38. PERGI

1.5K 92 22
                                    

VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING...

Sejak malam itu, Ayra memutuskan untuk pindah tempat tinggal. Gadis itu tinggal sendiri di sebuah apartemen. Orang tuanya memutuskan untuk kembali ke L.A. Ayra sengaja meminta orang tuanya untuk ke L.A tanpa dirinya. Bagaimanapun ia harus menyelesaikan sekolahnya di SMA harapan bangsa.

Setelah kelulusan Ayra berencana untuk kembali ke L.A. Namun, rumahnya yang dulu tetap menjadi rumah keluarganya. Walaupun mereka pindah ke L.A, tapi Ayra tidak mengizinkan papanya untuk menjual rumah itu. Bagaimanapun rumah itu adalah tempat kenangannya dengan saudara satu-satunya, Ayroz.

Hari yang ditunggu Ayra telah tiba. Hari kelulusannya sejak ia masuk ke SMA Harapan Bangsa. Tadi malam adalah malam kelulusannya. Orang tua Ayra baru saja datang dari L.A. Ayra bersyukur orang tuanya bisa datang. Karena kemarin, mamanya bilang papanya ada urusan pekerjaan dan tidak bisa datang.

Bahagia? Gadis itu merasa cukup bahagia karena orang tuanya menghadiri kelulusannya. Tapi tetap saja ada hal yang mengganjal di hatinya. Tahun lalu, ia berharap seseorang datang ke acara kelulusannya dan memberikannya ucapan selamat. Namun tampaknya itu tak mungkin terjadi sekarang.

Pagi ini Ayra bersiap mengemasi koper-koper miliknya. Siang nanti ia harus berangkat ke L.A. Rencananya Ayra akan kuliah di sana. Dan mungkin sampai beberapa tahun kedepan Ayra tidak akan kembali ke Indonesia.

"Udah siap?" tanya Dara pada Ayra.

Sejenak Ayra menghela napasnya. "Ayra boleh ke makam abang dulu?"

"Bareng papa sama mama aja," ucap Arez.

Ayra mengangguk. Ia bersiap untuk menuju makam Ayroz. Sekalian mampir ke rumah lebih dahulu. Jangan dikira rumah mereka tak terawat. Bi Mira dan beberapa asisten rumah tangga yang lain masih ada di sana.

Keluarga Ayra juga menyuruh Calvin dan Aisha untuk tinggal di sana. Ya, mereka berdua menikah sekitar dua bulan yang lalu. Awalnya mereka menolak. Tapi atas bujukan dari Dara, mereka setuju.

Sesampainya di makam, Ayra menaruh buket bunga di pusara Ayroz. Sudah beberapa bulan berlalu tapi Ayra masih kerap menangis sendirian bila teringat abangnya. Kali ini matanya pun berkaca-kaca. Ia menarik napasnya dalam.

"Hai, Bang. Apa kabar? Maaf ya Ayra jarang ke makam." Ayra menarik sudut bibirnya. Ia mengulum senyumnya.

Dara dan Arez ada di sampingnya. Mereka menaburkan bunga di atas makam Ayroz. Setelahnya mereka merapalkan doa. Memohon kepada sang kuasa agar salah satu anggota keluarga mereka itu ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya.

"Maaf ya, Bang. Ayra harus balik ke L.A. Ayra janji bakal balik lagi ke Indonesia," ucap gadis itu sembari mengusap nisan bertulisan Reano Ayroz Davinzy.

"Ra, kamu ke mobil duluan ya!" perintah Arez pada Ayra.

Arez melihat Dara yang mulai berkaca-kaca. Istrinya utu tak sekuat yang selama ini mereka kira. Mungkin di depan Ayra Dara bisa terlihat kuat. Tapi sebenarnya, wanita itu tak lebih dari sekedar seorang ibu yang sedih karena kepergian anaknya.

"Iya, Pa." Ayra menatap makam Ayroz sejenak. Gadis itu tersenyum sebelum melangkahkan kakinya menuju mobil.

Di dalam mobil Ayra menunggu papa dan mamanya. Setelah dari makam ini ia akan menuju rumahnya dulu. Baru setelah dari rumahnya ia akan kembali ke apartemen dan langsung ke bandara.

Ponsel Ayra berbunyi. Sebuah notif pesan rupanya.

Aiden
Ra, jadi berangkat hari ini?

My Ice Prince 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang