Pagi ini cuaca agak kurang bersahabat. Langit mulai gelap tertutup mendung. Sepertinya hari ini akan hujan. Lagi-lagi hati Ayra sepertinya juga mendung hari ini. Bagaimana tidak, pagi-pagi sudah disuguhkan pemandangan yang tidak mengenakkan seperti ini.
"Tan, lo pulang jam berapa?" Tanya Angga pada Tania.
Reaksi Ayra? Tentu saja ia hanya diam. Walaupun dalam hatinya ia terus mengumpat. Ia kesal saat ini, harusnya Angga beratanya padanya bukan pada Tania. Sepertinya Ayra memang dalam fase cemburu akut.
"Gue kayaknya setengah setengah dua deh Ga. Lo sendiri? Jadi ke SMA Harapan Bangsa?" Tanya Tania.
"Gue jam lima sore. Nanti jam sembilan gue ke SMA Harapan, ada rapat penting soalnya." Ucap Angga.
What? Bahkan Angga sudah memberitau Tania sebelum memberitaunya jika nanti Angga akan datang ke sekolahnya. Kini perasaan Ayra tidak karuan. Sedih, cemburu, marah, semua bercampur menjadi satu. Ayra merasa tak seperti dulu lagi. Posisinya sekarang seakan tergantikan oleh kehadiran Tania. Tapi apakah Ayra harus membenci Tania?
Tidak, ini tidak boleh terjadi. Ayra mengatur dirinya, ia tidak boleh membiarkan jiwa iblis menguasai dirinya dan membutakannya dengan kebencian. Ayra tidak boleh membenci siapapun, ia harusnya sadar semua akan berubah kapan saja sesuai dengan alur yang telah dibuat dalam takdir seseorang.
Untuk saat ini, Ayra memilih untuk memainkan ponselnya. Ia tidak boleh membiarkan rasa cemburu itu berkelamaan. Tidak ada salahnya jika Angga bersahabat dengan Tania. Harusnya Ayra senang karena hubungan mereka membaik. Tapi kenapa terasa berat?
"Ayra." Itu bukanlah ucapan Angga melainkan Tania.
"Eh, iya kak. Kenapa?" Tanya Ayra.
"Nanti bisa ngobrol berdua nggak Ra? Ada sesuatu yang mau gue bicarain soalnya." Jawab Tania.
Sesuatu? Tak ada salahnya Ayra mengiyakan Tania. Mungkin dengan begitu, rasa penasaran Ayra mengenai Angga yang berubah sikap pada Tania akan terjawab.
"Iya, Kak." Jawab Ayra.
"Oke deh, nanti gue sama Angga nemuin lo pas istirahat pertama. Lo langsung ke kantin aja. Gue tunggu disana." Ucap Tania.
"Iya, nanti saya langsung ke kantin." Ucap Ayra.
"Udah sampai nih." Ucap Angga. Laki-laki itu menatap lurus ke depan. Hello Angga, Ayra berada di belakang. Kenapa ia tak menoleh sedikitpun.
"Makasih ya Ga." Ucap Ayra.
"Hm." Jawab Angga singkat.
Ada apa sebenarnya? Apa Angga masih marah pada Ayra gara-gara kemarin. Tapikan seharusnya yang marah adalah Ayra bukannya Angga. Apa ini tadi adalah balas dendam Angga karena kemarin Ayra sengaja membuat Angga cemburu dengan Devan?
"Ya udah Ra, sampai jumpa nanti ya." Itu adalah kalimat yang ingin Ayra dengar dari mulut Angga. Sayangnya kalimat tadi malah diucapkan oleh Tania.
"Ya udah Kak, Bye." Ucap Ayra yang kemudian keluar dari mobil. Ia memaksakan senyumnya walaupun dalam hatinya ia tak seperti yang terlihat. Gadis itu langsung terlihat murung saat mobil Angga telah menghilang dari depannya.
Setengah tahun lebih Ayra menjalani hubungan dengan Angga, baru kali ini Angga bersikap sedingin ini padanya. Apa salah Ayra? Tidak mungkinkan kalau Angga cemburu pada Devan? Ia yakin Angga telah dewasa dan tidak mungkin ia cemburu pada adik kelasnya. Walaupun sebuah fakta masih belum Angga ketahui, fakta jika Devan adalah saudara jauh Ayra.
Huh, sudahlah. Daripada memikirkan kejadian pagi ini, lebih baik ia langsung masuk ke dalam. Ayra hanya bisa berdoa semoga Angga sudah membaik siang nanti.
Ayra berjalan pelan menuju kelasnya. Pandangannya tampak kosong, sepertinya pikiran Ayra masih tertuju pada sikap Angga tadi. Seribu satu pertanyaan masih belum terpecahkan oleh Ayra.
Tanpa ia sadari, Ayra membentur dada bidang milik seseorang. Refleks Ayra menjauh dari laki-laki yang tak sengaja ia tabrak itu.
"Sorry, gue nggak sengaja." Ucap Ayra meminta maaf.
"Shit! Jalan pake mata bisa nggak?." Ucap cowok itu ketus. Nada bicaranya terdengar aneh. Seperti bukan orang Indonesia.
"Kan gue udah minta maaf." Tanya Ayra.
"Dasar." Ucap cowok itu.
Cowok itu lalu membenahi kacamata hitam yang menutupi matanya. Ia lalu kembali melangkah. Tunggu sebentar, kenapa cowok itu terlihat aneh. Mengenakan kacamata hitam dan topi di pagi hari seperti ini? Bukankah itu mencurigakan? Tapi cowok itu mengenakan seragam yang sama dengan Ayra, mungkin murid baru di sekolah ini. Ayra belum pernah bertemu dengan cowok itu sebelumnya.
"Woy!" Seseorang memegang pundak Ayra yang membuatnya tersentak.
"Huh, Vania! Kebiasaan deh lo." Ucap Ayra.
"Lo kenapa sih? Kok kusut bener muka lo?" Tanya Vania.
"Taulah." Jawab Ayra yang kemudian melangkah duluan. Pagi ini moodnya benar-benar hancur.
"Ra, tungguin napa sih. Lo kenapa? Lo sakit? Atau ada masalah? Masalah apa? Sama Angga? Kalian putus?" Tanya Vania sambil menyamakan langkahnya. Ini lagi, kata-kata Vania malah membuatnya semakin kesal.
"Van, lo mending diem nih. Gue lagi pengen bunuh orang tau." Ucap Ayra.
"Iya deh iya."
❄❄❄
Bel istirahat masih dinantikan para siswa kelas 12 IPA 1. Sejak tadi mereka sudah menahan kantuk karena mendengarkan dongeng sejarah yang sepertinya tiada habisnya. Rasanya mata mereka ingin sekali terpejam saat ini, sayang sekali guru sejarah tahun ini sangat amat galak.
Bu Ghina, guru baru yang sudah memasuki usia kepala empat itu memang terkenal galak. Tak hanya diangkatan tahun ini saja tapi juga sebelum-sebelumnya.
Mata Ayra terus tertuju pada jam dinding yang jarumnya terus berputar. Lama sekali lima menit ini.
"Ra, izin ke toilet kuy. Nggak tahan lagi gue, ngantuk banget nih." Ajak Vania.
"Dih, kalo ngantuk tidur bukannya ke toilet." Ucap Vania.
"Bukan gitu, kita sih izinnya ke toilet tapi aslinya langsung ke kantin aja. Laper nih gue, mana bel nggak bunyi-bunyi lagi." Tak lama setelah Vania mengucapkan itu bel istirahat berbunyi. Benar saja, waktu kalau digunakan untuk mengobrol terasa begitu singkat.
"Udah bel tuh. Langsung kantin kagak usah izin segala." Ucap Ayra yang lalu bangkit berdiri.
Mereka berdua melangkah menuju ke kantin. Huh, sepi memang jika tak ada most wanted lagi. Dulu tiap ada Kai, Angga, maupun Chandra seisi kantin pasti langsung riuh karena kedatangan mereka. Kini benar-benar tak ada lagi. Kadang Ayra merindukan saat-saat itu. Tunggu, Ayra tidak perna merindukan saat itu karena sekarang posisi Angga sebagai pacarnya dan ia tak mau pacarnya terus diganggu orang lain.
"Van, Irene kemana? Kok tumben belum nongol batang hidungnya?" Tanya Ayra.
"Tadi katanya ada kumpul sebentar. Kita langsung ke meja biasa aja deh." Ucap Vania.
"Ya udah yuk."
Mereka berdua lalu berjalan menuju sebuah meja yang menjadi tempat langganan mereka. Saat mereka sampai, seseorang rupanya mendahului mereka dengan menempati meja itu duluan. Bersamaan dengan kedatangan orang itu, seisi kantin menjadi riuh.
Shit!!!
[MyIcePrince2]

KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Teen FictionSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...