Hayuk yang minta update divote!
Comment yang banyak ya!
Happy Reading
.
.
.Ayra tersadar saat Arav menepuk bahu gadis itu. Ia menatap Arav sejenak sebelum akhirnya ia melontarkan pandangannya pada cowok yang berdiri di samping Arav.
"Lo kenapa?" tanya Arav melihat perubahan sikap Ayra.
"Oh, enggak." Ayra memilih untuk tidak membahas apapun. Orang itu hanyalah masa lalu Ayra.
"Ayra?" Cowok itu bersuara.
Arav menatap Ayra dan cowok itu bingung. Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Sesuatu yang dapat Arav simpulkan jika mereka saling mengenal. "Lo kenal sama Ayra?" tanya Arav.
"Iya," jawab cowok itu.
Jika dilihat, keduanya sama-sama canggung. Hal itu membuat Arav bingung. Bukankah kalau saling mengenal artinya mereka akrab? Kenapa ini tidak? Atau ada satu hal?
"Daripada kalian bengong di sini, mending kita langsung jalan. Biar nggak kemaleman juga," ucap Arav.
Cowok tadi mengangguk. Ia berjalan terlebih dahulu ke mobilnya. Sementara Arav, ia melihat sejenak ke arah Ayra. Gadis itu terlihat berbeda. "Lo ada masalah sama dia?" tanya Arav.
"Enggak."
"Dia siapa lo?" tanya Arav.
"Mantan gue," jawab Ayra.
Arav mengangguk paham. Mereka berdua lanjut melangkah menuju mobil. Sebenarnya Arav bisa merasakan jika Ayra merasa tidak nyaman. Tapi daripada Ayra sendirian, lebih baik Ayra ikut bersama dirinya.
Saat ini mereka berada di sebuah cafe bergaya klasik. Cukup banyak anak muda yang nongkrong di cafe itu. Ayra sedaru tadi hanyalah diam. Menyimak pembicaraan kedua cowok yang merupakan sahabat itu.
"Sorry, gue ke toilet bentar ya. Bang, gue nitip Ayra," ucap Arav. Arav melangkah meninggalkan Ayra bersama cowok tadi.
"Ekhem. Gimana kabar lo?" ucap cowok itu membuka pembicaraan.
"Baik kok. Kakak gimana?" tanya Ayra.
"Seperti yang elo lihat," jawab cowok itu.
Kaizel Ardiatama. Cowok itu tidak berubah. Sebenarnya Ayra ingin meminta penjelasan mengapa cowok itu tiba-tiba pergi. Namun, ia mengurungkan niatnya. Lagipula itu sudah satu tahun yang lalu. Alhasil, suasana awkward tercipta di antara mereka.
"Kakak selama ini tinggal di Jogja?" tanya Ayra memecah keheningan.
Kai tersenyum senejak. Entah mengapa ia merasa bahagia karena Ayra bertanya kepadanya. Meskipun Ayra tak lagi memiliki perasaan lebih pada Kai, tapi perasaan cowok itu belum berubah.
"Kak?"
"Eh, nggak kok. Gue cuma liburan sebentar," jawab Kai. Ayra pun hanya ber oh setelah mendengar jawaban Kai. "Maaf ya. Waktu itu gue pergi gitu aja tanpa bilang ke elo," ucap Kai.
Ayra menghela napas sejenak. Gadis itu sebenarnya kecewa dengan sikap Kai. Harusnya cowok itu tidak perlu pergi. Ia bisa menjadi sahabat untuk Ayra.
"Kakak lo gimana?" Ayra terdiam sejenak. Lagi-lagi mengenai Ayroz.
"Bang Ayroz udah nggak ada," jawab Ayra lirih.
"Sorry, gue nggak bermaksud."
Ayra mengangguk. "Nggak papa, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Teen FictionSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...