduk di sebelah Joy, bersandar pada tembok sembari meredakan lebamnya dengan es batu yang dibeli Jaehyun di warung dekat posko.
"Sorry, kamarnya dipake Nata dulu, gak apa-apa?"
Mereka tak mengerti dengan jalan pikir Yuta, dalam keadaan seperti ini dia malah mempertanyakan hal tidak penting. Jangankan kamar, kalau Nata mau mereka tidur di luar rumah sekalipun mereka sanggupi, asal gadis itu membaik.
"Jadi gimana Nata?" tanya Doyoung yang sudah didului oleh Taeyong, membuat Doyoung melipat bibir, mengurungkan niat untuk bertanya.
Baru saja Yuta akan buka suara. Tiba-tiba sebuah teriakan menggelegar terdengar dari arah pintu, membuat mereka menoleh.
"ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH" teriak Ten kaya anak TK pas mau pulang ngaji, salamnya paling kencang.
"Cot, bacot" tukas Yerin kesal.
"Salam tuh dijawab"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Yerin akhirnya.
Ten pun cengengesan sembari melepas sepatu sebelum masuk rumah. "Lah rame amat ini, ada yang hajatan?" tanya Ten menatap bingung teman-temannya yang duduk melingkar di lantai. Dia ini memang tidak bisa baca situasi, padahal semua sudah tegang, dia masih bisa bercanda.
"Eh, Joy kenapa?!" serunya kaget saat melihat wajah sembab gadis cantik itu.
"Loba cetom maneh teh, duduk sini," omel Yerin menarik Ten untuk duduk di sebelahnya.
Johnny dan Sana pun ikut duduk.
"Ya ampun baba kenapa?!" kini Sana yang histeris, melihat wajah Kun yang tadi pagi masih mulus seperti oppa-oppa korea kini lebam-lebam.
Kun hanya tersenyum lalu menggeleng pelan.
Si gadis jepang itu cemberut sedih, iba melihat wajah lelaki yang sudah dia anggap ayah itu. Tanpa ragu dia berjalan melewati teman-temannya agar bisa duduk di sebelah Kun.