Kesal, cemburu, marah, dan sejenisnya. Itu yang Ayra rasakan tadi saat ia tau kebenaran tentang alasan mengapa Angga menyuruhnya untuk duduk di belakang. Ayra malas untuk mengingat kejadian tadi siang, tapi kejadian itu malah terus berputar diingatannya.
"Ra, lo kenapa? Cemberut kek gitu? Masih gegara gue yang besok berangkat ke Belanda?" Tanya Ayroz.
"Bukan." Jawab Ayra dengan nada yang tidak bersahabat sedikitpun.
"Terus kenapa?" Tanya Ayroz.
"Bukan apa-apa." Jawab Ayra.
Sebenarnya Ayra kesal karena Angga. Tadi saat pulang sekolah, ia sukses dibuat cemburu oleh Angga. Padahal tadinyakan Ayra yang berniat membuat Angga cemburu dengan adik kelasnya yang bernama Devan itu.
Perlu diketahui sebenarnya Devan itu masih saudaraan dengan Ayra. Walaupun Ayra baru tau saat liburan kemarin sih. Jadi waktu liburan kemarin, Devan dan mamanya datang ke rumah Ayra. Ternyata Devan itu anak dari adik papanya Evan. Dan Ayra baru tau beberapa waktu yang lalu, soalnya baik Evan maupun Calvin nggak ada yang cerita pada Ayra. Begitu tau, mereka lumayan deket sih. Dan tadi siang kebetulan banget moment yang pas buat manasin Angga.
"Cerita dong Ra. Kali ini aja, besok udah nggak bisa cerita gini lagi loh." Ucap Ayroz. Benar juga sih, besok Ayroz sudah berangkat ke Belanda. Hmm, walaupun Ayra malas menceritakan kejadian tadi tapi yang dibilang Ayroz benar. Ayra lalu menceritakan kejadian saat ia pulang sekolah tadi.
Flashback on
Angga lalu membukakan pintu belakang untuk Ayra. Saat Ayra masuk, hatinya seperti tersambar ketika melihat seorang perempuan yang tengah duduk di kursi depan di samping Angga. Entah mengapa, hati Ayra merasa teriris saat tau siapa perempuan itu.
"Hai." Sapa perempuan itu saat menyadari keberadaan Ayra. Ayra hanya terdiam sampai Angga masuk ke dalam mobilnya.
"Ra, kamu nggak papa kan di belakang? Atau mau tukeran sama-"
"Nggak usah." Jawab Ayra menyela ucapan Angga. Ia mencoba tersenyum meskipun itu palsu. Senyum itu hanyalah sebagai kamuflase agar ia tidak terlihat sedih. Bagaimana tidak, Ayra melihat kekasihnya yang bersanding dengan perempuan yang pernah menyukai Angga tepat di depan matanya.
Tania, perempuan itu adalah orang yang saat ini duduk disamping Angga. Ayra juga tidak mengetahui bagaimana Angga yang dulu sangat anti untuk dekat dengan Tania sekarang terlihat biasa saja. Mungkin ini yang dinamakan rasa cemburu.
"Oh iya Ga, nanti anterin aku ke toko buku bisa nggak? Ada keperluan nih." Tanya Tania.
"Emm, kita anterin Tania dulu nggak papa kan Ra?" Tanya Angga.
"Eh, iya. Terserah kamu aja." Jawab Ayra. Denga terpaksa ia menjawab iya. Padahal kata itu membuat hatinya menjadi hancur.
Ayra tidak habis pikir bagaimana Angga bisa sedekat itu dengan Tania. Ingatkan bagaimana sikap Angga dulu, ia sangat tidak memperdulikan Tania. Bahkan Angga enggan untuk melirik Tania sedikitpun.
Tapi lihat sekarang. Mereka sangatlah dekat. Angga yang terkenal sangat cuek saja bahkan bisa berbicara normal dengan Tania. Sebegitu cepatkah Angga berubah? Apakah hatinya juga ikut berubah? Melihat Angga yang sedang bercanda dengan Tania, Ayra menjadi ragu dengan perasaan Angga kepadanya sekarang.
"Oh iya Ra, aku ada oleh-oleh loh buat kamu. Kemarin aku sama Angga habis dari Kanada." Ucap Tania tiba-tiba. Ia seperti mengambil sesuatu yang tak lama kemudian ia memberikan sebuah paper bag kepada Ayra.
Ayra memaksakan senyumnya. Ia lalu mengambil paper bag yang diberikan Tania.
"Makasih ya Kak." Ucap Ayra.
"Sama-sama." Ucap Tania.
Ini sebenarnya siapa yang berubah sih? Angga atau Tania? Atau malah dirinya sendiri?
Untuk apa Tania memberinya oleh-oleh segala. Padahal dulunya Tania sangat membenci Ayra. Bahkan ia pernah membully Ayra gara-gara cemburu dengan kedekatan Ayra dengan Angga.
Tak lama mereka sampai di toko buku. Mereka masuk bersama dan langsung mencari buku itu diantara jajaran rak yang menyediakan banyak buku. Tania berjalan terlebih dulu mencari buku yang ia cari.
Merasa bosan hanya mengikuti Tania, Ayra memutuskan untuk mencari buku juga. Ia mencari sebuah novel yang menjadi incarannya selama ini. Ia mulai memisahkan diri dari Tania ditemani Angga.
Ayra berjalan sambil mencari novel itu. Pandangannya langsung tertuju pada sebuah buku. Saat Ayra ingin mengambilnya, Angga lebih dulu mengambil buku itu. Ayra tersenyum, namun senyuman itu lama kelamaan berubah menjadi senyuman pahit.
Angga bukan memberikan buku itu pada Ayra melainkan memberikannya pada Tania. Katanya, novel itu adalah novel yang dicari Tania juga.
Darisini Ayra mulai mempertanyakan perasaan Angga padanya. Apakah Angga masih mencintainya? Atau justru ia berpaling pada Tania?
Flashback off
"Bang, emangnya salah ya kalo gue cemburu?" Tanya Ayra pada Ayroz. Ia menoleh ke arah abangnya yang tak kunjung menjawab. Ayra memukul bahu Ayroz karena ternyata abangnya yang satu itu malah tertidur.
"Aduh sakit tau. Kasar banget sih lo."
"Sukurin, lagian ditanyain malah pura-pura tidur." Ucap Ayra.
"Ngambek nih ceritanya?"
"Tau, males gue ngomong sama lo." Ucap Ayra.
"Ini ada apaan sih. Kok kayaknya ribut-ribut gitu?" Tanya Dara, mamanya Ayra yang baru saja datang.
"Ini nih ma, masa adek mukulin abang. Ini namanya kekerasan tau ma, harus di laporin nih si Ayra." Ucap Ayroz yang membuat Ayra melotot ke arahnya.
"Apaan sih, orang Bang Ayroz kok yang nyebelin." Ucap Ayra.
"Udah udah, malah salah-salahan lagi." Ucap Dara melerai mereka berdua. Kalau ada papa dan mamanya, Ayra dan Ayroz memang menjadi seperti bocah. Apalagi kalau berantem, nggak mungkin ada yang mau ngalah.
"Oh iya, abang udah siap-siap? Besok berangkat loh." Tanya Dara pada Ayroz.
"Udah kok ma."
"Ayra yang nggak siap. Masa Ayra tinggal sendirian sih?" Ucap Ayra.
"Itu mah gampang, nanti mama nyuruh anak temennya mama buat nemenin kamu. Katanya sih nanti malem dia sampai." Ucap Dara.
"Malem-malem?" Tanya Ayra.
"Iya. Dia baru pulang dari USA. Kamu tau Tante Gissel yang tinggal di depan kan? Yang nemenin kamu nanti keponakannya. Jadi nanti dia ke rumah Tante Gissel dulu." Ucap Dara. Sebelumnya, Ayra belum mengetahui siapa keponakan Tante Gissel itu. Setaunya, tetangganya itu belum lama pindah jadi Ayra nggak tau banyak soal keluarganya apalagi keponakannya.
"Ya udah deh." Ucap Ayra.
"Katanya sih bule loh Ra, dia blasteran gitu." Bisik Dara tepat di telinga putrinya itu.
Masa bodohlah dia siapa, yang penting dia bisa jadi sahabat Ayra sama kayak Vania, Irene, dan Dinda. Em, ya tentu saja Dinda sahabat Ayra.
[MyIcePrince2]
Hello, gimana nih? Comment ya
Jangan lupa buat vote juga....
See you next part😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Fiksi RemajaSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...