Sinar matahari mulai masuk ke celah-celah kamar seorang pemuda yang saat ini sangatlah berantakan. Silau yang tepat mengenai matanya membuatnya terbagun dari alam bawah sadarnya.
Cowok itu lalu merubah posisi tidurnya menjadi terduduk. Ia memijat kepalanya sebemtar yang terasa sakit. Ia memperhatikan sekelilingnya, tempat ini adalah kamarnya. Tapi sejak kapan dirinya berada di kamar? Bukankah yang ia ingat sebelumnya ia tengah berada di sebuah club malam?
Tok...tok...tok..
Seseorang mengetuk pintu kamar Angga. Tampaknya pintu kamarnya tak dikunci hingga dengan mudah pintu itu terbuka. Winda masuk ke dalam kamar putranya sambil membawa sarapan untuk Angga.
"Vin, kamu sakit? Kok tadi mama panggil daritadi kok nggak turun sih?" Tanya Winda.
"Enggak kok ma, kepala Mavin cuma rada pusing aja." Mendengar itu, Winda langsung mendekati putranya dan menempelkan tangannya di dahi Angga. Winda kaget dan langsung menjauhkan tangannya dari Angga.
Bukan suhu badan Angga yang membuat Winda kaget melainkan aroma semerbak alkohol yang sangat menyengat. Angga lupa jika ia belum mandi dan mengganti bajunya, dari ekspresi mamanya Angga yakin jika mamanya itu curiga.
"Vin, kamu kok bau alkohol sih?" Tanya Winda. Bagaimana ini? Angga tak mungkin jujur kalau semalam ia pergi ke club malam, bisa-bisa ia disidang pagi ini. Tapi bagaimana cara menghindar dari pertanyaan Winda?
"Mavin, jangan bilang kalau kamu-"
"Enggak kok ma, tadi malam Mavin ke rumahnya Chandra. Chandra ngajak Mavin ke kafe deket rumahnya dan dia minum alkohol, tapi mama tenang aja. Mavin nggak minum kok." Ucap Angga beralibi. Semoga saja Winda percaya dengan omongannya.
"Tapi kenapa kamu bisa bau alkohol kayak gini?"
"Mungkin karena kemrin Mavin ketumpahan ma, Chandra mabok dan nggak sengaja numpahin alkohol dan kena baju Mavin."
"Beneran kan kamu nggak bohong?" Tanya Winda yang belum sepenuhnya yakin. Sebenarnya Winda juga percaya kalau putra tunggalnya itu tak mungkin seperti yang ia bayangkan.
"Iya ma."
"Ya udah, kamu mandi dulu sana!" Perintah Winda.
"Hm." Angga lalu bangkit dan langsung menuju kamar mandi. Sementara itu, Winda keluar dari kamar Angga. Huft, untung saja Winda percaya dengan alasan Angga.
❄❄❄
Selesai bersiap untuk berangkat sekolah, Ayra segera turun menuju meja makan. Hari ini sepertinya ia harus berangkat sendiri. Ia muak jika harus melihat Angga dan Tania setiap pagi. Maka dari itu, Ayra bersiap lebih pagi hari ini.
Begitu sampai di ruang makan, Ayra terkejut melihat seorang cowok yang duduk membelakanginya. Dari posturnya jelas sekali itu bukan papanya. Tidak mungkin juga kalau itu Ayroz. Atau mungkin Evan? Tapi untuk apa Evan sepagi ini ada di rumah Ayra? Numpang sarapan gitu?
"Ayra sini!" Seru Dara, mamanya Ayra yang melihat kehadiran putrinya.
Ayra lalu melangkah menuju meja makan. Pandangan gadis itu menangkap seorang cowok yang tak asing menurutnya. Wajah cowok itu sangat jelas menunjukkan jika ia bukanlah orang Indonesia. Tapi ngapain cowok itu ada disini? Tunggu, seragam sekolah yang sama? Perlahan Ayra mulai mengingat sesuatu. Bukankah dia cowok songong yang kemarin? Kenapa bisa ada disini?
"Duduk Ra, jangan ngeliatin Aiden mulu." Ucap Arez, papanya Ayra.
"Eh, enggak kok pa." Ucap Ayra yang lalu duduk berhadapan dengan cowok yang tadi disebut dengan nama Aiden itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/195484300-288-k628542.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Teen FictionSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...